Kuroku setiap harinya
mengunjungi perpustakaan guild, dimana tempat itu menjadi tempat tubuh
Vivid yang menjadi kristal Es. Siang malam Intt terus mencari cara agar
Vivid bisa terlepas dari Dark Soul. Hiroku selalu datang untuk menanyai
shaman goblin yang sampai ini masih tutup mulut, walau berkali-kali
Hiroku menyiksa Shaman Goblin untuk menceritakan tentang Vivid.
"Intt istirahatlah..." Zyna membawakan susu hangat untuk Intt.
"Aku harus mencari cara untuk mematahankan Dark Soul ini, Zyna." Intt terus melanjutkan penelitianya.
Zyna pun sesekali
menemani Intt di ruangan perpustakaan Guild Umbrella. Kuroku merasa
tidak enak dengan apa yang di lakukan oleh Intt.
"Intt, ingat kondisi tubuhmu.." Kuroku duduk di sebuah bangku dekat Intt.
"Tak apa, aku pasti akan menemukan solusinya." Intt tersenyum.
Semantara itu, Yuke dan
Shiro pergi menuju kota Ignea untuk membeli perbekalan, karena
membutuhkan satu minggu perjalanan dari Ignea menuju ke kota Mneme.
"Ini mengingatkanku pada masa lalu." Yuke tersenyum sambil menaiki kereta kuda yang mereka tumpangi.
"Masa lalu?" tanya Shiro.
"Ya, adikku Sodina." Yuke dengan tatapan sedih.
"Hei, bisa kau ceritakan?" Shiro dengan nada prihatin.
"Kau tahu desa Solva?" tanya Yuke.
"Aku pernah mendengarnya
dari para pedagang, desa Solva sangatlah jauh dari sini, butuh waktu
dua bulan perjalanan darat dan satu bulan menaiki kapal." jawab Shiro
sambil memakan biskuit.
"Desa Solva itu
dikelilingi oleh hutan, tanah yang subur, sebagian besar penduduknya
bertani dan memelihara hewan ternak. Namun hari itu Sodina mencari
obat-obatan di hutan dekat desa, seperti biasanya aku masih di
peternakan. Hari sudah semakin sore, dan hampir malam. Aku pergi mencari
Sodina kemana-mana, tapi tidak aku temukan," Yuke dengan nada lirih.
"..............." Shiro diam menyimak.
"Orang-orang desa
mengatakan bahwa mereka melihat Sodina menuju hutan. Aku pun bergegas
menuju hutan dengan membawa lentera untuk penerangan. Suara lolongan
serigala sering aku dengar. Aku mempersiapkan belatiku, jika makhluk
buas itu muncul. Dalam keheningan malam, mata ku tertuju pada sebuah
keranjang. Aku memeriksa keranjang tersebut, dan itu benar milik Sodina
adikku. Kau tahu Shiro, dekat keranjang tersebut, lenteraku menerangi
Sodina yang tersendar di pohon. Pakaianya lusuh dan sobek, dan, dia
dalam keadaan tidak sadar." air mata Yuke menetes.
"Yuke.. Kalau tidak mau dilanjutkan tidak apa," Shiro merasa iba.
".........., aku
membawanya ke rumah, aku bersihkan tubuhnya, aku ganti bajunya. Aku
bertanya-tanya siapa yang melakukan semua ini kepada adikku. Aku membuka
lemari milikku disana ada pedang besar. Dulunya aku adalah seorang
tentara, saat kedua orang tua kami tiada, aku berhenti dari militer dan
melanjutkan mengurus peternakan serta pertanian, karena aku sangat
menyayangi adikku." Yuke tetap melanjutkan ceritanya dengan raut wajah
yang sedih.
Shiro melihat ke wajah seluruh orang di dalam kereta yang mendengar cerita Yuke, dengan raut wajah sedih.
"Keesokan harinya, di
pagi buta, aku mendengar suara teriakan Sodina. Mendengar suara itu, aku
langsung bergegas menuju kamar Sodina. Aku melihat tubuh Sodina
gemetar, dan mulutnya selalu mengucapkan "Kakak, tolong aku,", aku pun
memeluk tubuh adikku." ujar Yuke sembari menangis.
"Apa yang terjadi dengan Sodina ?" tanya Shiro.
"Dia menjadi tenang saat
aku peluk dan melihat wajahku. Keadaanyapun mulai tenang, tapi aku
tetap tidak dapat tidur, karena memikirkan siapa yang telah menyakiti
adikku. Beberapa hari kemudian, Sodina mulai terlihat normal, makan
minum seperti biasa. Tapi tatapanya sangat kosong, tanpa ia bicarapun
aku sebagai kakak sangat mengerti apa yang terjadi dengan adikku,
pastinya dia telah mengalami sesuatu yang sangat mengerikan." Yuke
mengepal tangannya.
"lalu, dimana Sodina sekarang?" Shiro menanyakan kembali soal Sodina.
"Adikku... Adikku bunuh diri." jawab Yuke kembali menangis.
"Lalu, apa kau tahu siapa yang membuat Sodina hingga seperti itu?" tanya Shiro antara iba dan penasaran.
"Aku tahu, ya, itu anak kepala desa." Yuke dengan nada pelan.
"Lalu, apa yang terjadi?" tanya Shiro.
"Saat aku mencari
keadilan, tiba-tiba adikku malah dituduh memikat anak kepala desa dan
berbagai macam tuduhan lagi. Akhirnya aku pun pulang ke rumah dengan
keadaan emosi bercampur pedih. Kemudian, aku mengambil seragam militerku
lengkap dengan senjataku. Aku menegakkan keadilan ku sendiri." Yuke
dengan tatapan tajam.
"Kau membunuh mereka?" Shiro langsung menebak.
"Tidak, aku membakar
ladang pertanian serta peternakan keluargaku, beserta mayat adikku, dan
aku berniat untuk bergabung dalam guild agar suatu saat tidak ada yang
mengalami hal yang sama seperti adikku." Yuke dengan nada pelan.
Shiro mengetahui bahwa
Yuke berbohong saat ia bilang tidak membunuh, namun Shiro hanya diam dan
ia sangat mengerti akan perasaan Yuke.
"Kalau kamu Shiro?" Yuke bertanya kepada Shiro tentang masa lalunya.
"Tidak ada yang special dari kisahku, dan tidak ada pula yang sedih, intinya seperti inilah aku." Shiro tersenyum lebar.
Intt menghampiri Vivid yang menjadi kristal Es
"Andaikan aku yang berada disana..." Intt meletakan telapaknya ke dinding kristal es.
Sekarang sudah musim
hujan, Kuroku membuka jendela dan melihat ke arah kebun di belakang
rumah guild. Persaannya masih bercampur aduk tentang apa yang telah ia
lalui. Bagaimana mungkin Vivid bisa hidup kembali, siapa yang ia
makamkan, jenazah siapa yang ada di dalam makam itu. Hiroku sedang
keluar bersama Zyna sedang mengerjakan quest dari penduduk. Sementara
Intt masih mencari cara untuk menghilangkan ikatan Dark Spirit yang
mengikat tubuh Vivid.
Sementara itu tengah
perjalanan kereta kuda yang ditumpangi Yuke dan Shiro dicegat oleh
bandit. Semua penumpang turun dari kereta, para bandit menggunakan
persenjataan dan baju zirah. Diantaranya juga ada sepasang sorcerer
frost dan flame. Suara keheningan pun terpecah saat para bandit mulai
membunuh para penumpang yang tak bersalah.
"Shiro..." Yuke melihat tatapan yang berbeda di mata Shiro.
"Lihat kalian semua akan
bernasib sama, percuma jika kalian lari. Kami akan mengantar mu ke
neraka. Hahahaha..." ujar si pemimpin bandit.
"Yuke, lindungi orang-orang ini." Shiro maju dan mengambil pedang yang selalu ia bawa.
"Baik, berhati-hatilah." Yuke pun menghunuskan pedangnya bersiap jika bandit datang menyerang mereka.
"Kalian semua merasa hebat, kalian belum tahu neraka seperti apa?" Shiro dengan nada datar.
"Oya oya... Ada wanita cantik, matamu begitu tajam nona," Bandit pun tertawa.
"Tertawalah kalian di neraka!" Shiro dengan nada penuh kemarahan.
Shiro mengambil pedang
pendek ada di tanah. Ia pun mulai berjalan dengan tenang, dan kemudian
menghilang. Kabut tercipta dari dinginnya es, menyelimuti seluruh
pandangan orang-orang di situ.
"Apakah ini kekuatan seorang pemegang Codex?" dalam hati Yuke bertanya-tanya.
Suara teriakan para
bandit terdengar dengan sangat jelas. Dari suara teriakan tersebut Yuke
menyadari bahwa itu adalah suara teriakan karena kesakitan yang luar
biasa. Kemudian suara-suara teriakan yang terdengar memohon ampun akan
nyawa mereka. Tapi Yuke tidak mendengar suara Shiro sedikit pun, hanya
kegaduhan suara amukan pedang, teriakan histeris, kata-kata permohonan
minta ampun, dan bau amis darah.
Dari orang-orang yang
berada dalam perlindungan Yuke, seorang laki-laki berdiri dan menusuk
Yuke dari belakang. Terkejut dan kesakitan yang dirasakan Yuke karena
pedang yang menusuk tubuhnya. Perlahan dengan sisa tenaganya Yuke
langsung membalikan badannya dan menebaskan pedang besarnya hingga orang
tersebut terbelah menjadi dua. Orang-orang pun ketakutan melihat Yuke
membelah tubuh seseorang yang menusuknya dari belakang dengan pedang
besarnya.
"Apakah ini akhir dari perjalanan ku." Yuke sambil tersenyum dengan sisa tenaganya.
Darah segar mulai
mengalir dari luka Yuke, Yuke pun duduk dan bersendar di sisi kereta
kuda. Kabut tebal pun perlahan menghilang, Yuke melihat sekitar dan
orang-orang yang lainnya. Pemandangan yang sangat mengerikan,
bagian-bagian tubuh dari para bandit itu berserakan di tanah. Shiro
melihat Yuke yang sekarat, pandangan Yuke menjadi buram karena banyak
menghabiskan darah.
"Yuke!!" Shiro dengan nada keras.
"Jangan panggil keras-keras, aku masih mendengarmu." Yuke tersenyum.
"Cukup, jangan banyak bicara aku akan menyelamatkan mu." tegas Shiro.
"Dalam keadaan seperti ini tidak mungkin aku dapat selamat dari kematian Shiro, kau tahu itu." Yuke dengan nada terbata-bata.
Shiro pun mencabut
pedang yang berada di tubuh Yuke, hingga Yuke muntah darah. Shiro
meminta semua orang untuk meninggalkan mereka. Orang-orang yang berada
dalam rombongan para pedagang tadi pun meninggalkan mereka berdua tanpa
banyak tanya. Shiro memapah tubuh Yuke menuju batu besar yang tidak jauh
dari mereka berdua berada.
"Aku akan menyelamatkanmu, jadi bertahanlah sedikit lagi." pinta Shiro.
"Lakukan sesukamu Shiro." Yuke tersenyum.
Yuke pun disandarkan ke batu itu, kemudian mata Shiro berubah berwarna ungu dengan pentagram di bola matanya.
"Aku akan menggunakan mantra terlarang sekarang, jadi rahasiakan ini." Shiro dengan nada serius.
"Kau benar-benar mirip
sodina, pengertian, rela berkorban demi siapapun, menolong tanpa tahu
siapapun orang itu, terlebih lagi kita ini baru kenal." dalam hati Yuke.
Shiro pun menghentikan pendarahan Yuke, dengan sihir esnya.
"Kenapa tersenyum dari tadi bodoh?" tanya Shiro.
"Tak apa, lanjutkan saja." balas Yuke.
"Tenangkan diri mu, dan atur pernafasanmu." pinta Shiro.
"Iya adikku," Yuke tersenyum.
"............................." Shiro tertegun sesaat saat Yuke memanggilnya adik.
Shiro pun berdiri tegak
di hadapan Yuke. Pentagram di mata kanan Shiro mulai terbentuk, ia pun
memanggil tongkat sihirnya dan mulai bersujud dengan tongkat yang ia
pegang berdiri tegak di hadapanya.
"Ontas kritela nosontilis Virtili valetzuri Kiyetu sanala hala'hui Leilian vo elus virras"
"Perasaan apa ini," dalam hati Yuke sambil mendengar mantra yang diucapkan Shiro.
"Vira notu sotiso Wori
melivra o Hui'sas sanaa'ela hala Rekriato me Kaya naiatolus Werihi
kala'us Le'a le'u teras Rekriato me... Rekriato me..."
Tubuh Yuke diselimuti oleh cahaya yang menyilaukan.
Sementara itu di ruangan
baca guild Umbrella, Intt merasakan kekuatan yang sangat besar, Intt
membuka jendela yang ada di ruangan tersebut, suara burung-burung
berkicauan.
"Ini... Ini tidak mungkin..." Intt merasakan kekuatan tersebut yang diantarkan lewat hembusan angin.
"Honya valelus
sonavelis, Viri as'ana dore, Ashai valerias solathelas, Resha uro
huitusviratus" Intt tanpa sadar ikut mengucapkan mantra.
Kuroku mendengar suara
dari ruangan baca. Intt di dekat jendela, seolah-olah sedang beryanyi.
Kuroku menyadari setiap kata yang keluar dari mulut Intt memiliki
kekuatan sihir yang sangat kuat. Tubuh Vivid yang berada di dalam
kristal Es mengalami perubahan. Kuroku memanggil Intt, tubuh Vivid
diselimuti oleh cahaya, Intt merasakan kekuatan Dark Soul yang
menyelimuti tubuh Vivid melemah.
"Vesasarem Vitoris
analesa litus Visasarem Kaya noseras sai'us Visasarem Vitolis analesasa
litus Visasarem Kaya noseras sai'us" Shiro melanjutkan dan mengulangkan
mantra itu sebanyak 6 kali.
Luka di tubuh Yuke pun
perlahan menutup, nafasnya mulai berubah. Kristal es yang menyelimuti
tubuh Vivid pun mulai mencair, Dark Soul pun telah menghilang.
"Intt! Apa yang terjadi?!" Kuroku panik.
"Seseorang telah merapal yanyian angin, dan, tanpa sadar aku mengikuti mantra karena sangat lembut dan hangat," Intt tersenyum.
Kuroku menggendong tubuh Vivid menuju kamarnya bersama Intt.
"Shiro!" panggil Yuke.
"Bagaimana keadaanmu?" tanya Shiro cemas.
"Terima kasih banyak, apakah itu yang ada dalam Codex mu?" tanya Yuke.
"Iya, aku menggunakan
yanyian angin, mantra dewi Hesti, untuk mensucikan dari ketidak
murnian." Ujar Shiro duduk di samping Yuke.
"Sesuai dengan cerita dan legenda yang aku ketahui, kekuatan seorang yang terpilih memang hebat." Yuke tertawa kecil.
"Baka Nii san," Shiro tertawa.
"Eh, apa artinya itu? Apakah itu termasuk mantramu juga?" tanya Yuke keheranan.
"Haha, bukan. Itu artinya adalah kakak yang bodoh." jawab Shiro sambil tertawa.
"Baiklah baiklah, mulai sekarang kamu adalah adikku dan aku kakakmu ok?" ujar Yuke.
"Terserah kau sajalah, baka Nii san." panggilan Yuke dari Shiro.
"Jadi apakah ada harga yang harus dibayar dengan mantramu itu?' tanya Yuke.
"Tentu saja ada." Shiro dengan nada santai.
"Aku harap bukan sesuatu yang berbahaya." Yuke menghela nafasnya.
"Bayarannya adalah, tubuhku lihat, jakunku menghilang." suara Shiro mulai seperti perempuan.
Mereka pun tertawa bersama kembali.
"Menarik codex milikmu itu, merubahmu menjadi seorang perempuan." goda Yuke.
"Yang jelas aku bukan gay!" cetus Shiro.
"Maaf jika aku sangat lemah." Yuke menundukan kepalanya.
"Jika kau mau, aku barusan mendapatkan Dark Soul. Apa kau mau menggunakannya?" tanya Shiro.
"Dark soul? Apa itu?" tanya Yuke penasaran.
"Dark Soul ini
sebetulnya mata dari dewi Moros, aku bisa memberikannya, tapi bayarannya
matamu bagaimana?" Shiro dengan nada serius.
"Maksudmu aku buta?" tanya Yuke dengan kagetnya.
"Bukan buta, maksudku
matamu akan menjadi berwarna merah. Sebagai gantinya, kamu memiliki
kekuatan Dark Soul, kemampuan fisikmu akan bertambah bisa mencapai
sepuluh kali lipat begitu juga kekuatan indramu, tapi ada jangka
waktunya." penjelasan singkat dari Shiro.
"Aku mau." Yuke tanpa berfikir panjang.
"Yaaah, baiklah.. Kakakku ini memang bodoh." ujar Shiro sambil tertawa.
Kemudian Shiro
meletakkan kedua telapak tangannya ke mata Yuke dan meletakan dua buah
bola mata Dark Soul. Kemudian Yuke teriak histeris kepanasan, ia
merasakan matanya seperti terbakar.
"Tahan saja baka Nii san." Shiro memberikan sihir esnya untuk meringankan rasa sakit Yuke.
Setelah merasakan rasa
panas pada matanya, Yuke pun perlahan sangat mengantuk. Ia pun tertidur
tanpa sepatah katapun, Shiro pun berdiri sambil mengambil ranting pohon,
kemudian ia buat garis lingkaran, dimana Yuke berada di dalamnya.
Setelah selesai pun Shiro masuk ke dalam lingkaran tersebut dan berdiri
di hadapan Yuke.
" Cof giat, gan
gysylltu'r gorffennol a'r presennol, gorchmynnais ef i ddod ag ef yn
agor naw giatiau arholiad terfynol " Shiro membaca mantra sembilan
gerbang akhirat.
Lingkaran tersebut pun
mulai mengeluarkan cahaya. Shiro duduk di depan Yuke, perlahan ia
memejamkan matanya. Yuke pun terkejut saat ia melihat Shiro di
hadapanya.
"Di mana kita Shiro?" tanya Yuke kaget.
Dimana mereka berdua berada di sebuah jalan yang luas dimana dindingnya ada banyak pintu.
"Kita ada di Yggdrasil" balas Shiro.
"Yggdrasil pohon kehidupan maksudmu?" tanya Yuke.
"Ikuti aku," Shiro tersenyum.
Shiro pun membuka pintu
yang tidak jauh dari mereka berdua berada. Pintu pun perlahan terbuka,
sinar yang menyilaukan, Yuke pun membuka mata.
"Ini dimana lagi?" tanya Yuke kagum.
Sebuah daratan yang
tidak pernah dilihat sama sekali, Yuke melihat banyak rak buku dipenuhi
dengan buku-buku tebal yang tidak terurus. Pulau-pulau melayang dengan
air terjun dan pelangi. Ketika Yuke mendengar suara dari langit, ia pun
melihat ke atas.
"Itu Wyren kan?" Yuke menunjuk Wyren yang terbang di langit.
"Iya, itu Wyren." Shiro tersenyum kembali.
"Siapa kamu Shiro?" tanya Yuke.
"Aku? Aku adalah aku," jawab Shiro.
".............." Yuke pun terdiam.
"Ikuti aku." pinta Shiro.
Mereka mulai berjalan lagi, hingga melihat cahaya yang menjulang ke langit.
"Apa ini?" Yuke bertanya heran.
"Ini teleport portal, ayo." Shiro sambil menarik tangan Yuke.
Mereka pun masuk ke dalam pilar cahaya tersebut, dan tiba di sebuah reruntuhan kota.
"Selamat datang di Arcadia, kampung halaman ku." Shiro memberitahukan kepada Yuke.
"Jangan becanda Shiro," Yuke tidak percaya.
"Ayo sini," ajak Shiro.
Yuke mengamati tulisan
yang setiap ia temui, dan di perkampungan ini tidak ada seorang pun. Ia
selalu melihat buku-buku usang, kadang kala di tanah pun ada banyak buku
berserakan. Mereka tiba di sebuah bangunan yang menjulang tinggi dan
sangat besar. Di antara pintu terdapat sebuah batu yang dipahat dari
batu alam, yang satu berwarna putih dan satu lagi berwarna hitam,
kemudian di pintu terdapat sebuah ukiran.
"Itu...?" Yuke memperhatikan dengan seksama.
"Ini skema Yggdrasil." balas Shiro.
"Kenapa diukir seperti itu?" tanya Yuke dengan tatapan serius.
"Apa yang kamu ketahui tentang Yggdrasil?" tanya Shiro.
"Yggdrasil disebut juga
sebagai pohon kehidupan atau pohon awal mula, bagian ranting pohon
paling atas digambarkan adalah Asgard kemudian sisi kanan adalah
Vanaheim, sisi kirinya Svartalfheim. Kemudian tingkat ke 2 nya itu awal
cabang pohon yang ada di tengah-tengah itu adalah Midgard itu dunia kita
saat ini. Sebelah kanan Midgard adalah Alfheim dan sebelah kiri Midgrad
adalah Jontunheim, sekarang bagian batang pohon ke bawah hingga akar
pohon, di tengah adalah Niflheim sebelah kanan Niflheim adalah
Muspelheim dan sebelah kirinya Nidavellir, itu aja yang aku tahu." Yuke
dengan menyimpan rasa penasaranya.
"Bagus, kamu tahu kan Dark Soul?" tanya Shiro.
"Yang kau berikan ke mataku?" Yuke kembali bertanya.
"Iya, itu adalah mata
yang dibuat oleh 3 penyihir Asgard untuk mata Odin yang buta akibat
perperangan di Jontunheim. Namun Odin menyadari mata itu dapat membawa
mala petaka jika ia mulai tidur panjang. Odin pun mencabut semua
kekuatan dari mata itu dan hanya menyisakan satu kekuatan mata tersebut.
Ya, itu dapat membaca berbagai macam tulisan yang tidak diketahui
bangsa manusia. Namun orang-orang bodoh menyebutnya sebagai Dark Soul
dan sering di gunakan untuk mengutuk. Nah, karena kamu memiliki mata itu
makanya kamu bisa melihat ukiran yang ada di pintu, jika orang awam
maka tidak akan melihat ukirannya." Shiro menjelaskan secara singkat.
"Aku paham sekarang, pantas saja aku dapat membaca tulisan di tempat-tempat yang kita lalui tadi." ujar Yuke.
"Yuk masuk," Shiro membuka pintu tersebut.
Api pun menyala di
setiap ruangan, dan menerangi seluruh ruangan yang gelap, Yuke
memperhatikan Shiro yang menurut Yuke, Shiro sangat hafal akan
tempat-tempat di dalam ruangan ini. Yuke memikirkan kata-kata Shiro
tentang perpustakaan Arcadia, dimana ia pernah mendengar dongeng tentang
perpustakaan tersebut, yang disebut-sebut perpustakaan dewa dan dewi,
namun tempatnya berada di mensi lain. Pada Yggdrasil hanya dikenalkan
akan 9 alam, sedangkan sebenarnya Odin telah membuat 10 alam dimana alam
kesepuluh berisi manusia dengan telinga kucing. Dimana mereka sangat
gemar membaca dan membantu Odin membuat perpustakaan 9 dunia. Yang
diberi nama Arcadia. Menurut cerita lain Ymir adalah raksasa pertama
kali yang diciptakan. Ymir menjadi kepala perpustakaan Arcadia, ia
sangat berbeda dengan raksasa lain. Dengan pengetahuanya ia pun pergi ke
Midgrad yang pada saat itu masih ladang tandus. Dengan ilmu
pengetahuanya ia mulai memberikan air yang ia ambil dari Vanaheim.
Kemudian ia memberikan berbagai macam sihir yang ia rapalkan untuk
membuat Midgrad. Odin mengetahui akan tindakan Ymir, tapi demi ilmu
pengetahuan Odin membiarkan hal tersebut.
"ini adalah Alchemist," Shiro mengejutkan Yuke.
"Sihir Alchemist?" tanya Yuke.
"Iya, semua sihir Alchemist ada di sini." Shiro menunjukan bagian buku-buku Alchemist.
"Tapi manusia dapat menggunakan Alchemist kan?" Yuke mengambil sebuah buku.
"Iya, hanya saja mereka
hanya mengetahui sedikit sekali. kira-kira jika dalam persentase, hanya
sepuluh persen." Shiro pun melanjutkan ia berjalan.
Yuke meletakkan buku
yang ia baca sedikit. Mereka tiba di sebuah gerbang batu lagi, namun di
sana terdapat seseorang yang duduk bersandar.
"Bangun!!!" Shiro menjitak kepala orang tersebut. Orang tersebut tiba-tiba marah.
"Kurang ajar kau!!!" balas orang tersebut.
Saat orang tersebut melihat Shiro, ia pun terdiam.
"Shiro!?" orang tersebut terkejut.
"Asmodeus, hallo,,," sapa Shiro tersenyum.
"Wah, sudah lama kita tidak ketemu!!" Asmodeus memeluk Shiro.
"Tunggu, siapa itu di belakangmu?" tanya Asmodeus
"Itu Yukesaintz, kakakku," ujar Shiro.
"Dia manusia?" tanya Asmodeus dengan nada tidak bersahabat.
"Maaf.." Yuke meminta maaf.
Asmodeus pun melihat mata Yuke, Asmodeus pun berbisik kepada Shiro.
"Kamu memberikan dia mata pengetahuan?" tanya Asmodeus.
"Iya," Shiro sambil tertawa kecil.
Asmodeus pun berdiri tegak lagi.
"Karena kamu memiliki mata itu, berarti kamu adalah keluarga kami. Selamat datang Yukesaintz." Asmodeus menyambut hangat.
"Dari mana anda tahu nama saya?" Yuke dengan bahasa formal.
"Ah, tidak usah di pikirkan," ujar Asmodeus.
"Asmodeus" panggil Shiro.
"Oh aku hampir lupa, masuk lah." ujar Asmodeus sambil membukakan gerbang.
Mereka pun masuk ke dalam ruangan selanjutnya.
"Selamat datang di ruangan yang ku cintai" Asmodeus terlihat sangat senang.
Shiro pun menjelaskan
kepada Yuke, bahwa ruangan ini bernama amser lle atau ruang waktu.
Dimana ruangan ini berisi tentang penjelasan waktu, sejarah waktu, awal
mula waktu, serta sihir waktu. Yuke sangat kagum dan semakin penasaran.
Di tengah-tengah ruangan tersebut terdapat sebuah taman dimana pohon
yang subur yang berbuah dengan bentuk jam.
"Asmodeus, bukannya aku menolak undangan minum teh mu, hanya saja waktu kami terbatas.." Shiro dengan nada ramah.
"Aku paham, jadi tujuanmu?" tanya Asmodeus.
"Aku ingin menuju tempat jantung Ymir," Shiro melihat ke arah Yuke.
"Baiklah." Asmodeus membukakan pintu kembali.
Mereka pun tiba di tempat jantung Ymir.
"Shiro.. Ini kah jantung Ymir?" tanya Yuke.
"Ya inilah jantung Ymir, yang selama ini kita cari. Sekarang sentuhlah jantung Ymir itu." perintah Shiro.
Yuke pun mulai menyentuh
jantung Ymir yang terlihat seperti permata yang sangat besar. Yuke
mulai mendapatkan visi, cara bertempur dan menggunakan sihir yang selama
ini ia gunakan. Setelah selesai Yuke melihat ke arah Shiro.
"Bagaimana?" tanya Shiro.
"Aku melihatnya Shiro," Yuke tersenyum.
"Ayo kita kembali." ajak Shiro.
Sementara itu, di tempat
lain Zyna mulai mengerjakan quest. Ia tiba di desa elim, di sana Zyna
mendapat sambutan dari kepala desa elim, permintaan dari penduduk desa
Elim adalah membasmi perompak yang sering datang ke desa mereka.
Perompak tersebut tidak segan-segan membunuh siapapun. Bahkan dalam
seminggu ini saja para perompak yang disebut Spider itu sudah membunuh
sepuluh orang warga desa Elim karena keberatan menyerahkan harta beda
serta anak perempuan mereka.
Suara lolongan serigala
pun terdengar dengan jelas, Zyna diam sesaat mendengarkan suara lolongan
serigala tersebut. Zyna pun pamit untuk menuju ke dalam hutan. Zyna
melompat dari dahan pohon ke dahan pohon lainya, hingga Zyna berdiri di
atas pucuk pohon tertinggi di tengah hutan tersebut.
"Mesa Ruh Qaramliq va olum aura meni sebab." mata Zyna pun berubah layaknya mata serigala.
Semua indra yang ia
miliki menguat menjadi 10 kali lipat. Zyna mulai konsentrasi penuh
mencari perompak tersebut Dengan matanya Zyna dapat melihat dengan
sangat jauh. Kemudian, Zyna mulai merapal mantra kembali.
"Sama Cisimlari Geldi!" Zyna mendapat penglihatan dari burung-burung yang terbang di atas hutan.
Zyna pun berhasil
mengetahui lokasi para perompak itu. Dari semua informasi yang ia
kumpulkan, perompak tersebut sangatlah ganas. Zyna pun memutuskan
melanjutkan perburuan saat malam hari. Total perompak tersebut sangatlah
banyak, jika pertarungan langsung Zyna tidak dapat menang melawan
mereka semua. Zyna pun mendekati lokasi dari markas perompak tesebut,
Zyna mengamati dari rimbunnya pepohonan, sambil menunggu malam hari
tiba.
Matahari pun mulai
terbenam, suara burung gagak mulai terdengar, Zyna pun menghitung arah
angin dan kemudian, ia terkejut saat mengetahui bahwa saat ini sedang
bulan purnama.
"Wind manya ilu aya mile ze esti." semua indra pada Zyna menjadi lima puluh kali libih tajam.
Zyna pun melolong
seperti srigala, suara lolongan tersebut menggema di pegunungan serta
seluruh penjuru hutan. Serigala yang tadinya sedang berburu tiba-tiba
menghentikan buruan mereka dan mulai berlarian menuju Zyna.
"Deita i~tanara ei strei yume naka, la~ va siel nora, esta la men ste ru ra, ate de festia Akorenateni." Zyna terus menyanyi.
Orang-orang mendengar
sebuah nyanyian, di nyanyikan dengan cara seriosa. Lantunan lagu yang
dibawakan Zyna terdengar seolah-olah akan semangat perperangan, di
tengah-tengah keputusasaan.
"Eplae da, haza ilu saa,
lu la liva, lu la ilya, lala. Winyana inya en espasti, la laiva
sarvasa, aizina, awa el de, hom ilya lavee"
Serigala pun berdatangan
mengelingi markas para perompak itu. Serigala terlihat sangat kelaparan
dan mereka memiliki tubuh yang tidak umum, lebih besar dari serigala
gunung. Taring mereka sangat tajam dan mata mereka berwarna merah
menyala..
Sambil melantunkan nyanyian itu, Zyna melepaskan anak panahnya, menembus kepala salah seorang perompak.
"Deiva ne sora, estri sorte, mune vala, laasa, laeostie, yala ala selsei, La tee"
Pergerakan serigala
tersebut mengepung benteng markas prompak, dan mereka mulai melompati
pagar benteng yang terbuat dari batang kayu. Mereka mulai menyerang para
perompak itu. Ada yang terkena gigitan di punggung, di leher, para
perompak mencoba untuk melawan. Zyna pun membidik tali yang mengunci
gerbang benteng para perompak. Saat benteng terbuka, kawanan serigala
yang lain keluar dari hutan dan mulai masuk. Zyna pun berlari dengan
mengatur pernafasannya hingga kecepatannya menjadi semakin cepat. Zyna
sambil berlari menghindar, kemudian melepaskan anak panahnya. Seorang
berbadan besar menghalangi jalan Zyna, Zyna pun melompat ke udara dan
melepaskan busur panahnya hingga terkena jantung laki-laki yang mencoba
menghalanginya itu. Anak panahnya masih menancap di mayat musuh, Zyna
dengan sigap mencabut anak panah tersebut, kemudian ia tembakan kembali
ke arah musuh lainnya.
Zyna kehabisan anak
panahnya, ia pun meletakan panahnya di belakang dan kemudian mencabut
pedang pendek yang ada di pinggangnya. Zyna merubah teknik bertempurnya
menjadi serangan jarak dekat. Serangan Zyna tidaklah begitu kuat, namun
Zyna menutupi serangannya dengan cara membelokan serangan musuh lalu
menyerang bagian vital, seperti pembuluh besar pada manusia, mata,
leher, otot kaki dan tangan, hingga musuh tidak berdaya dan mati secara
perlahan.
Comment Now
0 comments
Please wait....
Disqus comment box is being loaded