Book 7 - 10

Font Size :
Dark Mode
Reset Mode
Kuroku setiap harinya mengunjungi perpustakaan guild, dimana tempat itu menjadi tempat tubuh Vivid yang menjadi kristal Es. Siang malam Intt terus mencari cara agar Vivid bisa terlepas dari Dark Soul. Hiroku selalu datang untuk menanyai shaman goblin yang sampai ini masih tutup mulut, walau berkali-kali Hiroku menyiksa Shaman Goblin untuk menceritakan tentang Vivid.
"Intt istirahatlah..." Zyna membawakan susu hangat untuk Intt.
"Aku harus mencari cara untuk mematahankan Dark Soul ini, Zyna." Intt terus melanjutkan penelitianya.
Zyna pun sesekali menemani Intt di ruangan perpustakaan Guild Umbrella. Kuroku merasa tidak enak dengan apa yang di lakukan oleh Intt.
"Intt, ingat kondisi tubuhmu.." Kuroku duduk di sebuah bangku dekat Intt.
"Tak apa, aku pasti akan menemukan solusinya." Intt tersenyum.
Semantara itu, Yuke dan Shiro pergi menuju kota Ignea untuk membeli perbekalan, karena membutuhkan satu minggu perjalanan dari Ignea menuju ke kota Mneme.
"Ini mengingatkanku pada masa lalu." Yuke tersenyum sambil menaiki kereta kuda yang mereka tumpangi.
"Masa lalu?" tanya Shiro.
"Ya, adikku Sodina." Yuke dengan tatapan sedih.
"Hei, bisa kau ceritakan?" Shiro dengan nada prihatin.
"Kau tahu desa Solva?" tanya Yuke.
"Aku pernah mendengarnya dari para pedagang, desa Solva sangatlah jauh dari sini, butuh waktu dua bulan perjalanan darat dan satu bulan menaiki kapal." jawab Shiro sambil memakan biskuit.
"Desa Solva itu dikelilingi oleh hutan, tanah yang subur, sebagian besar penduduknya bertani dan memelihara hewan ternak. Namun hari itu Sodina mencari obat-obatan di hutan dekat desa, seperti biasanya aku masih di peternakan. Hari sudah semakin sore, dan hampir malam. Aku pergi mencari Sodina kemana-mana, tapi tidak aku temukan," Yuke dengan nada lirih.
"..............." Shiro diam menyimak.
"Orang-orang desa mengatakan bahwa mereka melihat Sodina menuju hutan. Aku pun bergegas menuju hutan dengan membawa lentera untuk penerangan. Suara lolongan serigala sering aku dengar. Aku mempersiapkan belatiku, jika makhluk buas itu muncul. Dalam keheningan malam, mata ku tertuju pada sebuah keranjang. Aku memeriksa keranjang tersebut, dan itu benar milik Sodina adikku. Kau tahu Shiro, dekat keranjang tersebut, lenteraku menerangi Sodina yang tersendar di pohon. Pakaianya lusuh dan sobek, dan, dia dalam keadaan tidak sadar." air mata Yuke menetes.
"Yuke.. Kalau tidak mau dilanjutkan tidak apa," Shiro merasa iba.
".........., aku membawanya ke rumah, aku bersihkan tubuhnya, aku ganti bajunya. Aku bertanya-tanya siapa yang melakukan semua ini kepada adikku. Aku membuka lemari milikku disana ada pedang besar. Dulunya aku adalah seorang tentara, saat kedua orang tua kami tiada, aku berhenti dari militer dan melanjutkan mengurus peternakan serta pertanian, karena aku sangat menyayangi adikku." Yuke tetap melanjutkan ceritanya dengan raut wajah yang sedih.
Shiro melihat ke wajah seluruh orang di dalam kereta yang mendengar cerita Yuke, dengan raut wajah sedih.
"Keesokan harinya, di pagi buta, aku mendengar suara teriakan Sodina. Mendengar suara itu, aku langsung bergegas menuju kamar Sodina. Aku melihat tubuh Sodina gemetar, dan mulutnya selalu mengucapkan "Kakak, tolong aku,", aku pun memeluk tubuh adikku." ujar Yuke sembari menangis.
"Apa yang terjadi dengan Sodina ?" tanya Shiro.
"Dia menjadi tenang saat aku peluk dan melihat wajahku. Keadaanyapun mulai tenang, tapi aku tetap tidak dapat tidur, karena memikirkan siapa yang telah menyakiti adikku. Beberapa hari kemudian, Sodina mulai terlihat normal, makan minum seperti biasa. Tapi tatapanya sangat kosong, tanpa ia bicarapun aku sebagai kakak sangat mengerti apa yang terjadi dengan adikku, pastinya dia telah mengalami sesuatu yang sangat mengerikan." Yuke mengepal tangannya.
"lalu, dimana Sodina sekarang?" Shiro menanyakan kembali soal Sodina.
"Adikku... Adikku bunuh diri." jawab Yuke kembali menangis.
"Lalu, apa kau tahu siapa yang membuat Sodina hingga seperti itu?" tanya Shiro antara iba dan penasaran.
"Aku tahu, ya, itu anak kepala desa." Yuke dengan nada pelan.
"Lalu, apa yang terjadi?" tanya Shiro.
"Saat aku mencari keadilan, tiba-tiba adikku malah dituduh memikat anak kepala desa dan berbagai macam tuduhan lagi. Akhirnya aku pun pulang ke rumah dengan keadaan emosi bercampur pedih. Kemudian, aku mengambil seragam militerku lengkap dengan senjataku. Aku menegakkan keadilan ku sendiri." Yuke dengan tatapan tajam.
"Kau membunuh mereka?" Shiro langsung menebak.
"Tidak, aku membakar ladang pertanian serta peternakan keluargaku, beserta mayat adikku, dan aku berniat untuk bergabung dalam guild agar suatu saat tidak ada yang mengalami hal yang sama seperti adikku." Yuke dengan nada pelan.
Shiro mengetahui bahwa Yuke berbohong saat ia bilang tidak membunuh, namun Shiro hanya diam dan ia sangat mengerti akan perasaan Yuke.
"Kalau kamu Shiro?" Yuke bertanya kepada Shiro tentang masa lalunya.
"Tidak ada yang special dari kisahku, dan tidak ada pula yang sedih, intinya seperti inilah aku." Shiro tersenyum lebar.
Intt menghampiri Vivid yang menjadi kristal Es
"Andaikan aku yang berada disana..." Intt meletakan telapaknya ke dinding kristal es.
Sekarang sudah musim hujan, Kuroku membuka jendela dan melihat ke arah kebun di belakang rumah guild. Persaannya masih bercampur aduk tentang apa yang telah ia lalui. Bagaimana mungkin Vivid bisa hidup kembali, siapa yang ia makamkan, jenazah siapa yang ada di dalam makam itu. Hiroku sedang keluar bersama Zyna sedang mengerjakan quest dari penduduk. Sementara Intt masih mencari cara untuk menghilangkan ikatan Dark Spirit yang mengikat tubuh Vivid.
Sementara itu tengah perjalanan kereta kuda yang ditumpangi Yuke dan Shiro dicegat oleh bandit. Semua penumpang turun dari kereta, para bandit menggunakan persenjataan dan baju zirah. Diantaranya juga ada sepasang sorcerer frost dan flame. Suara keheningan pun terpecah saat para bandit mulai membunuh para penumpang yang tak bersalah.
"Shiro..." Yuke melihat tatapan yang berbeda di mata Shiro.
"Lihat kalian semua akan bernasib sama, percuma jika kalian lari. Kami akan mengantar mu ke neraka. Hahahaha..." ujar si pemimpin bandit.
"Yuke, lindungi orang-orang ini." Shiro maju dan mengambil pedang yang selalu ia bawa.
"Baik, berhati-hatilah." Yuke pun menghunuskan pedangnya bersiap jika bandit datang menyerang mereka.
"Kalian semua merasa hebat, kalian belum tahu neraka seperti apa?" Shiro dengan nada datar.
"Oya oya... Ada wanita cantik, matamu begitu tajam nona," Bandit pun tertawa.
"Tertawalah kalian di neraka!" Shiro dengan nada penuh kemarahan.
Shiro mengambil pedang pendek ada di tanah. Ia pun mulai berjalan dengan tenang, dan kemudian menghilang. Kabut tercipta dari dinginnya es, menyelimuti seluruh pandangan orang-orang di situ.
"Apakah ini kekuatan seorang pemegang Codex?" dalam hati Yuke bertanya-tanya.
Suara teriakan para bandit terdengar dengan sangat jelas. Dari suara teriakan tersebut Yuke menyadari bahwa itu adalah suara teriakan karena kesakitan yang luar biasa. Kemudian suara-suara teriakan yang terdengar memohon ampun akan nyawa mereka. Tapi Yuke tidak mendengar suara Shiro sedikit pun, hanya kegaduhan suara amukan pedang, teriakan histeris, kata-kata permohonan minta ampun, dan bau amis darah.
Dari orang-orang yang berada dalam perlindungan Yuke, seorang laki-laki berdiri dan menusuk Yuke dari belakang. Terkejut dan kesakitan yang dirasakan Yuke karena pedang yang menusuk tubuhnya. Perlahan dengan sisa tenaganya Yuke langsung membalikan badannya dan menebaskan pedang besarnya hingga orang tersebut terbelah menjadi dua. Orang-orang pun ketakutan melihat Yuke membelah tubuh seseorang yang menusuknya dari belakang dengan pedang besarnya.
"Apakah ini akhir dari perjalanan ku." Yuke sambil tersenyum dengan sisa tenaganya.
Darah segar mulai mengalir dari luka Yuke, Yuke pun duduk dan bersendar di sisi kereta kuda. Kabut tebal pun perlahan menghilang, Yuke melihat sekitar dan orang-orang yang lainnya. Pemandangan yang sangat mengerikan, bagian-bagian tubuh dari para bandit itu berserakan di tanah. Shiro melihat Yuke yang sekarat, pandangan Yuke menjadi buram karena banyak menghabiskan darah.
"Yuke!!" Shiro dengan nada keras.
"Jangan panggil keras-keras, aku masih mendengarmu." Yuke tersenyum.
"Cukup, jangan banyak bicara aku akan menyelamatkan mu." tegas Shiro.
"Dalam keadaan seperti ini tidak mungkin aku dapat selamat dari kematian Shiro, kau tahu itu." Yuke dengan nada terbata-bata.
Shiro pun mencabut pedang yang berada di tubuh Yuke, hingga Yuke muntah darah. Shiro meminta semua orang untuk meninggalkan mereka. Orang-orang yang berada dalam rombongan para pedagang tadi pun meninggalkan mereka berdua tanpa banyak tanya. Shiro memapah tubuh Yuke menuju batu besar yang tidak jauh dari mereka berdua berada.
"Aku akan menyelamatkanmu, jadi bertahanlah sedikit lagi." pinta Shiro.
"Lakukan sesukamu Shiro." Yuke tersenyum.
Yuke pun disandarkan ke batu itu, kemudian mata Shiro berubah berwarna ungu dengan pentagram di bola matanya.
"Aku akan menggunakan mantra terlarang sekarang, jadi rahasiakan ini." Shiro dengan nada serius.
"Kau benar-benar mirip sodina, pengertian, rela berkorban demi siapapun, menolong tanpa tahu siapapun orang itu, terlebih lagi kita ini baru kenal." dalam hati Yuke.
Shiro pun menghentikan pendarahan Yuke, dengan sihir esnya.
"Kenapa tersenyum dari tadi bodoh?" tanya Shiro.
"Tak apa, lanjutkan saja." balas Yuke.
"Tenangkan diri mu, dan atur pernafasanmu." pinta Shiro.
"Iya adikku," Yuke tersenyum.
"............................." Shiro tertegun sesaat saat Yuke memanggilnya adik.
Shiro pun berdiri tegak di hadapan Yuke. Pentagram di mata kanan Shiro mulai terbentuk, ia pun memanggil tongkat sihirnya dan mulai bersujud dengan tongkat yang ia pegang berdiri tegak di hadapanya.
"Ontas kritela nosontilis Virtili valetzuri Kiyetu sanala hala'hui Leilian vo elus virras"
"Perasaan apa ini," dalam hati Yuke sambil mendengar mantra yang diucapkan Shiro.
"Vira notu sotiso Wori melivra o Hui'sas sanaa'ela hala Rekriato me Kaya naiatolus Werihi kala'us Le'a le'u teras Rekriato me... Rekriato me..."
Tubuh Yuke diselimuti oleh cahaya yang menyilaukan.
Sementara itu di ruangan baca guild Umbrella, Intt merasakan kekuatan yang sangat besar, Intt membuka jendela yang ada di ruangan tersebut, suara burung-burung berkicauan.
"Ini... Ini tidak mungkin..." Intt merasakan kekuatan tersebut yang diantarkan lewat hembusan angin.
"Honya valelus sonavelis, Viri as'ana dore, Ashai valerias solathelas, Resha uro huitusviratus" Intt tanpa sadar ikut mengucapkan mantra.
Kuroku mendengar suara dari ruangan baca. Intt di dekat jendela, seolah-olah sedang beryanyi. Kuroku menyadari setiap kata yang keluar dari mulut Intt memiliki kekuatan sihir yang sangat kuat. Tubuh Vivid yang berada di dalam kristal Es mengalami perubahan. Kuroku memanggil Intt, tubuh Vivid diselimuti oleh cahaya, Intt merasakan kekuatan Dark Soul yang menyelimuti tubuh Vivid melemah.
"Vesasarem Vitoris analesa litus Visasarem Kaya noseras sai'us Visasarem Vitolis analesasa litus Visasarem Kaya noseras sai'us" Shiro melanjutkan dan mengulangkan mantra itu sebanyak 6 kali.
Luka di tubuh Yuke pun perlahan menutup, nafasnya mulai berubah. Kristal es yang menyelimuti tubuh Vivid pun mulai mencair, Dark Soul pun telah menghilang.
"Intt! Apa yang terjadi?!" Kuroku panik.
"Seseorang telah merapal yanyian angin, dan, tanpa sadar aku mengikuti mantra karena sangat lembut dan hangat," Intt tersenyum.
Kuroku menggendong tubuh Vivid menuju kamarnya bersama Intt.
"Shiro!" panggil Yuke.
"Bagaimana keadaanmu?" tanya Shiro cemas.
"Terima kasih banyak, apakah itu yang ada dalam Codex mu?" tanya Yuke.
"Iya, aku menggunakan yanyian angin, mantra dewi Hesti, untuk mensucikan dari ketidak murnian." Ujar Shiro duduk di samping Yuke.
"Sesuai dengan cerita dan legenda yang aku ketahui, kekuatan seorang yang terpilih memang hebat." Yuke tertawa kecil.
"Baka Nii san," Shiro tertawa.
"Eh, apa artinya itu? Apakah itu termasuk mantramu juga?" tanya Yuke keheranan.
"Haha, bukan. Itu artinya adalah kakak yang bodoh." jawab Shiro sambil tertawa.
"Baiklah baiklah, mulai sekarang kamu adalah adikku dan aku kakakmu ok?" ujar Yuke.
"Terserah kau sajalah, baka Nii san." panggilan Yuke dari Shiro.
"Jadi apakah ada harga yang harus dibayar dengan mantramu itu?' tanya Yuke.
"Tentu saja ada." Shiro dengan nada santai.
"Aku harap bukan sesuatu yang berbahaya." Yuke menghela nafasnya.
"Bayarannya adalah, tubuhku lihat, jakunku menghilang." suara Shiro mulai seperti perempuan.
Mereka pun tertawa bersama kembali.
"Menarik codex milikmu itu, merubahmu menjadi seorang perempuan." goda Yuke.
"Yang jelas aku bukan gay!" cetus Shiro.
"Maaf jika aku sangat lemah." Yuke menundukan kepalanya.
"Jika kau mau, aku barusan mendapatkan Dark Soul. Apa kau mau menggunakannya?" tanya Shiro.
"Dark soul? Apa itu?" tanya Yuke penasaran.
"Dark Soul ini sebetulnya mata dari dewi Moros, aku bisa memberikannya, tapi bayarannya matamu bagaimana?" Shiro dengan nada serius.
"Maksudmu aku buta?" tanya Yuke dengan kagetnya.
"Bukan buta, maksudku matamu akan menjadi berwarna merah. Sebagai gantinya, kamu memiliki kekuatan Dark Soul, kemampuan fisikmu akan bertambah bisa mencapai sepuluh kali lipat begitu juga kekuatan indramu, tapi ada jangka waktunya." penjelasan singkat dari Shiro.
"Aku mau." Yuke tanpa berfikir panjang.
"Yaaah, baiklah.. Kakakku ini memang bodoh." ujar Shiro sambil tertawa.
Kemudian Shiro meletakkan kedua telapak tangannya ke mata Yuke dan meletakan dua buah bola mata Dark Soul. Kemudian Yuke teriak histeris kepanasan, ia merasakan matanya seperti terbakar.
"Tahan saja baka Nii san." Shiro memberikan sihir esnya untuk meringankan rasa sakit Yuke.
Setelah merasakan rasa panas pada matanya, Yuke pun perlahan sangat mengantuk. Ia pun tertidur tanpa sepatah katapun, Shiro pun berdiri sambil mengambil ranting pohon, kemudian ia buat garis lingkaran, dimana Yuke berada di dalamnya. Setelah selesai pun Shiro masuk ke dalam lingkaran tersebut dan berdiri di hadapan Yuke.
" Cof giat, gan gysylltu'r gorffennol a'r presennol, gorchmynnais ef i ddod ag ef yn agor naw giatiau arholiad terfynol " Shiro membaca mantra sembilan gerbang akhirat.
Lingkaran tersebut pun mulai mengeluarkan cahaya. Shiro duduk di depan Yuke, perlahan ia memejamkan matanya. Yuke pun terkejut saat ia melihat Shiro di hadapanya.
"Di mana kita Shiro?" tanya Yuke kaget.
Dimana mereka berdua berada di sebuah jalan yang luas dimana dindingnya ada banyak pintu.
"Kita ada di Yggdrasil" balas Shiro.
"Yggdrasil pohon kehidupan maksudmu?" tanya Yuke.
"Ikuti aku," Shiro tersenyum.
Shiro pun membuka pintu yang tidak jauh dari mereka berdua berada. Pintu pun perlahan terbuka, sinar yang menyilaukan, Yuke pun membuka mata.
"Ini dimana lagi?" tanya Yuke kagum.
Sebuah daratan yang tidak pernah dilihat sama sekali, Yuke melihat banyak rak buku dipenuhi dengan buku-buku tebal yang tidak terurus. Pulau-pulau melayang dengan air terjun dan pelangi. Ketika Yuke mendengar suara dari langit, ia pun melihat ke atas.
"Itu Wyren kan?" Yuke menunjuk Wyren yang terbang di langit.
"Iya, itu Wyren." Shiro tersenyum kembali.
"Siapa kamu Shiro?" tanya Yuke.
"Aku? Aku adalah aku," jawab Shiro.
".............." Yuke pun terdiam.
"Ikuti aku." pinta Shiro.
Mereka mulai berjalan lagi, hingga melihat cahaya yang menjulang ke langit.
"Apa ini?" Yuke bertanya heran.
"Ini teleport portal, ayo." Shiro sambil menarik tangan Yuke.
Mereka pun masuk ke dalam pilar cahaya tersebut, dan tiba di sebuah reruntuhan kota.
"Selamat datang di Arcadia, kampung halaman ku." Shiro memberitahukan kepada Yuke.
"Jangan becanda Shiro," Yuke tidak percaya.
"Ayo sini," ajak Shiro.
Yuke mengamati tulisan yang setiap ia temui, dan di perkampungan ini tidak ada seorang pun. Ia selalu melihat buku-buku usang, kadang kala di tanah pun ada banyak buku berserakan. Mereka tiba di sebuah bangunan yang menjulang tinggi dan sangat besar. Di antara pintu terdapat sebuah batu yang dipahat dari batu alam, yang satu berwarna putih dan satu lagi berwarna hitam, kemudian di pintu terdapat sebuah ukiran.
"Itu...?" Yuke memperhatikan dengan seksama.
"Ini skema Yggdrasil." balas Shiro.
"Kenapa diukir seperti itu?" tanya Yuke dengan tatapan serius.
"Apa yang kamu ketahui tentang Yggdrasil?" tanya Shiro.
"Yggdrasil disebut juga sebagai pohon kehidupan atau pohon awal mula, bagian ranting pohon paling atas digambarkan adalah Asgard kemudian sisi kanan adalah Vanaheim, sisi kirinya Svartalfheim. Kemudian tingkat ke 2 nya itu awal cabang pohon yang ada di tengah-tengah itu adalah Midgard itu dunia kita saat ini. Sebelah kanan Midgard adalah Alfheim dan sebelah kiri Midgrad adalah Jontunheim, sekarang bagian batang pohon ke bawah hingga akar pohon, di tengah adalah Niflheim sebelah kanan Niflheim adalah Muspelheim dan sebelah kirinya Nidavellir, itu aja yang aku tahu." Yuke dengan menyimpan rasa penasaranya.
"Bagus, kamu tahu kan Dark Soul?" tanya Shiro.
"Yang kau berikan ke mataku?" Yuke kembali bertanya.
"Iya, itu adalah mata yang dibuat oleh 3 penyihir Asgard untuk mata Odin yang buta akibat perperangan di Jontunheim. Namun Odin menyadari mata itu dapat membawa mala petaka jika ia mulai tidur panjang. Odin pun mencabut semua kekuatan dari mata itu dan hanya menyisakan satu kekuatan mata tersebut. Ya, itu dapat membaca berbagai macam tulisan yang tidak diketahui bangsa manusia. Namun orang-orang bodoh menyebutnya sebagai Dark Soul dan sering di gunakan untuk mengutuk. Nah, karena kamu memiliki mata itu makanya kamu bisa melihat ukiran yang ada di pintu, jika orang awam maka tidak akan melihat ukirannya." Shiro menjelaskan secara singkat.
"Aku paham sekarang, pantas saja aku dapat membaca tulisan di tempat-tempat yang kita lalui tadi." ujar Yuke.
"Yuk masuk," Shiro membuka pintu tersebut.
Api pun menyala di setiap ruangan, dan menerangi seluruh ruangan yang gelap, Yuke memperhatikan Shiro yang menurut Yuke, Shiro sangat hafal akan tempat-tempat di dalam ruangan ini. Yuke memikirkan kata-kata Shiro tentang perpustakaan Arcadia, dimana ia pernah mendengar dongeng tentang perpustakaan tersebut, yang disebut-sebut perpustakaan dewa dan dewi, namun tempatnya berada di mensi lain. Pada Yggdrasil hanya dikenalkan akan 9 alam, sedangkan sebenarnya Odin telah membuat 10 alam dimana alam kesepuluh berisi manusia dengan telinga kucing. Dimana mereka sangat gemar membaca dan membantu Odin membuat perpustakaan 9 dunia. Yang diberi nama Arcadia. Menurut cerita lain Ymir adalah raksasa pertama kali yang diciptakan. Ymir menjadi kepala perpustakaan Arcadia, ia sangat berbeda dengan raksasa lain. Dengan pengetahuanya ia pun pergi ke Midgrad yang pada saat itu masih ladang tandus. Dengan ilmu pengetahuanya ia mulai memberikan air yang ia ambil dari Vanaheim. Kemudian ia memberikan berbagai macam sihir yang ia rapalkan untuk membuat Midgrad. Odin mengetahui akan tindakan Ymir, tapi demi ilmu pengetahuan Odin membiarkan hal tersebut.
"ini adalah Alchemist," Shiro mengejutkan Yuke.
"Sihir Alchemist?" tanya Yuke.
"Iya, semua sihir Alchemist ada di sini." Shiro menunjukan bagian buku-buku Alchemist.
"Tapi manusia dapat menggunakan Alchemist kan?" Yuke mengambil sebuah buku.
"Iya, hanya saja mereka hanya mengetahui sedikit sekali. kira-kira jika dalam persentase, hanya sepuluh persen." Shiro pun melanjutkan ia berjalan.
Yuke meletakkan buku yang ia baca sedikit. Mereka tiba di sebuah gerbang batu lagi, namun di sana terdapat seseorang yang duduk bersandar.
"Bangun!!!" Shiro menjitak kepala orang tersebut. Orang tersebut tiba-tiba marah.
"Kurang ajar kau!!!" balas orang tersebut.
Saat orang tersebut melihat Shiro, ia pun terdiam.
"Shiro!?" orang tersebut terkejut.
"Asmodeus, hallo,,," sapa Shiro tersenyum.
"Wah, sudah lama kita tidak ketemu!!" Asmodeus memeluk Shiro.
"Tunggu, siapa itu di belakangmu?" tanya Asmodeus
"Itu Yukesaintz, kakakku," ujar Shiro.
"Dia manusia?" tanya Asmodeus dengan nada tidak bersahabat.
"Maaf.." Yuke meminta maaf.
Asmodeus pun melihat mata Yuke, Asmodeus pun berbisik kepada Shiro.
"Kamu memberikan dia mata pengetahuan?" tanya Asmodeus.
"Iya," Shiro sambil tertawa kecil.
Asmodeus pun berdiri tegak lagi.
"Karena kamu memiliki mata itu, berarti kamu adalah keluarga kami. Selamat datang Yukesaintz." Asmodeus menyambut hangat.
"Dari mana anda tahu nama saya?" Yuke dengan bahasa formal.
"Ah, tidak usah di pikirkan," ujar Asmodeus.
"Asmodeus" panggil Shiro.
"Oh aku hampir lupa, masuk lah." ujar Asmodeus sambil membukakan gerbang.
Mereka pun masuk ke dalam ruangan selanjutnya.
"Selamat datang di ruangan yang ku cintai" Asmodeus terlihat sangat senang.
Shiro pun menjelaskan kepada Yuke, bahwa ruangan ini bernama amser lle atau ruang waktu. Dimana ruangan ini berisi tentang penjelasan waktu, sejarah waktu, awal mula waktu, serta sihir waktu. Yuke sangat kagum dan semakin penasaran. Di tengah-tengah ruangan tersebut terdapat sebuah taman dimana pohon yang subur yang berbuah dengan bentuk jam.
"Asmodeus, bukannya aku menolak undangan minum teh mu, hanya saja waktu kami terbatas.." Shiro dengan nada ramah.
"Aku paham, jadi tujuanmu?" tanya Asmodeus.
"Aku ingin menuju tempat jantung Ymir," Shiro melihat ke arah Yuke.
"Baiklah." Asmodeus membukakan pintu kembali.
Mereka pun tiba di tempat jantung Ymir.
"Shiro.. Ini kah jantung Ymir?" tanya Yuke.
"Ya inilah jantung Ymir, yang selama ini kita cari. Sekarang sentuhlah jantung Ymir itu." perintah Shiro.
Yuke pun mulai menyentuh jantung Ymir yang terlihat seperti permata yang sangat besar. Yuke mulai mendapatkan visi, cara bertempur dan menggunakan sihir yang selama ini ia gunakan. Setelah selesai Yuke melihat ke arah Shiro.
"Bagaimana?" tanya Shiro.
"Aku melihatnya Shiro," Yuke tersenyum.
"Ayo kita kembali." ajak Shiro.
Sementara itu, di tempat lain Zyna mulai mengerjakan quest. Ia tiba di desa elim, di sana Zyna mendapat sambutan dari kepala desa elim, permintaan dari penduduk desa Elim adalah membasmi perompak yang sering datang ke desa mereka. Perompak tersebut tidak segan-segan membunuh siapapun. Bahkan dalam seminggu ini saja para perompak yang disebut Spider itu sudah membunuh sepuluh orang warga desa Elim karena keberatan menyerahkan harta beda serta anak perempuan mereka.
Suara lolongan serigala pun terdengar dengan jelas, Zyna diam sesaat mendengarkan suara lolongan serigala tersebut. Zyna pun pamit untuk menuju ke dalam hutan. Zyna melompat dari dahan pohon ke dahan pohon lainya, hingga Zyna berdiri di atas pucuk pohon tertinggi di tengah hutan tersebut.
"Mesa Ruh Qaramliq va olum aura meni sebab." mata Zyna pun berubah layaknya mata serigala.
Semua indra yang ia miliki menguat menjadi 10 kali lipat. Zyna mulai konsentrasi penuh mencari perompak tersebut Dengan matanya Zyna dapat melihat dengan sangat jauh. Kemudian, Zyna mulai merapal mantra kembali.
"Sama Cisimlari Geldi!" Zyna mendapat penglihatan dari burung-burung yang terbang di atas hutan.
Zyna pun berhasil mengetahui lokasi para perompak itu. Dari semua informasi yang ia kumpulkan, perompak tersebut sangatlah ganas. Zyna pun memutuskan melanjutkan perburuan saat malam hari. Total perompak tersebut sangatlah banyak, jika pertarungan langsung Zyna tidak dapat menang melawan mereka semua. Zyna pun mendekati lokasi dari markas perompak tesebut, Zyna mengamati dari rimbunnya pepohonan, sambil menunggu malam hari tiba.
Matahari pun mulai terbenam, suara burung gagak mulai terdengar, Zyna pun menghitung arah angin dan kemudian, ia terkejut saat mengetahui bahwa saat ini sedang bulan purnama.
"Wind manya ilu aya mile ze esti." semua indra pada Zyna menjadi lima puluh kali libih tajam.
Zyna pun melolong seperti srigala, suara lolongan tersebut menggema di pegunungan serta seluruh penjuru hutan. Serigala yang tadinya sedang berburu tiba-tiba menghentikan buruan mereka dan mulai berlarian menuju Zyna.
"Deita i~tanara ei strei yume naka, la~ va siel nora, esta la men ste ru ra, ate de festia Akorenateni." Zyna terus menyanyi.
Orang-orang mendengar sebuah nyanyian, di nyanyikan dengan cara seriosa. Lantunan lagu yang dibawakan Zyna terdengar seolah-olah akan semangat perperangan, di tengah-tengah keputusasaan.
"Eplae da, haza ilu saa, lu la liva, lu la ilya, lala. Winyana inya en espasti, la laiva sarvasa, aizina, awa el de, hom ilya lavee"
Serigala pun berdatangan mengelingi markas para perompak itu. Serigala terlihat sangat kelaparan dan mereka memiliki tubuh yang tidak umum, lebih besar dari serigala gunung. Taring mereka sangat tajam dan mata mereka berwarna merah menyala..
Sambil melantunkan nyanyian itu, Zyna melepaskan anak panahnya, menembus kepala salah seorang perompak.
"Deiva ne sora, estri sorte, mune vala, laasa, laeostie, yala ala selsei, La tee"
Pergerakan serigala tersebut mengepung benteng markas prompak, dan mereka mulai melompati pagar benteng yang terbuat dari batang kayu. Mereka mulai menyerang para perompak itu. Ada yang terkena gigitan di punggung, di leher, para perompak mencoba untuk melawan. Zyna pun membidik tali yang mengunci gerbang benteng para perompak. Saat benteng terbuka, kawanan serigala yang lain keluar dari hutan dan mulai masuk. Zyna pun berlari dengan mengatur pernafasannya hingga kecepatannya menjadi semakin cepat. Zyna sambil berlari menghindar, kemudian melepaskan anak panahnya. Seorang berbadan besar menghalangi jalan Zyna, Zyna pun melompat ke udara dan melepaskan busur panahnya hingga terkena jantung laki-laki yang mencoba menghalanginya itu. Anak panahnya masih menancap di mayat musuh, Zyna dengan sigap mencabut anak panah tersebut, kemudian ia tembakan kembali ke arah musuh lainnya.
Zyna kehabisan anak panahnya, ia pun meletakan panahnya di belakang dan kemudian mencabut pedang pendek yang ada di pinggangnya. Zyna merubah teknik bertempurnya menjadi serangan jarak dekat. Serangan Zyna tidaklah begitu kuat, namun Zyna menutupi serangannya dengan cara membelokan serangan musuh lalu menyerang bagian vital, seperti pembuluh besar pada manusia, mata, leher, otot kaki dan tangan, hingga musuh tidak berdaya dan mati secara perlahan.
Share Tweet Share

Comment Now

0 comments

Please wait....
Disqus comment box is being loaded