Capter 2 : Pura-Pura

Font Size :
Dark Mode
Reset Mode
Setelah turun dari taxi Thania berbalik dan menepuk pundak Haruto.

"Aku punya ide"

Haruto memiringkan kepalanya dan mulai bertanya tanya. Dia sungguh bingung dengan perlakukan Thania saat ini.

"Kita pura pura berpacaran saja? Bagaimana?"

Haruto melebarkan matanya.

"Pacaran? Denganmu?"

"Iya."

"Tidak." Jawab Haruto dengan tegas.

"memang kau ada ide lain hah?"

"Baik baik!! Hanya pura pura!!"

Thania tersenyum puas mendengar perkataan setuju dari Haruto.

Haruto menatap Thania yang mulai berjalan dengan bersenandung pelan kembali ke apartemen mereka.

"Ayolah. Kau lama sekali."

Thania menarik tangan Haruto agar berjalan lebih cepat.

"Kau ini wanita aneh."

"Aku ingin cepat kembali karena kau menyetujui permintaan Ibu Yuni tadi. Dan waktu kita hanya satu minggu untuk 2 chapter. Dan semua itu salahmu."

Haruto mengernyitkan alisnya tidak terima.

"Hehehe maaf jika untuk itu. Aku tergiur dengan uangnya."

Dengan mendengar jawaban itu, Thania menghela napas pelan. Setibanya di dalam kamar apartemen tidak terasa waktu sudah jam empat sore.
"Nanti habis mandi, kita kumpulkan refrensi" pinta Thania

"Lu buatin aja listnya" Haruto membuka bajunya

"Tunggu..."

"ada apa ?" Haruto heran

"Kita ini status pacaran, walu.... pura pura, setidaknya bisakah berbicara yang lembut terhadap ku ?"

"iya gitu ?,kalo begitu maaf, aku sudah berkata kasar"

haruto tersenyum lebar, dan Thania pun membalas senyuman haruto

Di dalam kamar mandi, haruto melihat ke cermin

"Kamu itu cantik, kau kira aku ini laki laki bodoh ? jika seperti ini aku tidak tahan menganggap sebuah pura pura" Gumam Haruto sambil memandangi cermin di hadapanya

Thania pun tersenyum sambil bersenandung, dan ia langsung mendapatkan ide awal menulis dari Light Novel yang di inginkan oleh ibu Yuni. Setelah selesai mandi, Haruto pun melihat Thania mulai menulis dengan raut wajah yang serius.

"Kamu itu cantik tau, bahkan kacamata itu menambah kesan special pada diri mu" Haruto memandangi Thania

"Ngelamun kenapa kamu ?" Tanya Thania

"enggak enggak, tuh mandi sana, entar ni ruangan bau lagi" ledek Haruto

"Sembarangan, qm kira aku bau apa"

"Sapa tau kan"

Thania pun mengambil melemparkan boneka yang sering ia pegang ke Haruto

"Eit Gak kena"

"Bodo bwekkkk"

Thania pun bergegas ke dalam kamar mandi. Haruto mengambil boneka di lantai yang barusan di lempar oleh thania, dan ia meletakan boneka tersebut di atas tempat tidur thania. Kemudian Haruto pun mengganti pakaianya, dan ia mengecilkan AC di kamar apartemen tempat mereka berdua, karena udara di luar juga saat ini sangat dingin. Haruto hanya mengenakan celana panjang yang biasa ia gunakan di dalam rumah, dengan telanjang dada.

Selesai mandi Thania pun melihat penampilan Haruto yang telanjang dada kemudian ia tertawa terbahak bahak.

"aduh perut ku sakit, hahahhahaa"

Thania tertawa

"Dih..."

"tau gak, cowo ndut telanjang dada pake celana panjang, mana cocok, kamu kira, kamu artis korea gitu"

"Eh perut gendut gini, sexy tau"

Haruto membela diri

tiba tiba suara petir pun terdengar sangat keras, Thania berteriak ketakutan, dan lampu pun padam.

"Tolong aku" Thania ketakutan sambil menangis, dengan handuk yang masih ia gunakan melindungi tubuhnya.

Lilin pun di nyalakan, untuk menerangi ruangan. Haruto langsung bergegas menghampiri Thania, melihat haruto mendekat Thania langsung berdiri, dan memeluk haruto, handuk yang menutupi tubuh Thania pun terjatuh, hingga Haruto dapat melihat dengan jelas, bagian tubuh belakang Thania, Thania memeluk haruto dengan erat.

"Aaaa!!"

suara petir menyambar lagi

"Tenangkan diri kamu, aku ada disini"

Thania hanya diam saja, saat itu Thania pun duduk di sisi tempat tidurnya dan Haruto duduk di sampingnya, haruto meraih handuk tadi dengan kakinya,dan menutupi tubuh Thania. Thania terus merangkul tangan Haruto, saat itu mereka pun saling berpandangan. wajah mereka berdua sangat dekat dan hampir berciuman, saat haruto mendekatkan wahanya, Thania pun menampar pipi haruto dengan keras, kemudian petir pun meyambar Thania langsung memeluk haruto lagi.

"Sakit"

"Itu Karena kamu sudah mencoba mencium ku"

"Kamu kan pacar ku"

"...... Kalo gitu cium aku sekarang"

"ogah" balas Haruto

Thania pun sempat sempatnya mencubit Haruto.

"Diri ku kuat kan diri mu, aku mohon diriku" Haruto berbicara sendiri dalam hatinya
Thania masih terus memeluk Haruto dengan erat.

"Apa sangat menyeramkan sampai kau memelukku seperti ini?"

"Diam saja sudah." Balas Thania.

"Dasar penakut." ledek Haruto dnegan seringai di wajahnya.

Kondisi ruangan yang gelap membuat Thania tidak bisa melihat sekitarnya. Bahkan tidak jarang Nathania mengedarkan pandangnyannya kesemua arah dengan pikirian yang lain.

"H-Haruto.. Jangan tidur dulu.."

"Hmm?"

"Temani aku dulu. Baru kau tidur. Setidaknya sampai lampunya menyala." Pinta Thania.

Haruto menganggung dan mulai menggendong Thania kembali ke kamar mereka. Membaringkan Thania di ranjangnya, Haruto ikut berbaring di samping Thania karena wanita itu tidak mau melepeaskan pelukannya sedikitpun.

"Bagaimana jika aku mau ke toilet?"

"Aku akan ikut!" Jawab thania dengan cepat.

"Baik.. baik"

"Uhh.. Kapan lampunya menyala. Ini menyeramkan." Gumam Thania dengan pelan.

Mendengar gumaman dari Thania, Haruto membelai pipi wanita yang memeluknya. Kulit wajah yang halus dan terawat itu sudah menjadi pandangan setiap hari bagi Haruto. Namun, dia belum pernah sama sekali mengusapnya seperti ini.

Bahkan, Haruto tidak pernah memperhatikannya sama sekali dari awal mereka bertemu.

Haruto mengacak rambutnya. Thania yang melihatnya langsung memiringkan kepalanya dan menatap Haruto dengan bingung.

Haruto melirik Thania dan mulai mendekatkan wajahnya. Tanpa di sadari oleh Thania, wajah Thania memerah seiring dengan mendekatnya wajah Haruto kepadanya.

Haruto mencium bibir ranum Thania dengan lembut. Thania yang merasakana adanya benda kenyal di bibirnya langsung membulatkan matanya. Dia mencoba melepaskan diri dari pria yang sedang menciumnya ini. Tapi semakin dia bergerak, Tangan Haruto yang berada di pinggangnya akan semakin menguat dan menariknya semakin dekat. Bahkan Haruto mulai menahan dagu Thania agar wajahnya terus menghadap kepadanya.

Thania lelah dengan pergerakannya dan mulai pasrah dengan semuanya. Dia memejamkam matanya dan membiarkan Haruto untuk membimbingnya. Mengapa demikian? Tentu karena Thania masih terlalu polos untuk hal ini. Dia tidak tahu bagaimana rasanya ciuman, bagaimana rasanya di sentuh oleh pria yang di cintainya.

"Ini hanya Haruto. Tapi mengapa aku menginginkan lebih dari ini?" Pikir Thania di dalam hatinya.

Haruto melepaskan bibir Thania dan menatap wajahnya.

"Aku tidak bisa menahan diriku." Haruto berbicara di dalam hatinya. Tangannya mengusap kembali pipi Thania yang semakiin memerah.

"Thania.." Panggil Haruto.

Yang di panggil hanya menatap dengan wajah malu-malu.

"Maafkan aku." Setelah mengucapkannya, Haruto mencium kembali bibir Thania. Bahkan, saat Thania membuka mulutnya, lidah Haruto mulai menyisir mulut Thania. Mengabsen setiap giginya dan juga bermain dengan lidah Thania.

Haruto berpindah tempat. Dari yang ada di aamping Thania, kini pria itu berada di atas Thania. Haruto menahan kedua tangan Thania tepat di samping kepalanya tanpa memutus ciuman yang di berikannya. Thania sendiri hanya bisa melenguh pelan saat Haruto memperdalam ciumannya.

Berkali kali Thania mendengar kata maaf dari Haruto tapi berbeda dengan sekarang. Perkataan maaf ini terdengar sangat berbeda.

"Haruto."

"Iya?"

"Berhentilah minta maaf. Selesaikan apa yang telah kau perbuat." Jelas Thania.

Haruto menatap Thania.
"Kau... Yakin?"

Thania mengangguk dan tersenyum. Kedua tangan yang tadi di tahan oleh Haruto kini berpindah tempat mengalung di leher Haruto. Perbedaan tinggi tubuh mereka membuat Haruto gemas dengan wanita yang lebih kecil darinya ini.

"Baiklah.. Maaf jika aku tidak bisa menahan diriku."

Thania mencubit pipi Haruto dan kembali ke posisi duduk. Pakaian Thania sudah berantakan sejak ciuman pertamanya tadi.

Haruto bersiul pelan melihat Thania yang merapihkan pakaiannya.

"Ada apa? Tergoda?"

"Apa?? Tentu saja tidak."

"Yakin?" Thania membuka beberapa kancing atas pakaiannya. Dan mendekati Haruto. Dia sangat senang jika bisa menjahili Haruto seperti ini.

"Tentu saja. Apa bagusnya tubuhmu dengan payudara kecil seperti itu." Jawab Haruto dengan menyeringai.

Mereka tertawa bersama dan berbaring kembali di ranjang milik Thania.

"Bagaimana kau ada ide cerita?" Tanya thania.

"Ide? Sudah ada tapi aku bingung menulisnya karena aku belum pernah merasakannya."

"Aku mengerti." Thania mengangguk paham. "Kalau begitu, kita harus mencobanya agar mengetahui semuanya."

Haruto mengangguk. Ini pertama kalinya dia tidak ingin lampu di rumah mereka hidup kembali. Dia ingin selalu seperti ini.
yang mengejutkan bagi Thania, Haruto bangkit danberada di atas tubuhnya

"Maafkan diri ku yang berlumuran dosa ini menyentuh diri mu yangsuci"

Thania memberanikan diri menatap wajah Haruto, dengan wajah merona. Iamerasakan Haruto mulai menyentuh bagian tubuhnya yang paling sensitive, dansuara rintihan yang imut dan nakal keluar dari mulut kecilnya thania.

"Jangan di tahan biarkan lepas begitu saja"

Bisik Haruto, tangan thania langsung memeluk tubuh Haruto.

"Kita ingin mencobanya bukan, jika kamu memeluk aku seperti ini aku tidakdapat bergerak"

"Tapi aku takut"

Haruto pun mencium bibir manisnya Thania, Perlahan pelukan Thania melemah, danHaruto mulai membuka kancing baju Thania satu persatu, Thania pun memintaHaruto untuk berhenti sejenak.

"ada apa?"

tanya Haruto

Dengan sambil tersenyum Thania pun duduk, dan Haruto ada di sampingnya, Thaniamelepaskan bajunya dan bra yang ia gunakan.

"Apakah tubuh ku tidak bagus"

"berhenti berbicara seperti itu"

Thania pun menoleh ke samping tempat Haruto berada, Haruto sekali lagi menciumbibir Thania, dan mengisapnya dengan pelan, Haruto pun memegang paha Thania,Thania hanya diam dan membiarkan tangan Haruto melepas celana dalamnya, danThania perlahan merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.

Rangsangan demi rangsangan di rasakan oleh Thania

"Ahh, Haruto... Ini pertama kalinya buat ku"

"Ini juga pertama kalinya buat ku"

Saat mau melanjutkan ke langkah selanjutnya, tiba tiba lampu pun hidup. Merekapun saling berpandangan.

"udah ih"

Thania mencoba menyudahi semua ini

"enak aja"

Tolak Haruto

Handphone milik Thania pun berdering

"Yes Selamat"

Haruto pun duduk dengan wajah cemberut, thania pun langsung mengangkathandphonenya sambil mengenakan baju tidur miliknya. Haruto tetap aja menunjukanwajah ngambeknya, setelah mengakhiri sambungan handphone, Thania punmenghampiri Haruto dan jongkok sambil memandangi wajah Haruto.

"Kok ngambek "

goda Thania

"Tau ah, tanggung tau"

Thania pun tersenyum lebar dan langsung menerjang Haruto kemudian mengecupbibir Haruto.

"Saat ini jangan di lanjutin aku sudah dapat idenya"

Sekali lagi Thania mengecup bibir Haruto

Haruto pun tersenyum

"Aku harap hubungan kami ini tidak palsu, aku ingin hubungan ininyata"

Haruto pun kembali ke meja kerjanya, Haruto mulai membuat ilustrasi sambilmelihat Fhoto mereka berdua dekat layar komputer miliknya.

"tadi siapa yang telp ?"

tanya Haruto

"Oh tadi teman sma ku, kami mau ada reunian mau ikut ?'

"emang boleh ?"

"Boleh kok, sekalian temanin aku yah"

"Ok, tapi bantu aku pilihin baju dan celana"

"Aku tau itu, kamu kan jelek milih style"

Ruagan pun menjadi hening hanya terdengar suara pena dan suara ketikan darikeyboard komputer. Haruto melihat jam sudah jam sepuluh malam, ia pun bangkitdari tempat duduknya.

"mau kemana ?"

"Ke Omega Mart"

"Nitip Pokari yah"

"Apa lagi ? biar sekalian"

"Cemilan yang manis manis"

"Siap bu"

Haruto pun berangkat, dan ia mengambil handphone di saku jaketnya, hujan belumredah, dan ia pun kembali ke dalam apartemenya.

"kok balik lagi"

"ini lampu darurat kalo mati lampu"

"aku gak takut gelap kok"

"Aku cuman takut petir"

"Iya iya"

Haruto pun pergi ke Omega Mart. Di jembatan apartemen dia berpapasan denganseorang wanita, dan mereka hampir bertabrakan, wanita tersebut terlihat sangatkaku.

"Maaf maaf"

"oh gak apa"

Wanita dengan kacamata rambut di urai agak acak acakan, dan wanita tersebutmelirik ke Haruto saat mereka berpapasan.

"Penghuni baru kali ya"

Ujar Haruto sambil menuruni tangga apartemen. Dan ia mulai masuk ke dalam liftuntuk menuju lantai bawah. di halaman parkir apartemen anak anak muda danpreman apartemen sedang asik menyanyi lagu lagu tembang kenangan.

"oi bro tumben keluar malam"

"Ada perlu sedikit, beli rokok sama beli makanan manis manis"

"buat doi ye"

"Iye"

"cie elah, demi tuan putri, biar hujan pun di terjang"

goda orang orang yang barusan menyapa Haruto

Hari semakin malam, udara juga sangat dingin karena hujan

"gak punya payung lagi, sekalian aja beli payung"

Thania memperhatikan jam, sudah jam 11 ternyata, tapi Haruto masih belumdatang, Thania pun membuat coklat hangat, mata Thania melihat gelas Haruto yangkosong.

"Aku menciumnya, kami sudah berbuat sangat jauh, seperti pasangansesungguhnya, apa aku salah ? tapi tapi ini kan buat pekerjaan dan aku harusprofesional, lagi pula dia kan Haruto"

Thania berbicara sendiri

Di meja kerja Haruto Thania melihat desain ilustrasi buat Light Novel yang iabuat, Thania sangat senang sekali, karakter buatan Haruto sangat bagus, walaumasih desain kasar. Thania pun mulai mengetikan cerita lanjutan dari Noveltersebut, dan capter 1 serta dua akhirnya selesai.

Thania menghubungi Ibu Yuni dan memberitahukan bahwa ceritanya sudah selesaiuntuk capter 1 dan 2, cerita tersebut di kirim via email, Ibu Yuni pun membacasambil berbicara dengan Thania.
Share Tweet Share

Comment Now

0 comments

Please wait....
Disqus comment box is being loaded