Book 16 - 20

Font Size :
Dark Mode
Reset Mode
Wanita-wanita cantik berdatangan mengikuti mereka hingga ke pintu penginapan, dua laki-laki ganteng dan berbadan tegap serta berotot.
"Selamat datang di penginapan kami tuan, perkenalkan nama saya Merry." ujar resepsionis.
"Terimakasih, kami ingin menyewa dua kamar untuk satu malam." Hiroki dengan nada santai.
"Baik tuan, dua kamar untuk satu malam." balas Merry dengan nada menggoda.
"Berapa harga sewanya?" tanya Yuke.
"Karena ini hari kebahagian di kota Valnalis, maka semua di kota ini gratis." ujar Merry dengan nada lembut.
Mata Hiroki dan Yuke tidak dapat memalingkan dari postur tubuh dan pakaian wanita-wanita yang mereka temui. Hari sudah mulai gelap, mereka mulai masuk ke kamar masing-masing dan mulai menggunakan sihir telepati.
"Oi Yuke, sepertinya malam ini akan menjadi malam surga kita." ujar Hiroki.
"Kita harus tetap waspada, karena kita masih dalam quest untuk mengambil 12 tangkai bunga di sini." ujar Yuke.
"Itu gampang," blas Hiroki.
Malam pun tiba, Yuke dan Hiroki di kamar masing-masing sudah siaga. Namun tidak terjadi apa-apa, malah dalam mimpi pun tidak ada sihir sucubus yang mendatangi mereka. Hiroki dan Yuke pun berpakaian lalu keluar kamar. Suasana kota ini sangat sepi, Yuke dan Hiroki merasakan ada yang aneh. Mereka pun turun ke lantai bawah di lobi penginapan tapi tidak ada seorangpun.
"Sebaiknya kita selesaikan quest kita." ujar Hiroki.
"Baik, kita lakukan sekarang. Karena aku merasa tempat ini tak wajar sama sekali." Yuke khawatir.
Mereka pun langsung menuju taman bunga yang ada di depan penginapan, kemudian memetik bunga tersebut dan diletakkan di dalam kristal abadi agar bunga tersebut tidak layu. Selang waktu beberapa detik tiba-tiba, para Sucubus bermunculan dengan tanduk, sayap iblis di punggung mereka, dengan ekor, tapi tetap saja postur tubuh yang menarik bagi mata laki-laki serta wajah yang cantik, mata berwarna biru terang seperti bintang di langit malam.
"Kalian sudah mengambil bunga itu?" ujar Sucubus tersebut.
"Siapa kamu?" tanya Hiroki.
"Namaku adalah Merry, aku akan menjadikan kalian milikku." ujar Merry.
"Bisa apa?" tantang Yuke.
Yuke yang meremehkan Merry membuat emosi Merry memuncak. Pasukan sucubus bermunculan satu persatu. Hiroki mengambil pedangnya dan bersiap. Yuke menghentikan Hiroki dan ia menggunakan God Eyes.
"God Eyes!!" Merry tercengang melihat mata Yuke.
Di tambah Yuke memegang Melleous Maleficarum.
"Itu buku milik kami, Melleous Maleficarum." ujar Merry.
Dari belakang Merry muncul seorang sucubus yang tidak kalah cantik dengan postur tubuh yang menyejukkan mata lelaki.
"Merry, dia orang yang diramalkan." ujar Vel.
"Vel... Mereka manusia yang sangat rendah." Merry dengan nada jengkel.
"Merry!! Kamu sudah melihat dia pemilik God Eyes!!" bentak Vel.
"Ba, baiklah Vel. Aku mengerti." Merry ketakutan.
"Yuke, apa yang terjadi?" bisik Hiroki.
Vel melihat ke arah Hiroki yang masing menggenggam pedangnya.
"Simpan pedangmu." balas Yuke dengan nada pelan.
"Ok, ok." Hiroki kembali menyarungkan pedangnya.
"Jadi apa yang akan anda lakukan dengan Mellous Maleficarum milik kami?" tanya Vel dengan bahasa formal.
"Jadi ini benar Mellous Maleficarum, aku kembalikan kepada anda tuan putri." Yuke memberikan kepada Vel sambil memberikan hormat.
"Hmm jadi kamu tau aku siapa?" tanya Vel sambil tersenyum dan melipatkan tangannya di depan dadanya.
"Iya yang mulia, God Eyes ini telah memperlihatkan kebenarannya." ujar Yuke tersenyum.
Vel menoleh ke Merry, Merry pun mengangkat setengah tangan kirinya dan semua Sucubus kembali ke wujud manusia mereka.
"Dengar rakyat ku! Dia adalah orang yang diramalkan bersama temannya yang telah mengembalikan Mellous Maleficarum yang selama ini kita selalu berperang melawan Chimera. Dengan ini sesuai dengan tradisi, kalian dapat membahagiakan dua laki-laki ini dengan cara apapun dengan tubuh kalian!" Vel dengan nada lantang.
"Yeeaay!!!" sorak para sucubus.
Merry terlihat wajahnya memerah.
"Yu...Yu...Yuke.... Apa kita harus melepas keperjakaan kita di sini?" Hiroki melongo,
"Sepertinya..." jawab Yuke.
Vel memulai menggoda Yuke, begitu juga sucubus yang lain. Tapi mata Hiroki tertuju kepada Merry, Sucubus paling galak, tempramen, tapi pemalu.
"Merry." Hiroki memanggil Merry sambil menunjuk Merry.
"Aaa.... Akuuuuu?" Merry dengan nada terbata-bata.
"Ya kamu." Hiroki dengan nada tegas.
"Dia bukan sucubus, tapi campuran manusia dan sucubus. Serta dia adalah panglima tertinggi bangsa kami." ujar Vel.
Hiroki pun berjalan dengan gagahnya. Merry salah tingkah melihat Hiroki yang menerobos barisan sucubus karena dia masih memiliki sifat pemalu milik manusia. Merry hendak menghindar dari Hiroki, namun Hiroki berhasil menangkap tangan Merry.
"Aku... Aku belum berpengalaman jadi maaf..." Merry dengan nada pelan dengan wajah memerah.
"Menikahlah denganku!!" Hiroki membuat semua orang di ruangan terkejut.
"Eh? Me, me, me, me, menikah?" Merry tersentak.
"Iya, menikahlah dengan ku, jadi istriku, jadilah wanita satu-satunya untukku." Hiroki dengan nada tegasnya.
"Tapi, tapi aku ini, aku hanya manusia setengah siluman." Merry menunduk dengan wajah memerah.
"Aku tahu." balas Hiroki tersenyum.
"Aku tidak bisa urusan rumah tangga, aku tidak tahu apa itu cinta, aku hanya tau cara bertarung." Merry menjelaskan tentang dirinya.
"Aku bisa mengerjakan urusan rumah tangga, tentunya aku akan mengajarimu." ujar Hiroki.
"Hiroki!" panggil Vel.
"Aku akan merebut Merry darimu!" Hiroki dengan nada menantang.
"Laki-laki dari dulu memang bodoh, apa kamu serius dengan ucapanmu itu?" tanya Vel.
"Aku serius sebagai laki-laki, dan aku bersumpah demi hidupku." Hiroki dengan nada tegasnya.
"Ohhh... Bagaimana Merry?" tanya Vel.
"Aku, tapi aku..." Merry mencoba melihat ke arah Hiroki.
"Aku memohon kepadamu Merry." Hiroki memegang kedua tangan Merry.
Merry belum pernah tersentuh oleh laki-laki. Tapi dari semua yang ia lihat, para laki-laki hanya menjadikan teman-teman sucubus sebagai alat pemuas nafsu saja. Namun kali ini, seorang laki-laki bodoh telah melamarnya dan berniat menjadikanya seorang istri.
"Aku... Baiklah, aku bersedia." balas Merry meneteskan air mata dan melihat wajah Hiroki.
Semua orang pun bersorak gembira.
"Tuan Yuke apa kau juga akan mengambil salah seorang rakyatku?" tanya Vel.
"Aku lebih tertarik dengan..." Yuke berjalan melihat wanita sucubus yang akan dia nikahi.
"Yuke ikuti kata hatimu" teriak Hiroki.
"Diam berisik!!!" Yuke pun malu.
Semua sucubus wanita pun berbaris, sudah empat kali bolak-balik Yuke memperhatikan barisan sucubus.
"Bagaimana tuan Yuke seharusnya sudah ada yang anda inginkan bukan?" Vel menunggu duduk di atas meja.
Yuke pun melihat ke arah Vel.
"Astaga, sepertinya memang hanya satu yang aku inginkan." Yuke tersenyum ke arah Vel.
"Tunggu dulu, jangan bilang..." Vel kaget.
"Yaa, kau benar Vel," balas Yuke.
"Tunggu tunggu. Tidak, kau bercanda kan?" Vel salah tingkah.
"Ya, kamu ratu kan? Kau wanita yang kuat, sedangkan aku lelaki lemah dan bodoh. Dan aku memilihmu Vel," Yuke tersenyum.
"Aku? Wanita kau bilang?" tanya Vel heran.
"Ya, kamu seorang wanita." Yuke menggenggam tangan Vel.
"Lihat aku ini iblis, tubuhku sudah banyak ditiduri laki-laki." Vel dengan menundukan wajahnya.
"Kalo begitu jadikan aku satu satunya laki-laki yang akan kau layani." Yuke dengan nada tegas.
"................" Vel terdiam.
"Jadi apa jawabanmu, ratu?" Yuke menanti jawaban Vel.
"Tapi kalu kamu selingkuh, aku akan membunuhmu." ancam Vel.
"Ok," balas Yuke.
"Kalau urusan guild selesai, kau harus langsung pulang ke rumah." Vel dengan nada lembut wajah mengancam.
"Tentu." Yuke tersenyum.
"Jangan lirik sana sini, aku orang yang sangat cemburuan." Vel mengajukan permintaan lagi.
"Aku janji." Yuke mengangkat du jari tangan kirinya, sedang tangan kanannya tetap memegang tangan Vel.
"Di dunia ini tidak ada wanita yang tidak akan tersentuh jika ada seseorang yang melamarnya." Vel tersenyum.
"Jadi jawabanmu?" Yuke menggoda Vel.
Vel langsung mencium bibir Yuke, sebagai tanda Vel menyetujui lamaran dari Yuke. Walau banyak sucubus yang iri karena Yuke dan Hiroki hanya memilih satu sucubus, namun mereka ikut bahagia mendengar dua lelaki bodoh di depan mereka memilih untuk menikahi teman mereka.
"Dalam aturan sucubus, laki-laki boleh milih empat sucubus loh," godaan dari seorang sucubus kepada Yuke dan Hiroki.
Merry melihat ke arah Hiroki dan hampir menangis, sedangkan Vel langsung mengancam Yuke dengan tatapan tegasnya. Hisoki dan Yuke saling memandang dan tertawa.
"Ahaha, sepertinya kami memang hanya bisa memilih satu." jawab Hiroki mengusap rambut Merry dan seketika pun Merry memeluk Hiroki.
"Ya, dia benar." jawab Yuke tersenyum menatap wajah Vel dan memegang pipi Vel, ratu dari para sucubus.
Upacara pernikahan dilakukan malam itu juga. Yuke dinobatkan menjadi raja dari para sucubus karena menikahi ratu sucubus. Sedangkan Hiroki dinobatkan sebagai panglima untuk para sucubus.
Yuke dan Hiroki pun menjelaskan apa yang sedang mereka lakukan dan mereka juga telah memiliki seorang istri. Kuroku terkejut saat mendengar telepati dari Yuke dan Hiroki.
"Apa!!!!!!!!" Kuroku histeris.
"Tenang, kami akan membawa istri kami ke Mneme" ujar Yuke.
"Oi oi... Apa kamu sadar apa yang akan terjadi?" tanya Kuroku.
"Aku tahu itu, tapi kita hidup selama ini berdampingan hanya karena sesuatu membuat kita semua harus bermusuhan dan beberapa bangsa memilih untuk bersembunyi. Tapi ingat mereka juga mahluk hidup." Hiroki menjelaskan dengan singkat dari sudut pandangnya.
"Sucubus itu bagi manusia, bangsa impian untuk dijadikan istri. Tapi di beberapa tempat sucubus itu tidak jauh dari kata pelacur." Kuroku dengan nada santai.
"Kita harus merubah pandangan itu. Faktanya mereka juga mahluk hidup, mereka disebut iblis karena memiliki wujud yang berbeda. Jika sucubus itu disebut iblis karena dia bisa sihir dan memiliki wujud yang berbeda dari manusia pada umumnya, maka dwarf, kamael, elf itu sama saja juga iblis." Yuke dengan argumennya.
"Begitu juga yah, aku akan berusaha sebaik mungkin." Kuroku dengan nada berat.
Tidak lama telepati berakhir Kuroku pun berteriak.
"YUKE, HIROKU!!! Menambah pekerjaan aku!!!!!!!!!!!" ujar Kuroku.
Di perjalanan Zyna bercerita banyak tentang kampung halamannya dan apa yang telah ia lakukan selama ini. Intt memberikan nasihat kepada Zyna hingga hubungan mereka semakin akrab. Intt memperhatikan setiap perjalanan yang mereka lalui terdapat patung batu yang diselimuti dengan kain merah dan di beri topi jerami, Zyna mulai merapal doa.
"Mau berdoa?" tanya Intt.
"Iya," balas Zyna.
"Oke, aku akan mengiringi doa kamu." Intt tersenyum simpul.
Zyna pun meminta izin kepada penumpang di kereta kuda tersebut, karena ia tidak mau mengganggu orang-orang dengan doanya. Namun setelah berkali-kali mendengar doa yang diucapkan oleh Zyna, penumpang kereta kuda tersebut malah sangat senang. Doa yang ia bacakan seperti alunan lagu dan sangat menentramkan hati.
"Amatsukami kunitsukami yaoyourozu no kami tachi, tomo ni kikoshimese, tsumi to ifu tsumi harajito," Zyna membaca doanya pada bait pertama.
"Takayama no ihori, hikiyama no, ihori, wo kakiwake, kikohimesamu, tsumi to ifu tsumi haaraji to," Zyna meneruskan doanya.
Semua menjadi hening, orang-orang di kereta kuda terdiam dan menutup mata mereka. Ada pula yang sambil memeluk anaknya sambil tersenyum.
"Nahoki magokore mochite michi ni tagafu koto naku, itoshi itoshi waga ko yo, sukoyaka naru inochi wo, tomo ni chikaishi mori ni yasuragi tamae, nagi tamae, towa no toki wo kizamu mori ni, inaho no umi houjyou no ame, musume tachi no inori otoko tachi no isoshimi, tsuki a hohoemi hi ha atatakaku, kitaru miare ni yorokobi tsudouu." Zyna membuka matanya.
Intt melihat raut wajah Zyna dan melihat sorot matanya yang penuh akan ketenangan namun diliputi akan kesedihan.
"Tsumi to ifu tsumi haraji to, itoshi itoshi waga ko yo sukoyaka naru inochi wo, tomo ni chikaishi, mori ni, yasuragi tamae, nagi tamae, towa no toki wo kizamu mori ni, Ten Shoujou Chi Shoujou Rokkon Shoujou, Ten Shoujou Chi Shujou Ronkon Shoujou, Ten Shoujou chi Shoujou Rokkon Shoujou," mata Zyna terlihat berkaca-kaca.
Dalam doanya, Zyna menyebut Dewa Langit, Dewa Bumi, dan semua dewa dengarkanlah aku. Semua dosa di dunia tidak ada lagi, guna menepis awan menyelubungi pegunungan tinggi dan kabut yang menyelimuti perbukitan rendah, ampunilah semua dosa yang ada di dunia. Ia juga mendoakan sekaligus bersyukur akan rahmat yang diberikan walaupun itu berupa kehidupan dan kematian.
Hari pun mulai malam, kereta kuda yang mereka tumpangi pun berhenti dan semua penumpang mulai mendirikan tenda dan memasak masakan malam. Orang-orang pun berdatangan keapada Zyna mengucapkan terima kasih walau mereka tidak mengerti akan doa tersebut, namun mereka mengetahui dari perasaan bahwa doa tersebut bertujuan dangan baik. Beberapa anak kecil datang dan meminta Zyna untuk mengajari mereka. Zyna pun mengajari orang-orang yang ada disana, hingga menyebutkan artinya.
Di kapal penumpang yang dinaiki Shiro akhirnya sampai di kota Alvater.
"Udara kota Alvater masih seperti yang dulu." Shiro turun dari kapal.
Kota Alvater adalah kota netral. Kota tersebut memiliki seorang pemimpin bernama Al-Husien, kota yang makmur, pajak yang rendah, dan hijau. Kota Alvater adalah salah satu kota perdagangan, banyak kapal-kapal pedagang yang singgah.
Shiro terus berjalan hingga ia tiba di pusat kota Alvater, Shiro duduk untuk beristirahat sejenak dan memeriksa lembaran questnya di Alvater. Seorang wanita berambut perak dengan mata berwarna ungu, ia melihat Shiro yang sedang duduk Di kota Alvater dia bernama Xiel si wanita gila. Matanya terlihat melotot dan ia tertawa, orang-orang yang berada di sekitar Xiel sudah terbiasa dengan hal itu kecuali untuk orang baru. Namun banyak juga orang-orang yang tidak suka dengan Xiel si wanita gila tersebut. Ia pun berdiri di atas tugu di pusat kota Alvater. Orang-orang yang melihat Xiel berdiri di atas tugu penghormatan tersebut memanggil penjaga. Keributan pun terjadi dan Shiro pun penasaran dengan kegaduhan tersebut.
Wanita tersebut terlihat menghirup nafas yang panjang dan menghembuskannya secara perlahan. Shiro pindah ke tempat duduk di luar cafe sambil melihat orang-orang yang lalu lalang dan melihat perkembangan keributan tersebut.
"Pelayan ada apa itu?" tanya Shiro.
"Itu, Xiel si wanita gila sedang membuat kegaduhan." ujar pelayan cafe.
"Begitu ya," Shiro meminum kopi yang dia pesan.
Wanita tersebut membuat orang-orang di sekitarnya terdiam saat dia mulai beryanyi dengan bahasa asing.
"Our Hero, our Hero, claims a warrior's heart, I tell you, I tell you, the Dragonborn comes, with a Voice wielding power of the ancient Nord arts, Believe, believe, the Dragonborn comes." Xiel dengan suaranya yang merdu.
Shiro yang sedang minum dari cangkir kopi, kesedak saat mendengar lagu tersebut.
"Siapa dia?" Shiro berdiri dan berjalan meninggalkan mejanya mendekati orang-orang yang mengelilingi Xiel.
"It's an end to the evil of all Skyrim's foes, Beware, beware, the Dragonborn comes. For the darkness has passed, and the legend yet grows. You'll know, you'll know, the Dragonborn's come." Xiel menyanyi dan turun dari tugu tersebut.
Dia melewati orang-orang yang menontonnya sambil terus menyanyi.
"Dovahkiin, Dovahkiin, Naal ok zin los vahriin, Wah dein vokul mahfaeraak ahst vaal,Ahrk fin norok paal graan Fod nust hon zindro zaan, Dovahkiin, fah hin kogaan mu draal." Shiro menyanyikan dengan bahasa lebih tua dari yang digunakan oleh Xiel.
Shiro pun berlari menembus barisan orang-orang dan ia langsung memeluk Xiel.
"Dragonborn, Dragonborn by his honor is sworn to keep evil forever at bay and the fierce foe rout when they hear triumph's shout Dragonborn, for your blessing we pray." Shiro sambil memeluk Xiel dan Xiel pun memeluk tubuh Shiro.
"Dovahkiin, Dovahkiin, Naal ok zin los vahriin, Wah dein vokul mahfaeraak ahst vaal, Ahrk fin norok paal graan. Fod nust hon zindro zaan, Dovahkiin, fah hin kogaan mu draal." Xiel menyanyikan bahasa kuno.
Xiel melihat wajah Shiro, dan Shiro meneteskan air matanya.
"Zia...." Shiro memeluk Xiel.
"Aku Zia?" tanya Xiel.
"Ya, nama aslimu adalah Zia." ujar Shiro.
Semua orang tidak menduga, seorang berpakaian bagus dengan wajah cantik layaknya perempuan.
"Dovahkiin, Dovahkiin sudah datang." Zia tersenyum.
"Ya Dovahkiin sudah datang." ujar Shiro tersenyum kepada Zia.
Tidak lama datanglah penjaga, dan merenggut Zia dari pelukan Shiro. Shiro pun marah, ia mengeluarkan senjata sihirnya dan menghentakan ke tanah. Melihat Shiro seperti itu, penjaga pun mencabut pedang dan menyiapkan tombak mereka mengelilingi Shiro.
"Kalian, jangan coba-coba menyakiti Zia!" Shiro dengan nada geram.
"Wanita gila ini harus dipenjarakan agar tidak bertingkah aneh lagi." ujar para penjaga.
Shiro sangat kesal, ia menyerang semua penjaga tersebut. Salah seorang prajurit bergegas menuju kantor keamanan. Kebetulan jendral Al-Fatih ada di sana. Al-Fatih pun bergegas mendengar ada keributan dimana orang tersebut menggunakan sihir.
"Semua ikuti aku." ujar Al-Fatih.
Orang-orang berhamburan lari ketakutan. Shiro meraih tubuh Zia dan memeluk tubuh Zia dengan satu tangannya dengan tangan satunya memegang tongkat miliknya. Al-Fatih pun tiba, dan ia melihat lambang dari tongkat milik Shiro.
"Hentikan!!!" perintah Al-Fatih.
"Oh... Kamu Al-Fatih bin Al-Karim?" ujar Shiro.
"Anda, orang itu bukan?" Al-Fatih dengan mulut bergetar.
"Jika yang kau maksud aku adalah Marzban Fu Marzban, maka aku lah orangnya." ujar Shiro dengan nada yang penuh wibawa.
Al-Fatih memberikan hormat.
"Marzban Fu Marzban? Benarkah itu? Bukankah itu adalah gelar tertinggi para kesatria? Aku mendengar jika dia mendapatkan gelar itu, dia berhak menjadi kandidat raja dari Alvater." ujar salah seorang prajurit.
"Lambang di tongkatnya itu, adalah bukti dia adalah Marzban Fu Marzban." ujar Al-Fatih.
"Anda adalah seorang jendral bukan?" tanya Shiro.
"Ya, saya Al-Fatih Alvater Fu Marzban." Al-Fatih mendekati Shiro.
"Baiklah, aku ingin bertemu dengan raja Al-Vater, kenapa Zia menjadi seperti ini." ujar Shiro.
"Wanita ini? Maksud anda dia adalah Alexander Zia Fu Marzban?" tanya Al-Fatih.
"Ya, wanita ini Zia Fu Marzban dan dia yang membuat kalian mendapatkan kedamaian Alvater. Dia sudah hidup selama 500 tahun lamanya dan dia hidup bersamaku. Aku yang memberikannya kehidupan karena itu dia milikku." Shiro dengan nada lantang.
"Mustahil, ada manusia yang bisa hidup sampai selama itu." prajurit saling berbisik.
"Kalian, siapkan kereta kuda sekarang!" perintah Al-Fatih.
Keretaka kuda dengan lambang kerajaan pun segera tiba. Shiro, Al-Fatih bersama Zia dalam kereta kuda yang sama. Al-Fatih tidak banyak bicara, wajahnya terlihat pucat. Setelah tiba di istana, kamar utama pun disiapkan untuk Shiro, dan Zia. Shiro meminta dayang istana untuk membersihkan Zia. Shiro dan Al-Fatih pun bertemu dengan raja Alvater. Saat pintu di buka, barisan tentara di kiri dan kanan karpet merah, berdiri dengan tegap menggunakan senjata dan baju jirah lengkap memberikan hormat.
"Yang mulia Shapur, saya membawa tamu untuk anda." ujar Al-Fatih sambil memberikan hormat dengan menundukan kepalanya.
Saat Shapur melihat dari balik kain tipis, ia melihat Shiro berdiri dengan lambang di tongkat sihirnya. Ia teringat akan kisah para raja. Saat seorang Marzban Fu Marzban datang kembali, maka ia akan membawa kemakmuran untuk kerajaan. Shapur pun bangkit dari singgasana dan membuka kain tipis yang menjadi tirainya itu. Ia melihat tongkat sihir milik Shiro, dimana orang yang diceritakan turun temurun dari cerita para raja sekarang ada di hadapannya.
Tiba-tiba Shapur memberikan hormat, membuat semua orang yang berada di ruangan istana tersebut terkejut. Sang raja memberikan hormat kepada seorang laki-laki dengan wajahnya sangat cantik.
"Jadi, kamu raja Alvater sekarang?" tanya Shiro.
"Maafkan saya tuan, saya adalah raja Alvater ke XXI nama saya adalah Shapur bin Al-Vater." ujar raja Shapur dengan nada penuh hormat.
Shiro pun berjalan dan menarik kain pembatas tersebut, kemudian ia duduk di singgasana. Tindakan tersebut membuat para tentara yang ada berdatangan dan menghunuskan tombak dan pedang mereka kepada Shiro.
"Hentikan!!!" bentak raja Shapur.
"Yang mulia, dia telah menghina anda yang mulia." ujar salah seorang prajurit.
"Simpan senjata kalian, dia itu adalah raja Alvater ke IX, Shiro Marzban Fu Marzban." Ujar raja Shapur.
"Maafkan tindakan lancang kami raja Alvater IX..." ujar raja Shapur.
"Oh sekarang kamu mengingatku. Aku Shiro bin Al-Vater dan aku raja Alvater ke IX. Apa kalian tidak membaca hah!!" Shiro terlihat kesal.
Raja Shapur pun berdiri di samping Shiro.
"Shapur aku ada pertanyaan untukmu." Shiro dengan tatapan tajam.
"Apa itu?" tanya Shapur.
"Kau tahukan ratu dari Alvater ke IX?" ujar Shiro.
"Ada apa dengan beliau? Aku telah memberikan istana permata dan kekuasaan dengan hasil laut dan pertanian yang berlimpah." Shapur menjelaskan dengan singkat.
Tidak lama kemudian, Zia datang dengan menggunakan mahkota dan baju berwarna putih di iringi oleh para dayang. Namun ia terus menyerukan nama Dohvakin. Shapur pun melihat Zia Fu Marzban yang bertingkah seperti orang gila.
"Dia gila." Shiro dengan nada lirih.
"Apa?!" Shapur terkejut.
Shiro menghentakan tongkatnya ke lantai, bangunan istana pun bereaksi. Pentagram di sisi kiri dan kanan Shiro terbentuk dan empat singgasana muncul. Singgasana yang diduduki Shiro berubah dengan lambang tongkatnya, begitu juga singgasana yang lain dengan lambang berbeda. Shapur melihat lambang Al-Vater dan Shiro memintanya untuk duduk.
"Dohvakin!!" Zia tersenyum sambil berlari.
"Zia, duduklah di singgasanamu." pinta Shiro.
"Baik, Zia duduk sekarang." Zia dengan nada riang.
Legenda 4 singgasana Alvater kini benar-benar ada, setiap singasana mewakili 4 daerah di Alvater, menduduki pemerintahan dan mengendalikan setiap dalam kekuasaanya. Namun 1 singgasana tidak ada yang menduduki.
"Shapur, siapa yang pantas duduk di singgasana ke empat?" tanya Shiro.
"Aku tidak tahu siapa yang berhak duduk di singgasana ke 4 itu." Shapur dengan nada pelan.
"Berarti kerja para raja masih belum selesai." ujar Shiro.
"Al-Fatih." Panggil raja Shapur.
"Saya yang mulia." balas Al-Fatih.
"Siapkan pesta untuk tujuh hari tujuh malam." perintah raja Al-Vater.
"Baik yang mulia." Al-Fatih pun mengumumkan pesta tersebut.
Dalam sejarah kerajaan Alvater, yang memimpin Alvater di sebut raja-raja. Karena ada 4 raja yang berkuasa dengan wilayah berbeda di Alvater, yaitu Raja Musim Panas, Ratu Musim Dingin, Raja Musim Hujan, dan Ratu Musim Semi. Sedangkan yang belum ada saat ini adalah Raja Musim Hujan.
Sejarah Alvater pun dibacakan ulang oleh ahli sejarah istana.
Shiro terus memanjakan Zia, dan ia menggunakan telepati kepada Kuroku yang berada di rumah guild Umbrella.
"Sepertinya aku akan membawa wanita pulang ke rumah, daaah..." Shiro menghentikan telepatinya.
"Sebelumnya, Hiroki dan Yuke. Dan sekarang Shiro?!!! Aaaaaaaaaaaaaaa!!! " Kuroku berteriak histeris.
Keesokan harinya, Shiro meminta Shapur untuk mengumpulkan seluruh pejabat istana dan para bangsawan, begitu juga masyarakat. Shiro berniat mengumumkan pengumuman penting sekaligus yang akan merubah sejarah kerajaan Alvater. Cadfael masih belum mendpatkan info yang cukup dan ia masih terus menyelidiki Umbrella. Sayangnya ia hanya fokus terhadap Kuroku ketua Umbrella, yang sampai saat ini hanya mengerjakan quest-quest kecil dan sebagian besar waktunya ia lebih mengurus masalah guild.
Tanggal 12 tahun 218 Alvater. Setelah berkumpulnya seluruh pejabat penting istana dan para bangsawan serta masyarakat, Shiro yang duduk di antara raja raja Alvater pun berdiri. Ia akan segera mengumumkan pengumumanya. Kesehatan mental Zia perlahan kembali, hingga ia tersadar akan ketidakwajaran tentang perilakunya selama ini. Ia terlihat sangat tenang, Shiro tidak banyak bicara dan ia hanya tersenyum melihat Zia karena wanita tersebut perlahan telah kembali.
Tentara berdatangan, mereka membuat barisan yang sangat rapi. Setiap barisan salah satu dari mereka memegang bendera dari raja empat musim. Shiro menghentakkan tongkatnya, semua tentara di dalam istana serta di luar istana langsung dalam posisi siap. Di luar istana, bendera bangsawan dari raja empat musim berkibar dengan gagahnya. Shiro berdiri dan ia mengumumkan tentang keberadaannya.
"Dengarlah seluruh penjabat istana, para bangsawan, dan seluruh masyarakat kerajaan Alvater. Aku Shiro Marzban fu Marzban. Dengan ini mengundurkan diri dari pemerintahan Kerajaan Alvater. Seluruh kekuasaan milikku akan ku serahkan kepada Raja Shapur." Shiro tersenyum dan melepaskan mahkotanya.
Mendengar hal tersebut, Zia pun berdiri.
"Aku Zia Alvater fu Marzban dengan ini menyerahkan kekuasanku kepada Raja Shapur. Seluruh kekuasaanku akan kuserahkan kepada Raja Tunggal King of Shapur." ujar Zia.
Shiro terkejut dengan apa yang dilakukan Zia. Zia pun membungkukan sedikit badannya, dan seorang tentara wanita melepaskan mahkota tersebut dari kepala Zia.
"Shiro aku akan ikuti kamu." Zia tersenyum.
"Jangan lakukan itu." Shapur dengan tatapan sedih.
"Kami harus lakukan itu Shapur, tidak mungkin 1 negara dipimpin oleh 4 raja. Satu negara memang sudah seharusnya memiliki satu pemimpin yang mereka percaya." Zia berdiri sejajar dengan Shiro.
"Tapi bagaimana jika aku mengambil langkah yang salah?" Shapur dengan tatapan sedih.
"Dan kami akan datang." Shiro sambil menggenggam tangan Zia.
Mahkota Shiro dan Zia diletakkan di atas singgasana mereka. Shiro dan Zia meninggalkan singgasana mereka. Mereka berdua terlihat bahagia, dan raja Shapur pun tidak dapat menentang kehendak mereka.
"Kalian dan keturunan kalian akan selalu diterima di istana ini, aku akan jadikan hal tersebut menjadi hukum yang harus ditaati oleh raja sekarang ya itu aku, dan raja-raja selanjutnya." Shapur dengan nada lantang.
Shiro menoleh ke arah Shapur, ia pun tersenyum. Zia melambaikan tangan kepada Shapur, setiap mereka berjalan, para royal guard istana bersujud dengan pedang mereka sebagai tanda penghormatan tertinggi.
"Dovahkiin, Dovahkiin, naal ok zin los vahriin, wah dein vokul mahfaeraak ahst vaal, Ahrk fin norok paal graam, Fod nust hon zindro zaan, Dovahkiin, fah hin hogaan mu draal." Shapur menyanyikan lagu tersebut.
Setelah keluar dari istana, Shiro mengingat sesuatu yaitu quest miliknya.
"Aku lupa mengerjakan questku." ujar Shiro.
"Quest?" tanya Zia bingung.
"Iya quest, dari Xiel permintaan untuk berkunjung ke Alvater. Kalau tidak salah seluruh guild mendapatkan permintaan itu, dan aku kan anggota guild Umbrella." ujar Shiro.
"Questmu sudah dipenuhi, itu permintaanku" ujar Zia.
"Hee?! Itu permintaanmu?" tanya Shiro.
"Aku kan wanita gila Xiel." Zia tertawa kecil.
"Sekarang apa hadiahnya?" tanya Shiro.
"Buat Shiro yang semakin cantik, hadiahnya adalah aku." Zia memeluk Shiro.
"Dasar kau memang wanita gila." balas Shiro dengan muka sebalnya.
Berita tentang munculnya raja-raja Alvater menyebar, begitu juga apa yang telah dilakukan Shiro di beritakan di mana-mana.
"Jadi sekarang kemana?' tanya Zia.
"Ya kerumah guild lah, mana lagi." Shiro mempercepat langkahnya.
"Tunggu, kita akan menikah kan?" tanya Zia yang menyamakan langkahnya dengan Shiro.
"Ya... " Shiro dengan wajah memerah.
Sebelum menjadi seorang ratu, dulu Zia di antara raja-raja dan ratu dari ratu disebut sebagai wanita gila. Dan ternyata selama ini Zia lah yang sengaja merubah namanya menjadi Xiel dan berpura-pura gila.
Intt dan Zyna tiba di kampung halaman Zyna. Seluruh orang menyambut Zyna, begitu juga Intt. Penduduk yang melihat Zyna pun berdatangan, tidak lupa mereka mengambil alat musik mereka dan memainkannya. Zyna dan Intt mendapat iringan musik dan tarian saat mereka tiba di desa tempat Zyna dibesarkan itu.
"Apa ini tidak terlalu meriah menurutmu Zyna?" Intt berbisik kepada Zyna.
"Tak apa," Zyna tersenyum simpul.
Zyna mengambil kain berwarna hitam dan ia mengikatkan ke lengan kanannya. Orang-orang yang melihat tanda tersebut terlihat gelisah, namun mereka tetap memberikan hormat kepada Zyna. Zyna mengambil sebuah anak panah dari tempat anak panahnya, dan lalu ia ikatkan kain hitam lainnya. Di dekat ujung anak panahnya terdapat sebuah bundaran dengan dua lubang, ia pun menarik busurnya dan melepaskan anak panahnya. Terdengar suara melengking, anak panahnya menancap di pintu rumah ketua suku.
Ketua suku pun membuka pintu rumahnya. Saat ia melihat tanda tersebut, air matanya pun menetes.
"Intt, kamu tahu tarian dan suara musik tadi?" tanya Zyna.
"Apa itu?" tanya Intt.
"Itu tarian pengantar roh. Dipercaya saat seorang prajurit menggunakan ikat hitam di lengan kanannya, para roh pejuang yang gugur bersama, mereka menyambut yang hidup serta yang telah mati." jelas singkat Zyna.
".........." Intt tidak dapat berkomentar sedikit pun.
Setelah tiba di tengah-tengah kota, Zyna pun duduk bersila, dan ia langsung menceritakan semuanya. Suasana menjadi sangat hening, orang-orang yang telah ditinggalkan pun terlihat ada di antara mereka. Mereka tidak kuasa menahan air mata, walau sekuat apapun itu mereka menahan kesedihan mereka.
Zyna terus menceritakan tentang apa yang telah ia lakukan terhadap saudara-saudaranya. Ia juga telah melakukan ritual pensucian untuk saudara-saudaranya itu. Zyna yang menceritakan kejadian yang ia alami pun tak dapat menahan air matanya. Ia merasakan darah para saudaranya yang telah ia eksekusi kembali mengalir di tangannya. Memang semua itu sangatlah berat, terlihat saat orang yang kita eksekusi adalah orang yang sangat kita kenal, bukan hanya sebuah nama, tapi semuanya. Orang yang ia sukai, ia cintai, serta yang tidak ia sukai, dengan berbagai macam hal yang telah mereka lakukan bersama.
Namun para warga pun mengetahui akan apa yang Zyna lakukan memanglah hal yang seharusnya ia lakukan, dan mereka yang telah gugur pun dihormati sebagai Kesatria Wolf.
Kepala suku berdiri dan mengusap kepala Zyna, Zyna menangis sejadi-jadinya. Sebuah ember berisi air di letakkan di samping Zyna, Satu persatu orang yang memiliki hubungan erat dengan para kesatria yang telah ia eksekusi menuangkan air ke tangan Zyna, membersihkan tangan Zyna, sambil memperkenalkan diri mereka. Mereka memberikan maaf kepada Zyna dengan senyuman, karena mereka pun tahu bagaimana Zyna menahan semua penderitaan itu sendirian. Beberapa dari mereka pun ada yang bertanya saat-saat terakhir ayah mereka, suami mereka, istri mereka, kekasih mereka, serta tunangan mereka sebelum pensucian itu. Zyna menjawab semua pertanyaan tersebut, dan mereka pun tersenyum lega. Kemudian air pun dituangkan ke pundak Zyna. Upacara tersebut bertujuan agar Zyna menjadi lebih kuat lagi dan tidak terbebani dengan apa yang telah ia lakukan.
Zyna adalah prajurit sejati dari bangsa Wolf. Walau ia terlihat berbeda karena ia manusia, namun di dalam diri Zyna ada darah Wolf yang mengalir. Intt yang melihat kejadian tersebut hanya dapat terdiam, mereka tidak menyalahkan apa yang di lakukan oleh Zyna karena Zyna sudah melakukan hal yang sangat berat. Dan itu salah satu kewajiban sebagai kesatria bangsa Wolf. Tidak lama terdengar suara terompet yang memecah keheningan seluruh kota. Burung-burung berterbangan dari pepohonan. Saat malam hari, mereka menerbangkan balon udara kecil. Di bawah balon udara itu diletakkan api dan perlahan naik ke udara, itu sebagai tanda cara mereka mengantar para roh suci bangsa wolf.
"Maaf ya kak Intt." Zyna dengan mata yang di penuhi kesedihan.
"Tak ada yang perlu dimaafkan Zyna, kamu memang wanita yang kuat. Sepertinya aku kalah kuat dari Zyna." Intt dengan muka murung mencoba menggoda Zyna.
"Hehe, bisa aja kak Intt." Zyna membalas dengan senyuman.
Intt menyadari dari tatapan Zyna sudah berubah. Tatapan kesedihannya tidak lagi seperti tatapan orang yang tidak ingin hidup, namun tatapan itu adalah tatapan seorang manusia yang penuh harapan.
Zia terlihat sangat bahagia, ia tidak melepaskan genggaman tangannya dari genggaman tangan Shiro.
"Shiro,,?" panggil Zia manja.
"Kenapa Zia?" balas Shiro.
"Duduk di sana yuk," Zia menunjuk sebuah tempat duduk di bawah pohon.
Pohon yang besar dan rindang, Shiro menuruti permintaan Zia.
"Kamu tahu hal yang menyenangkan dari kehidupan ini?" tiba-tiba saja Zia bertanya.
"Apa itu?" tanya Shiro.
"Bisa bertemu denganmu lagi, itulah hal yang sangat menyenangkan bagiku." Zia memeluk lengan Shiro.
Zia bangkit dari tempat duduknya, ia menari-nari di depan Shiro. Shiro tersenyum melihat wanita yang ia cintai sangat bahagia.
"Shiro... Ada hal yang sangat menyakitkan di dunia bagi orang-orang seperti kita." Zia menghentikan tariannya membelakangi Shiro.
"Pasti memang karena ada yang menyakitkan." Shiro dengan tatapan heran.
"Kesedihanku, karena berkali-kali aku melihat orang-orang yang aku cintai tua dan mati. Kemudian aku bertemu denganmu, kamu abadi seperti diriku. Tapi," Zia membalikan badannya dan berhadapan dengan Shiro.
"Jangan bicara seperti itu Zia, aku ada di sini." Shiro dengan nada yang menyakinkan.
"Aku sudah lelah, aku ingin tidur panjang, dan aku sudah menemukan di mana tempatku akan kembali. Ingat suatu saat kita akan bertemu lagi." Zia meneteskan air matanya sambil tersenyum.
"Zia! Aku mohon jangan lakukan itu." pinta Shiro.
Shiro tidak dapat beranjak dari tempat duduknya, ia melihat pentagram empat musim di tempat ia duduk.
"Aku menyayangimu, aku sangat mencintaimu Shiro, bersamamu sangat menyenangkan, walau hanya sebentar, aku, aku tidak ingin pergi tapi, aku harus..." Zia meneteskan air matanya.
"Zia kenapa kamu tidak bicara dari awal kita ketemu?" tanya Shiro.
"Aku tidak mau lagi mengambil jiwa darimu, aku akan menunggumu di Valhalla." perlahan tubuh Zia mulai menghilang.
"Zia!!!!!!!!" teriak Shiro yang tak bisa beranjak dari tempat duduknya karena sihir Zia.
"Aku cinta kamu Shiro, terima kasih atas semuanya." Zia dengan nada lembut.
Tubuh Zia pun menghilang. Dalam keadaan panik bercampur sakit hati, Shiro pun langsung memanggil Codex miliknya dan mencoba menggunakan sihir kehidupan. Namun semuanya percuma, anima milik Zia sudah melebur. Shiro tertunduk hingga dahinya menempel ke tanah. Rasa sakit yang ia miliki mungkin pernah dirasakan oleh orang lain, rasa sakit yang disebabkan oleh luka yang tak terlihat. Ia terus menunduk, memukul tanah, menangis tak tahu apa yang harus ia lakukan.
Cadfael tersentak saat ada seseorang berdiri di belakangnya.
"Jika kamu seperti itu terus Cadfael, kau akan berumur pendek." ujar Zia.
"Kau kejam juga, mempermainkan perasaannya." Cadfael dengan nada datar.
"Itu bukan urusanmu Cad, dia adalah orang yang harus diwaspadai karena aku tahu betul akan Shiro." Zia pun menghilang.
"Aku sudah mengumpulkan bukti, ini sudah cukup untuk melenyapkan guild Umbrella." ujar Cadfael.
Dark Ruby pun datang begitu juga Ghost Girl, mereka melaporkan kepada Cadfael. Mereka bertiga menghadap raja, dan Raja Uruk pun meminta semua petinggi kerajaan keluar dari ruangan singgasana.
"Yang mulia, kami sudah mengamati gerak-gerik guild Umbrella." Ghost Girl melapor.
"Jadi?" tanya singkat Raja Uruk.
"Mereka hanya melakukan kegiatan guild pada umumnya, menerima quest dan mengerjakan quest dari penduduk, dan tidak ada yang mencurigakan Tuan." Ghost Girl melaporkan dengan singkat.
Raja Uruk pun berdiri, tiba-tiba ia menendang Ghost Girl hingga tersungkur. Dark Ruby naik pitam dan mencoba menyelamatkan Ghost Girl, namun Cadfael menahan Dark Ruby.
"Wah... Ternyata ada yang mencoba melawanku." Raja Uruk melihat sikap Dark Ruby.
Raja Uruk pun langsung menampar wajah Dark Ruby. Setelah terjatuh, Dark Ruby di injak-injak. Cadfael hanya dapat melihat kelakukan Raja Uruk. Raja Uruk mengambil makanan di dekat mejanya, kemudian ia lemparkan di depan Cadfael, Dark Ruby, dan Ghost Girl.
"Makan!!" perintah Raja Uruk.
Mereka bertiga pun memakan makanan yang telah Raja Uruk lemparkan ke tanah. Ghost Girl menahan air matanya, dan mereka makan layaknya anjing.
"Bagus bagus, pengawal penjarakan mereka." perintah Raja Uruk.
Mereka bertiga di tempatkan di dalam penjara yang hanya di sinari oleh cahaya bulan dengan kedua tangan, kaki, dan leher mereka dibelenggu dengan rantai. Dark Ruby pun berteriak sekeras-kerasnya. Mendengar Dark Ruby seperti itu, Ghost Girl pun ikut berteriak, dan Raja Uruk pun tiba di penjara mereka.
"Para anjing-anjingku sedang melolong ternyata." ujar Raja Uruk sambil tertawa kecil.
Tatapan Ghost Girl dan Dark Ruby terlihat tatapan membunuh kepada Raja Uruk. Raja Uruk terlihat ketakutan dan memerintahkan pengawal pribadinya melepaskan Cadfael.
"Cadfael, siksa mereka berdua, jika memang kau memang setia kepada kerajaan Eos" ujar Raja Uruk.
Cadfael pun diberikan cambuk dan ia mulai memecut tubuh Dark Ruby dan Ghost Girl. Tanpa berteriak atau mengeluh kesakitan, hanya tatapan tajam. Mereka berdua melihat raut wajah Cadfael yang biasanya datar, kini terlihat sangat sedih. Raja Uruk semakin kesal melihat Dark Ruby dan Ghost Girl, Cadfael pun diberikan sebuah belati dan meminta Cadfael untuk membunuh kedua temannya itu.
Ia pun memegang belati tersebut dengan erat, dengan sisa kekuatannya ia pun bergerak dengan cepat hingga belati tersebut berada di leher Raja Uruk.
"Yang Mulia, kami selalu mengerjakan perintahmu, kami dilatih selalu menuruti perintahmu, kami menyampingkan sifat kemanusiaan kami, kami juga membuang harga diri kami, namun terima kasih telah mengajari kami dengan berbagai teknik membunuh, tapi KAMI INI MANUSIA!!" Cadfael berbicara dengan keras.
"Tenang-tenang, jika kau melepaskanku, aku akan memberikan kalian harta dan jabatan." Raja Uruk gemetar.
"Buang senjata kalian atau Raja Uruk mati, dan lepaskan kedua temanku!!" lantang Cadfael berkata ke para pengawal raja.
"Kalian!!! Turuti perintahnya!! B*****t!!" Raja Uruk dengan nada keras.
Pengawal pribadinya pun menuruti perintahnya, Ghost Girl dan Dark Ruby pun dilepaskan. Dark Ruby dan Ghost Girl mengikuti Cadfael yang menyandra Raja Uruk. Cadfael tidak menghiraukan tawaran tawaran dari Raja Uruk. Ghost Girl dan Dark Ruby mengambil baju dan perlengkapan mereka, kemudian mereka membawa raja menuju menara di sisi selatan kerajaan Eos dan para tentara kerajaan pun mengikuti mereka.
Kemudian Cadfael menusuk dari belakang punggung Raja Uruk dan menendangnya. Prajurit pun panik dan langsung menyelamatkan Raja Uruk. Sementara itu Cadfael, Ghost Girl, dan Dark Ruby berhasil kabur dengan menaiki kuda yang mereka dapatkan dari tentara yang mereka kalahkan.
Dark Ruby melompat dari kudanya, ia langsung berlari ke arah atas gerbang dan melumpuhkan para penjaga pemanah disana. Kemudian memotong tali gerbang, dan gerbang pun terbuka. Dark Ruby melompat ke tanah dan berlari sekuat tenaganya. Kemudian Ghost Girl dan Cadfael bertemu dengan Dark Ruby yang sempat terpisah. Tangan Ghost Girl meraih dan menangkap tangan Dark Ruby. Dark Ruby pun menaiki kuda yang sama dengan Ghost Girl.
Tentara tidak tinggal diam dan mereka mengejar Cadfael, Dark Ruby dan Ghost Girl. Hingga mereka masuk ke dalam hutan dan mulai mencari tempat persembunyian. Mereka pun tiba di sebuah gua yang berada jauh di dalam hutan.
"Apa yang harus kita lakukan sekarang Cad?" tanya Dark Ruby.
"Kita pulihkan dulu tubuh kita, baru kita pergi ke kota Mneme. Kita akan berlindung sementara disana, tapi malam ini kita beristirahat dulu. Saat pagi nanti kita akan ambil jalur terpisah agar para Xiel kesulitan mengejar kita." ujar Cadfael.
"Baiklah, aku setuju. Ghost Girl sepertinya terluka." ujar Dark Ruby.
"Sepertinya dua tulang rusukku patah, aku akan mengobatinya." Ghost Girl menahan sakitnya.
"Aku akan mulai berjaga duluan dan menaruh beberapa jebakan." ujar Cadfael.
"Aku akan berjaga di depan pintu gua." balas Dark Ruby.
"Ok," Cadfael pun mulai bergerak.
Zia mendapat kabar tentang apa yang terjadi dengan Cadfael, Ghost Girl, dan Dark Ruby. Zia memutuskan untuk sementara ia bersembunyi. Cadfael mengirimkan pesan lewat burung elang kepada Zia. Saat subuh, Zia mendapat pesan tersebut dan ia segera menuju Mneme dengan menyamar sebagai pedagang.
"Bagaimana keadaanmu Ghost Girl?" tanya Cadfael.
"Sementara ini sudah mendingan." ujar Ghost Girl.
"Baguslah, apa kau bisa berjalan?" tanya Cadfael.
"Bisa aja." Ghost Girl berdiri.
"Cad, aku akan bergerak duluan. Kita akan berpisah, sampai jumpa di Mneme" ujar Dark Ruby.
"Ok, hati-hatilah di jalan." Cadfael pun pergi bersama Ghost Girl.
Share Tweet Share

Comment Now

0 comments

Please wait....
Disqus comment box is being loaded