Book 21 - 25

Font Size :
Dark Mode
Reset Mode
"Yuke!" panggil Vel.
"Kenapa Vel?" Yuke sambil mengemudikan kereta kuda.
"Aku akan merubah namaku." Vel tersenyum simpul.
"Mau ganti nama apa?" tanya Yuke heran.
"Aku mau ganti nama jadi Noel." Vel duduk sangat dekat dengan Yuke.
"Noel... Hmmm..... Bagus juga," Yuke tersenyum.
"Mulai sekarang panggil aku Noel yah," Noel tersenyum.
"Iya, sayangku Noel," Yuke menggoda Vel yang telah mengganti namanya menjadi Noel.
Hiroki yang berada di belakang duduk berhadapan dengan Merry yang malu-malu.
"Merry,,?" Hiroki memanggil Merry dengan nada lembut mencoba menggoda Merry.
"Apa!" bentak Merry.
"Kamu nggak ganti nama juga seperti Vel yang menjadi Noel itu?" Hiroki dengan nada pelan.
"Aku nggak lebay seperti orang yang di depan itu." Merry sewot.
"Hei hei Merry, mulai sekarang panggil aku Noel ok,,?" dengan nada datar tatapan pembunuh.
"Ba...ba....ik Noel." Merry ketakutan.
Cadfael, Dark Ruby dan Ghost Girl pun bertemu di pinggiran kota Mneme, mereka mendiskusikan langkah selanjutnya. Mereka tidak memiliki uang sedikitpun, dan untuk mencari tempat berlindung mau tidak mau mereka harus ke guild Umbrella, satu-satunya guild yang sepertinya mudah mereka masuki.
Kuroku melihat ada tiga orang asing yang berdiri di depan rumah guild Umbrella. Kuroku pun menghampiri mereka dan,
"Ada yang bisa aku bantu?" tanya Kuroku.
"Tolonglah kami, teman kami terluka." ujar Cadfael.
"Oh, masuklah." pinta Kuroku.
Mereka bertiga masuk ke dalam rumah guild Umbrella. Kuroku bergegas mengambil obat-obatan dan ia mulai mengobati Ghost Girl yang terluka.
"Untuk sementara aku sudah dapat mengobatinya, namun ini butuh seorang tabib." Kuroku sambil memperhatikan luka yang ada di tubuh Ghost Girl.
"Tapi, sepertinya kami tidak punya uang sepeser pun." Dark Ruby sambil menundukan kepalanya.
"Pejuang, angkat kepala mu. Kamu adalah seorang pejuang, jangan pernah meratapi nasib temanmu. Kami, Umbrella akan menolong kalian juga, tenanglah." Kuroku tersenyum.
"Kenapa harus menolong kami? Bisa saja kami ini pembunuh, atau buronan kerajaan." Ghost Girl dengan nada terbata-bata.
"Manusia harus menolong sesama manusia bukan?" balas Kuroku dan meninggalkan mereka bertiga.
Tiba-tiba Ghost Girl meneteskan air matanya. Melihat Ghost Girl yang menangis, Dark Ruby juga ikut terdiam dan menunduk.
"Manusia?" Cadfael melihat ke arah kedua temannya.
"Kita manusia, Cad." Ghost Girl menggenggam jemari Dark Ruby.
"Kita dianggap manusia, Cadfael." Dark Ruby dengan tatapan penuh harapan.
Cadfael pun memejamkan kedua matanya, kemudian ia menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan.
"Devisi Utama Xiel, dengan ini telah dibubarkan." Cadfael dengan nada tegas.
Tidak lama Kuroku datang dengan seorang tabib. Kuroku bergegas naik ke lantai dua dan meminta Dark Ruby menggendong Ghost Girl, sementara Cadfael dan Kuroku membersihkan kamar. Ghost Girl diletakkan di atas kasur, dan tabib mulai memeriksa kondisi Ghost Girl.
"Aku akan membeli makanan sebentar karena Hiroki belum pulang. Cadfael, Ruby, jagalah rumah kita sebentar." Kuroku bergegas pergi.
Cadfael dan Dark Ruby dengan cepat langsung bergerak dan menghentikan langkah Kuroku di ruangan utama guild Umbrella. Dark Ruby menutup pintu rumah guild Umbrella.
"Ada apa ini?" tanya Kuroku.
"Perintah Raja Uruk, sebagai raja kerajaan Eos memerintahkan Xiel untuk memata-matai guild Umbrella." Cadfael dengan nada penuh akan penderitaan.
"Melenyapkan keberadaan guild Umbrella!" balas Dark Ruby.
"Kalian ingin melenyapkan kami? Kalau begitu tunggu temanmu sembuh, kalian belum mampu melawanku dengan hanya berdua." Kuroku tersenyum dan penuh percaya diri.
Tiba-tiba saja, Cadfael dan Dark Ruby mencabut senjata mereka, Kuroku pun hanya berdiam dan tersenyum dengan mudahnya.
"Pembunuh berdarah dingin, dididik dari usia kecil, itulah tentara khusus Xiel. Kalian memang luar biasa." Kuroku tersenyum kagum sambil memegang senjata yang ada di pinggangnya.
Kemudian Cadfael meletakkan senjatanya di atas meja diikuti Dark Ruby
"Kami ingin menjadi manusia, bukan seorang anjing, atau peliharaan, kami memiliki darah yang sama, kedua tangan, dan kedua kaki." Cadfael dengan penuh penyesalan.
"Kami ingin hidup damai, kami juga bernafas, kami bukan alat, kami memang memiliki dosa yang tidak terampuni." Dark Ruby dengan rasa perih yang tak tertahankan.
"Membunuh ratusan hingga ribuan nyawa tidak berdosa, menyiksa, jeritan-jeritan manusia yang kami eksekusi, kesedihan-kesedihan serta dendam mereka, kami bunuh dengan kedua tangan ini." Cadfael melihat kedua tangannya, sekujur tubuhnya pun gemetar.
Kuroku tersenyum, ia berdiri tegak, melepaskan tangannya dari senjatanya yang masih berada di pinggangnya.
"Kami hanya ingin menjadi manusia," Cadfael melihat ke arah Kuroku.
"Dengan nyawa ini, aku akan melindungi Umbrella yang telah mengganggap kami manusia." Dark Ruby dengan tatapan penuh serius, tegak dengan berlutut di hadapan Kuroku.
"Aku juga," balas Cadfael mengikuti Dark Ruby.
Dari tangga, terdengar langkah kaki.
"Aku juga, ingin menjadi manusia," Ghost Girl dengan air matanya yang berlinang.
"Selamat datang di Umbrella," balas singkat dari Kuroku dan memegang kedua pundak Cadfael.
Membuat susana pecah menjadi haru, air mata dari Cadfael, Dark Ruby, dan Ghost Girl menetes. Dark Ruby langsung menghampiri Ghost Girl.
"Kita Manusia!" Ghost Girl sembari menangis.
Cadfael pun langsung berlutut memberikan hormat di depan Kuroku, tiba-tiba Kuroku menendang tubuh Cadfael.
"Berdiri!!, Kita ini manusia, jangan berikan penghormatan dengan cara itu, itu sama saja merendahkan dirimu sendiri! guild Umbrella melarang keras anggotanya untuk berlutut terhadap sesama manusia. Hingga sampai saat ini sejarah guild Umbrella tidak pernah berlutut sekalipun di hadapan raja Eos sekalipun, dan sebagai anggota guild Umbrella kamu harus ingat itu. Lindungi rumah guild Umbrella, dan keluargamu, siapa keluargamu? Semua anggota guild Umbrella, itulah keluargamu di sini sekarang." Kuroku dengan nada lantang. Sekali lagi kata-kata itu menyentuh di hati Cadfael, Dark Ruby dan Ghost Girl.
"Kami anggota guild Umbrella? Sungguhkah?" tanya Cadfael.
"Ya, tepatnya anggota keluarga baru Umbrella," Kuroku menghampiri Cadfael.
Kuroku mulai membaca mantra untuk anggota keluarga Umbrella dan mereka didaftarkan ke dalam buku keluarga milik Umbrella. Kuroku pun pergi membeli makanan dan Cadfael mengikuti Kuroku. Ghost Girl digendong Dark Ruby menuju kamarnya. Tabib tersebut melanjutkan pengobatan terhadap luka Ghost Girl yang tadi terbuka kembali. Penduduk Mneme menanyakan tentang keberadaan Cadfael yang mengikuti Kuroku, dan Kuroku pun menjelaskan ke setiap penduduk yang bertanya. Mereka memberikan sambutan hangat kepada Cadfael. Kuroku juga menceritakan tentang dua orang lagi yang tidak bersamanya. Penduduk Mneme memberikan berbagai macam barang dan bahan makanan, Cadfael membantu membawa barang bawaan dengan penuh semangat dan selalu tersenyum. Serta untuk pertama kalinya Cadfael mengucapkan kata terima kasih kepada banyak orang. Sungguh takjub perasaan Cadfael dengan keramahan yang diberikan warga Mneme kepada guild Umbrella yang selama ini menjadi target kekejaman raja Eos.
Dalam perjalanannya Shiro menaiki kapal menuju Mneme. Rasa yang ia dapatkan setelah perpisahan dengan wanita yang ia cintai, berkali-kali hati ini memanggil nama Zia. Canda dan tawanya selalu teringat. Langit mendung, hujan mulai turun seakan mengerti akan kesedihan yang sedang Shiro rasakan.
"Hujan turun," Shiro sambil melihat ke langit.
Kenapa dalam perpisahannya Zia mengatakan terima kasih, padahal Shiro telah membuatnya menderita dan menunggu sangat lama. Bukan satu atau dua tahun, atapun sepuluh tahun, tapi hingga ingatannya melupakan akan wajah Zia. Suaranya yang sudah mulai samar, hingga Shiro bertemu kembali, Shiro berfikir apakah dosanya tidak dapat diampuni. Membuat orang yang ia cintai menderita, namun saat bertemu bukanlah suatu kata hinaan ataupun keluhan, tapi senyuman yang menjadi topeng Zia.
Di pinggiran kota Mneme, Zia sangat kesal mendengar Cadfael, Dark Ruby dan Ghost Girl telah menghilang dan dianggap pengkhianat oleh kerajaan.
"Semua orang terus meninggalkanku, apakah nasibku akan selalu seperti ini?" Zia dengan penuh dendam.
Zia bersandar di sebuah batu besar yang berlumut di tengah hutan kematian dengan air mata berlinang dan tatapan kosong. Setiap orang-orang yang berada di sekitarnya akan menghilang dan melupakannya. Apakah ini takdir? Kenapa begitu menyakitkan?
"Elohim!! Apakah engkau sangat membenciku? Dosa apa yang telah aku perbuat hingga engkau meminggalkanku?" Zia merenung sambil melihat cahaya matahari yang menembus rindangnya daun pepohonan.
Zia pun bangkit, ia berjalan dan merubah pakaiannya dengan ilmu sihir yang ia miliki. Sebuah jubah berwarna merah dengan penutup kepala dan membawa sebuah pedang rapier.
"Dulu aku datang menyelamatkan manusia, namun manusia melupakanku, aku datang ke orang-orang baik, dari ribuan hal aku berbuat baik hanya satu kali kesalahan aku dilaknat dan dibuang. Aku mencoba menjadi penyelamat tapi mereka menyebutku pembawa kemalangan dan petaka. Jika memang kehendak mereka seperti itu, maka akan ku panggil Avalon." gumam Zia.
Dalam perjalanannya Zia tidak merasakan haus ataupun lapar. Zia terus berjalan menuju tempat membangunkan Avalon. Semakin lama Zia berjalan, auranya berubah menjadi semakin gelap. Hati Shiro mulai gelisah, ia merasakan ada sesuatu yang salah.
Sementara itu di perjalanan Yuke dan yang lainnya, saat asik ngobrol Yuke terdiam.
"Sayang kenapa?" tanya Noel.
"Aku merasakan sesuatu yang sangat buruk akan terjadi." balas Yuke.
Yuke menghentikan kereta kuda yang ia kendarai dan menggunakan telepatinya kepada Shiro.
"Shiro..." panggil Yuke dengan penuh konsentrasi.
"Yuke? Kau kah itu?" tanya Shiro.
"Ya ini aku, ada yang mau aku bicarakan." Yuke dengan nada khawatir.
"Jarak telepati sangat jauh, nanti saja. Karena akan memakan banyak memakan manamu." ujar Shiro.
"Tapi ini penting, saat merasakan perasaan seperti ini, aku teringat akan sihir Crono." Yuke dengan sangat khawatir.
"Aku juga merasakan yang sama. Jam takdir akan berubah, Crono berdetak sangat cepat. Aku rasa ini ada sangkut pautnya dengan Avalon, ........ Zia?!" Shiro menyadari akan sesuatu.
"Siapa Zia? " tanya Yuke.
"Sebaiknya kita cepat berkumpul di rumah." pinta Shiro.
"Baiklah, kami juga akan mempercepat perjalanan kami." Yuke bergegas.
Kebencian mulai menguasai Zia. Gigi taringnya mulai tumbuh tajam, bola matanya yang berwarna biru berubah hitam, burung gagak berdatangan dan mengikutinya, suara burung gagak seperti suara sambutan aura hitam yang mulai pekat. Bibir Zia yang berwarna merah muda tipis, menjadi warna merah terang, dan lambang pentagram terbalik. Rasa iba dan rasa kasih sayang di hati Zia mulai lenyap. Rumor pun mulai berhembus, bahwa Ratu Valdanir telah kembali. Saat Zia mulai masuk perkampungan, orang-orang pun bersembunyi. Mereka ketakutan, anak-anak berlarian mencari orang tuanya dan bersembunyi. Mereka berdoa minta keselamatan kepada dewa dan dewi.
Begitu pula saat ia masuk ke dalam hutan yang paling berbahaya. Iblis dan setan pun gemetar, binatang buas berlarian menjauh. Penyihir Istana kerajaan Eos pun terkejut saat membaca ramalan tentang Valdanir.
"Akhirnya aku tiba di tanah kelahiranku." Zia melihat sebuah reruntuhan.
Ia pun melewati gerbang yang sudah terbengkalai tersebut, dan gerbang tadinya rusak kembali menjadi sedia kala. Bunga-bunga bermerkaran, cahaya matahari menyinarinya layaknya seorang dewi yang diberkati oleh surga.
"Esca elium, Valon!" Zia merapal mantralnya.
Di hadapannya sebuah benteng besar mulai terlihat. Benteng yang sangat kokoh dengan bendera berwarna merah, gerbang yang terbuat dari emas dengan ukiran yang sangat indah. Gerbang tersebut terbuka, dan Zia pun mulai melangkahkan kakinya.
"Avalon telah kembali?!" ujar Shiro dalam hatinya.
"Peperangan besar akan segera datang." Yuke dengan nada pelan.
Tiba-tiba Noel merasakan aura tersebut.
"Valdanir?" Noel dengan mulut gemetar memeluk tangan Yuke.
Zia pun masuk ke dalam istana Avalon dan duduk di singgasana miliknya. Api mulai berkobar menerangi setiap ruangan di dalam kastil kerajaan Avalon. Malam mulai tiba, Zia berdiri di balkon kerajaan yang mengarah ke halaman istana.
Di istana Eos, Raja memerintahkan seluruh pasukannya untuk bersiaga. Seluruh kesatria Eos mengikuti perintah raja, memperketat pertahanan dari luar dan dalam.
"Shiro..." panggil Zia.
"Siapa Kamu!?" Shiro merasakan hawa kegelapan yang sangat kental dari seseorang yang berdiri di hadapannya dengan penutup kepala.
Orang tersebut melepaskan penutup kepalanya, dan mata Shiro membesar karena wanita yang di hadapannya itu adalah Zia yang sangat ia kenal.
"Zia..? Bukan kah..." Shiro dengan kagetnya dan tatapan penuh kesedihan.
"Aku di sini, maaf aku membohongimu. Ayo Shiro kita ke Avalon." ajak Zia.
"Zia kamu, kembali ke Avalon?" tanya Shiro gemetar.
"Ya, aku telah memenuhi takdirku sebagai Ratu Avalon. Sekarang bisakah kau berikan aku Cronos, aku membutuhkan Cronos kau tahu,,?" ujar Zia.
"Kenapa Zia, Cronos penggabung Codex sudah disegel." Shiro tidak dapat bergerak.
"Jika kamu memang mencintaiku, dampingi aku Shiro." pinta Zia.
"Zia kamu lupa akan mimpimu?" tanya Shiro.
"Mimpi? Tentang apa? Avalon? Kedamaian? Semua itu tidak nyata Shiro." Zia dengan nada geram.
"Zia sadarlah!!" teriak Shiro.
"Aku sudah sadar, tidak perlu kau berteriak seperti itu. Sekali lagi jadilah rajaku, dampingi aku sebagai Ratu Avalon, aku membutuhkanmu Shiro," Zia memohon.
"Zia, jika aku memenuhi nubuat Raja Avalon, maka kehancuran dunia sudah dapat dipastikan." Shiro dengan nada lirih.
"Kamu masih melindungi semua orang di bumi ini? Jangan bercanda, lihat bangsa Elf yang menjaga keindahan bumi. Tapi apa yang terjadi? Pengkhianatan hingga tercipta bangsa Dark Elf, dan bangsa Elf semakin angkuh. Kamael yang hanya tau bertempur atau berperang, bangsa Orc yang selalu membawa bencana, Manusia dengan ideologinya mengatas namakan kebenaran mereka selalu membawa kehancuran, dunia ini sudah sakit Shiro. Kini Avalon sudah bangkit, sekarang berikan aku Crono atau aku akan mengambilnya secara paksa." Zia dengan nada datar.
"Zia.. Kamu ingin Crono kan?" tanya Shiro.
"Ya, aku menginginkan Crono" balas Zia.
"Aku tidak mengetahui dimana letak Crono karena Einhasad telah menyembunyikanya." Shiro berkata jujur.
"Baiklah, kalau begitu aku akan mencarinya, akan kubawakan kegelapan ke dunia ini." Zia pun menghilang.
"Zia tunggu!!" Shiro dengan nada lantang.
Noel menggunakan telepatinya dan meminta seluruh Sucubus untuk segera bersiap, membangun pertahanan, dan mengirimkan setengah dari tentara Sucubus ke Mneme. Zia mulai melepaskan segel kehidupan di kota Avalon. Para ras yang tergabung dengan kerjaan Avalon pun terbangun.
Zia mulai dari telapak tangan kiri dan kanannya keluar cahaya hitam dan putih, dan ia mulai gerakannya untuk membuka segel tujuh lapis gerbang surga dan neraka. Suara terompet terdengar ke seluruh penjuru negeri.
"Suara ini, aku harus cepat mencegahnya." ujar Shiro.
"Tidak mungkin.." Yuke melihat penglihatan yang sangat memilukan.
"Ini, ini suara kehancuran," ujar Noel gemetar.
"Avalon telah bangkit." ujar Kuroku dalam hatinya.
Vivid keluar dari kamarnya dan ia melihat Kuroku.
"Kuro.. Ini suara Crono Triger." Vivid dengan wajah ketakutan.
Para peramal mengatakan kehancuran akan terjadi di bumi Eos. Peperangan yang sangat lama dan berdarah, banyak negeri akan musnah, peradaban manusia akan di ulang dari awal.
"Saat suara Crono Triger dikumandangkan, berarti kerajaan Avalon telah bangkit. Itu baru suara pertama, ada tujuh suara yang mewakili kejadian." Vivid menjelaskan dengan singkat.
Tidak lama kemudian, semua Codex bereaksi, dan tulisan baru terlihat.
"Intt..." Zyna sambil menggenggam erat tangan Intt.
"Aku tahu... Kita harus segera ke Mneme dan berkumpul dengan teman-teman." Intt dengan nada cemas.
"Iya." ujar Zyna.
Lima pilar di negeri Avalon menyala mengeluarkan cahaya yang menjulang ke langit, kemudian menghilang. Bangunan-bangunan Avalon mulai dikonstruksi ulang sebagaimana sedia kala. Avalon adalah negeri awal mula peradaban para bangsa ras yang diciptakan oleh bangsa raksasa atau titan. Jantung Ymir mulai berdetak, aliran waktu mulai kembali berdetak. Tentara-tentara Avalon mulai bangun dari kematian, mereka adalah tentara ratu. Dalam sejarah yang tertulis dalam Codex, bahwa Ratu Avalon menguasai akan kegelapan yang memiliki tentara alam bawah, sedangkan Raja Avalon yang membawa kedamaian dan memimpin tentara cahaya.
Crono adalah alat penulis ulang dari semua Codex dan dapat merubah semua sejarah dunia. Crono sama saja dengan alat tulis takdir, manusia pun bisa menjadi dewa. Crono Triger adalah terompet yang diciptakan akan berbunyi sendiri jika dunia mulai mengalami kehancuran. Saat diciptakan Crono Triger, Eva dan Grandkain serta seluruh dewa dan dewi sudah tertidur panjang. Seluruh ras berjalan dengan sendirinya. Peninggalan bangsa Titan yang pernah di hancurkan kini sisa-sisa benda tersebut mulai menunjukan reaksinya lagi.
Peri-peri hutan gelisah, binatang buas semakin menjadi-jadi, monster-monster baru mulai bermunculan.
"Aku akan balas dendam." Zia dengan nada kesal.
Fitnah antar kerajaan mulai terjadi, perperanganpun dimulai. Pertumpahan darah antar kerajaan, suku, dan ras dimulai. Hutan-hutan mulai terbakar, tanah mulai mati karena pencemaran yang dilakukan oleh mahluk hidup. Para Mage di Menara Invory mulai berdiskusi, apakah mereka akan bergabung dengan Avalon atau menentang Avalon.
Grand Order telah dijalankan, Zia pun mulai beryanyi, dimana isi liriknya penuh akan penyesalan, kesedihan, dan kesunyian. Orang tua, anak-anak, dan wanita berdoa di kuil-kuil mereka juga di rumah meminta keselamatan dari sang pembawa bencana. Kelima bangsa mulai membuat pertemuan di hutan suci untuk mencegah peperangan yang buruk. Dalam pertemuan tersebut, Zia muncul dan ia tersenyum kemudian ia membuat semua orang yang ada di sana menjadi patung batu.
Medusa yang bersama Zia memberikan hormat kepada Zia karena mengijinkannya menggunakan kekuatan terlarangnya. Zia memberikan perintah ke Medusa untuk kembali ke kerajaan Avalon. Zia memanggil Fenrir dari tidur panjangnya, dan memerintahkannya kembali ke Avalon.
Slepnir dan brigment yang dianggap harta suci bangsa Dwarf digunakan oleh Zia, dan ia duduk di singgasananya. Di samping kanannya pun terdapat palu keadilan milik Thor.
"Zia!!" Odin datang di hadapan Zia.
"Ada apa?" Zia dengan tatapan sinis.
"Apa yang kau lakukan di Mingrat?" tanya Odin.
"Jangan urusi aku, urusi saja sana masalah Joutenheim, atau aku akan menyerang Asgard." ancam Zia.
"Kau!" Odin tertekan.
"Kenapa Odin? Anak-anak mu sudah mati, Thor dan Loki mereka sudah tidak ada, apa kau sedih? Kau tahu saat di alfelheim? Mereka bertempur hingga mati, dan Thor, ia bunuh diri. Semua itu karena kau, orang tua tidak becus mengurus anak-anakmu." Zia dengan nada yang santai.
"Aku hanya memberikan saran Zia, hentikan semua ini. Atau kau akan menyesali apa yang sudah ka mulai ini Zia." jawab Odin.
"Tidak akan, apa kamu mau menentang Grand Order Grandkain dan Eva?" tanya Zia.
"Aku perwakilan Asgard sangat kecewa dengan keputusan anda." Odin kecewa.
"Diam!!!" bentak Zia.
Odin pun pergi meninggalkan istana Avalon. Olympus mendapat kabar bahwa Odin telah di usir dari sitana Avalon. Zeus sendiri mengambil kebijakan ini adalah perperangan manusia, tidak ada hubungannya dengan Olympus. Pertemuan antara dewa dan dewi dimulai, namun mereka tidak dapat meghentikan Zia, karena ia memang ditugaskan untuk membawa kehancuran di dunia ini.
Grandkain dan Eva sudah memberikan Grand Order. Shilent Godness yang mendengar berita tersebut mulai tertawa. Anak-anak Shilent, para Naga terbangun dari tidur panjang mereka. Underworld mulai muncul dan tidak menutupi diri mereka lagi.
"Aku harus menghentikan Zia." Shiro yang was-was di dalam kesedihannya.
Yuke, Noel, Hiroki, dan Merry tiba di Mneme, dan mereka langsung menuju rumah guild Umbrella.
"Kami pulang." Yuke dan Hiroki dengan bersamaan.
"Selamat datang." Sambut Ghost Girl.
"Hee?! Anggota baru?" tanya Yuke.
"Iya, namaku Ghost Girl" Ghost Girl memperkenalkan dirinya.
"Hmmm, nama yang aneh." cetus Yuke.
"Yo, aku Dark Ruby salam kenal." Dark Ruby tersenyum.
"Aku Hiroki" balas Hiroki.
"Dan aku, Cadfael." Cadfael berjabat tangan dengan Yuke.
"Oh perkenalkan ini istriku, Noel dan dia calon anggota guild Umbrella juga." Yuke dengan malu-malu.
"Salam kenal." sapa Noel dengan lembut nan anggun.
"Istriku yang cantik ini, adalah Merry." Hiroki dengan semangat yang membara.
"Ish, maaf atas kelakuan suamiku ini." Merry menunduk meminta maaf.
Mereka pun masuk ke dalam rumah guild. Vivid yang duduk di pojok sambil membaca buku, ia melihat ke Yuke dan Hiroki dan tersenyum. Mendengar Yuke dan Hiroki telah datang Kuroku bergegas turun ke ruang tamu guild.
"Gawat!!" Kuroku dengan raut wajah serius.
"Ada apa?" tanya Hiroki.
"Kalian membuat masalah buatku, tunggu dulu apakah mereka sucubus?" tanya Kuroku.
"Iya, istriku Noel." Yuke memperkenalkan Noel.
"Hmm, cantik juga." balas Kuroku.
"Terim akasih atas pujian anda Tuan," Noel dengan nada yang lembut.
"Oi Kuro, kalau ini istriku Merry." ujar Hiroki.
"Astaga, ternyata ada juga wanita yang mau sama kamu Hiroki." ledek Kuroku sambil tersenyum. Tiba-tiba Vivid tersedak saat minum air teh dari cangkirnya.
"Loh Vivid sudah sembuh?" Yuke menghampiri Vivid.
"Ya seperti yang kau lihat." Vivid tersenyum lembut.
"Wooo, sehat Vid?" tanya Hiroki.
"Sangat sehat sekali." Vivid meletakan cangkirnya.
"Dia sudah normal." Kuroku terlihat bahagia.
"Jadi ada apa dua sucubus itu ada di guild kita?" tanya Vivid.
"Mereka akan menjadi anggota guild kita" Yuke dengan bangga.
"Baguslah." balas Vivid.
Noel dan Merry menghampiri vivid dan mereka pun berkenalan, setelah beristirahat keesokan harinya Kuroku menjelaskan persaannya yang tidak nyaman. Yuke pun memberitahukan bahwa Avalon telah bangkit. Mendengar kata-kata tersebut semua orang yang ada di ruangan tersebut seketika terdiam, dan tubuh Vivid pun gemetar membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Vivid?" tanya Hiroki.
"Apa kalian tahu apa itu Avalon?" tanya Vivid.
"Kami tidak begitu mengetahui tentang Avalon." balas Kuroku.
"Kemarin aku dihubungi Shiro lewat telepati, bahwa kita diminta berkumpul hingga dia tiba. Dan tidak salah lagi dia menyebut Avalon dan Crono." Yuke dengan nada serius.
"Waktu aku kecil pernah mendengar nama Avalon, dan itu dongeng dari desaku secara turun-temurun." Kuroku dengan nada santai.
"Aku juga pernah mendengarnya dari ayahku." balas Hiroki.
"Noel? Merry? apa kalian tahu tentang Avalon dan Crono?" tanya Vivid.
"Tidak banyak yang aku ketahui tentang Crono, namun kalau Avalon, kami bangsa sucubus sangat tahu akan sejarah Avalon." suasana menjadi serius setelah Noel mengatakan hal itu.
"Ralat jika aku salah Noel. Setahu ku kerajaan Avalon adalah kerajaan yang dibuatnya perjanjian para ras, dimana mereka bersatu membuat hukum dalam kehidupan." Vivid dengan tatapan serius.
"Betul itu Vivid, kalau tidak salah mereka menyebut Teknologi yang di dalamnya ada Lost Ark. Sampai saat ini mereka mempercayai Lost Ark tersebut ada di kerajaan Avalon. Kerajaan Avalon bagaikan pisau bermata dua, mereka bisa menjadi baik dan jahat tergantung bagaimana dunia ini berjalan, hingga apapun yang kita gunakan sampai sekarang ini awalnya dari Avalon." ujar Noel sambil menggenggam erat tangan suaminya Yuke.
"Leluhur kami adalah penduduk dari kerajaan Avalon. 700 tahun setelah para raksasa bertempur dengan para dewa dan dewi, kerajaan Avalon berhasil mengumpulkan semua codex. Namun raja Avalon sendiri menyadari bahwa codex itu tidak boleh dimiliki hanya satu orang, atau raja, ataupun sebuah negara. Makanya pada saat itu codex disebar dengan nama C Triger." balas Merry.
"Soal C Triger itu aku pernah menelitinya. C Triger bukan lain adalah Crono Triger, dan Crono Triger sendiri ada di kerajaan Avalon. Tapi ada satu lagi benda, Odin Eyes, sejarah awal mulanya Odin Eyes sendiri sangat buram, kabur. Tapi dari apa yang pernah aku selidiki, Odin Eyes dikutuk karena ulah para penyihir dan manusia, dan sering dijadikan alat penyembah setan. Aura kegelapan merasuk ke dalam Odin Eyes dan di dunia penyihir disebut Dark Soul. Dark Soul sendiri sudah d murnikan oleh seorang Arcana generasi pertama yaitu teman kita Shiro, dan kini Mata itu ada pada Yuke. Benar kan Yuke?" Vivid melihat ke arah Yuke.
"Yaa.. Mata ini... Aku akan terus menjaganya." Yuke sambil metanap Noel istrinya.
Raja Uruk sangat bahagia mendengar Avalon telah muncul. Kerajaan bersiap untuk menyerang kerajaan Avalon, dan menguasai seluruh kerajaan Avalon. Seperti itulah yang ada di benak Raja Uruk. Zia duduk di halaman bunganya, ia tidak henti-hentinya memikirkan Shiro.
"Apakah dia akan menyelamatkanku jika aku seperti ini? Apakah dia akan tetap mencintaiku walau aku seperti ini? Ataukah sebaliknya?" Zia tertawa kecil.
Zia pergi ke kota Ezul. Dengan lambang Avalon pada pin bajunya, masyarakat kota Ezul mengetahui bahwa ia adalah ratu Avalon. Orang-orang pun memberikan jalan kepadanya dan menundukan kepalanya kepada Zia.
"Nona!!" anak kecil menghampiri Zia.
"Ada apa gadis cantik?" Zia tersenyum.
"Nona siapa? Soalnya aku baru lihat Nona di sini." ujar anak kecil tersebut heran.
"Aku? Dalam legenda menyebutkan bahwa aku adalah Alpha dan Omega, Permulaan dan Terakhir, atau Awal dan Akhir, tapi bohong. Hehe... Siapa namamu?" Zia mencubit pipi anak kecil itu dengan lembut.
"Oh iya nona namaku Zia." ujar anak kecil tersebut.
"Wah, nama kita sama." Zia langsung menggendong Zia kecil.
"Hore... Tinggi tinggi..." sorak Zia kecil.
"Mama papamu mana?" tanya Zia.
"Aku tinggal di jalan" Zia kecil tersenyum.
"Kalo begitu ikutlah denganku, mulai sekarang namamu Libie Von Avalon." Zia tersenyum lebar.
Sementara itu di kota Mneme.
"Akhirnya kita sampai kak Intt"ujar Zyna.
"Capek banget." keluh Intt keluar dari kereta kuda.
"Ayo, sedikit lagi sampai ke rumah guild." Zyna dengan nada gembira.
Setiba di rumah guild Zyna dan Intt disambut oleh wajah-wajah baru, tidak lupa Kuroku juga menyapa Zyna dan Intt. Rumah guild umbrella sekarang sangat ramai, ditambah Yuke dan Hiroki sudah memiliki istri. Zia membawa Libie ke istana Avalon, di sana Zia diperlakukan seperti anak kandung oleh Zia. Libie anak yang pintar dan berbakat, Zia terpikir untuk mengajarinya sihir Lost Ark. Awalnya Libie ketakutan melihat bangsa-bangsa Avalon, namun Zia mengatakan kalau nantinya Libie pun akan terbiasa karena sebenarnya mereka adalah orang yang baik.
Zia tersenyum lebar saat meminum teh di taman bunga yang tidak jauh dari istana Avalon.
"Shiro suatu saat kamu pasti akan bergabung denganku." Zia penuh percaya diri.
Shiro pun tiba di Mneme, dalam waktu yang sebentar guild Umbrella dipenuhi wajah-wajah baru. Intt menyapa Shiro, begitu pula Yuke, Zyna tidak ketinggalan. Shiro mencoba berbaur dengan para anggota baru, namun tidak bisa. Shiro merenung sebentar, ia pun berbicara dengan Yuke.
"Ada apa Shiro?" tanya Yuke.
"Sepertinya aku akan pergi dari rumah guild." Shiro dengan serius.
"Pertimbangkanlah dulu." pinta Yuke.
"Aku sudah lama berfikir di perjalanan, sepertinya aku akan ke Avalon." Shiro dengan kata-kata yang tegas.
"Jika kamu pergi, aku akan ikut." Yuke tersenyum.
"Jangan, nanti kamu malah dimusuhi." balas Shiro.
"Dimusuhi? Oleh siapa? Mereka? Jangan becanda. Karena aku tidak takut." Yuke keluar dari kamarnya.
Yuke menghampiri Noel dan ia meminta Noel ikut ke kamar untuk membicarakan sesuatu. Di kamar mereka, Yuke menceritakan keinginannya untuk ikut dengan Shiro. Noel pun tidak protes sedikitpun, karena apapun keputusan suaminya dia pun akan selalu mendampingi Yuke suaminya..
Noel pun menggunakan baju zirahnya, yang diketahui dari baju zirah itu menyimpan sayap emas dengan tombak sebagai senjatanya. Noel adalah seorang guardian, Merry yang melihat Noel mengenakan baju zirah tersebut hanya dapat terdiam dan murung. Meski Noel adalah ratu dari bangsa Sucubus, namun mereka sudah layaknya keluarga yang akan selalu membahu satu sama lain.
"Foar altyd freon." Noel menjabat tangan Merry.
"Foar altyd freon Noel," Merry meteskan air matanya dan memeluk Noel.
Yuke pun berjalan di belakang Noel, dan mereka bertiga keluar dari rumah guild. Semua orang yang ada di ruangan tersebut tertuju pada meja di dekat pintu, dimana Noel, Yuke, dan Shiro meletakkan buku sihir guild Umbrella yang memiliki kekuatan untuk telepati ke seluruh guild dan berbagai sihir lainya. Buku mereka pun terbakar. Hiroki membuka buku sihir guild miliknya, dan nama Noel, Yuke, dan Shiro pun perlahan menghilang.
Kuroku yang baru bangun dari tidurnya mendapat laporan dari Vivid, dan ia langsung beranjak dari tempat tidurnya. Mengambil perlengkapan dan berlari mencari ketiga anggota guildnya itu, anggota guild yang lain pun mengikuti pergerakan Kuroku.
"Hiroki, apa kau menemukan mereka?" tanya Kuroku dengan telepati.
"Semua ke gerbang utara Mneme." Hiroki melihat Shiro , Noel, dan Yuke.
Semua anggota guild Umbrella pun berdatangan. Noel menghentikan langkahnya.
"Ada apa Noel?" tanya Yuke.
"Kita di ikuti" Noel membalikkan badannya.
"Ya, aku merasakannya juga." balas Shiro.
Di atas atap gedung berdirilah Kuroku dan Hiroki diikuti oleh anggota guild yang lain.
"Shiro, Noel, dan Yuke katakan kenapa kalian keluar dari guild tanpa seizinku?" tanya Kuroku.
Noel pun mengacungkan tombaknya ke arah Kuroku.
"Noel, hentikan." Yuke dengan nada lembut.
"Aku tidak akan berhenti jika ada yang menghalangi suamiku." Noel dengan nada datar.
"Jawab aku." Kuroku dengan nada lantang.
"Raise of Avalon Kingdom!!!" Shiro menatap tajam ke arah Kuroku.
Mereka bertiga pun perlahan ke atas kapal layar, kapal mulai meninggalkan pelabuhan Mneme. Kuroku hanya bisa terdiam setelah mendengar kalimat itu dari Shiro.
"Kuro, ini bohongkan?" Vivid dengan nada sedih memegang lengan baju Kuroku.
"Keluarga kita telah meninggalkan kita," Intt dengan nada sedih.
Merry berlari dan ia terus menatap Noel tanpa memperdulikan apa yang ada di hadapanya.
"Noel jangan terlalu keras denganya." Shiro membujuk Noel.
Noel pun melihat ke arah Merry dan tersenyum.
"Merry'll sjogge jo yn it hjirneimels!" Noel meneteskan air matanya.
"Queen Wêrom hasto ferlitte Merry." Merry dengan suara yang keras sambil terisak tangis.
"Remember de tsien geboaden keninginne." balas Noel.
Merry pun menghentikan langkahnya, ia membalikkan badannya dan memeluk Hiroki yang mengikutinya di ujung dermaga. Sementara Intt dan Zyna berpegangan tangan, namun Zyna melihat wajah Intt yang berlinang air mata dan dipenuhi dengan kekesalan.
"Yuke, Shiro, maafkan jika aku akan membunuhmu nanti." Intt dengan penuh kesal.
"Kak Intt," Zyna sedih.
Intt meninggalkan tempat tersebut bersama Zyna menuju rumah guild Umbrella.
"Kak Intt apa kamu serius?" tanya Zyna.
"Zyna kamu mungkin sudah tahu, sebenarnya Shiro itu memiliki satu buah codex dan 103.000 buku terlarang Grimoire. Kau tahu Grimoire itu lebih kuat dari Codex. Satu buku Grimoire saja bisa merubah dunia ini. Yang aku tahu dia mencari Codex, dan sekarang para memilik Codex sudah ia ketahui. Hampir sama denganku, kami di bawah Ordo Valius bekerja dalam bayangan." Intt mengatakan ke kebenaran.
"Kak Intt bercandakan,?" Zyna dengan tubuh gemetar.
"Pembunuhan besar 1893 era Eos, 1898,1900,1957..." Intt menatap Zyna.
"Aku tahu itu di bawah Ordo Valius. Dan, kak Intt- jujur kejadian di daratan Galie Ecrum, apakah itu benar atas perintah Ordo Valius?" Zyna mengumpulkan keberaniannya.
"Aku yang memimpin gerakan Ordo Valius, dan itu tepat di mana aku membunuh penduduk desa dan membuang seorang bayi ke dalam hutan." Intt dengan penuh penyesalan.
"Tunggu kak Intt, lalu apa yang terjadi dengan bayi itu?" tanya Zyna.
"Yang aku tahu serigala liar merawat bayi itu. Sungguh aneh memang, karena- bayi itu sudah dewasa dan saat ini dia ada tepat di hadapanku." Intt memalingkan wajahnya tak mampu menatap ke arah Zyna.
"Kak Intt, andaikan kita tidak pernah bertemu,?" Zyna menjaga jarak dengan Intt.
"Aku pasti akan membunuhmu Zyna, karena aku tahu kamu memiliki salah satu Codex itu." Intt masih memalingkan wajahnya.
"Tapi kak Intt, aku menyayangi kakak. Kak Intt sudah aku anggap sebagai kakak kandungku sendiri." Zyna tak dapat menahan air matanya.
"Maafkan aku, Zyna." Intt memeluk Zyna.
Zyna membalas pelukan Intt dengan erat. Namun beberapa saat kemudian, tubuh Intt menghilang. Zyna pun tertunduk lemas belum bisa percaya kalau Intt meninggalkannya.
Share Tweet Share

Comment Now

0 comments

Please wait....
Disqus comment box is being loaded