Wanita-wanita cantik
berdatangan mengikuti mereka hingga ke pintu penginapan, dua laki-laki
ganteng dan berbadan tegap serta berotot.
"Selamat datang di penginapan kami tuan, perkenalkan nama saya Merry." ujar resepsionis.
"Terimakasih, kami ingin menyewa dua kamar untuk satu malam." Hiroki dengan nada santai.
"Baik tuan, dua kamar untuk satu malam." balas Merry dengan nada menggoda.
"Berapa harga sewanya?" tanya Yuke.
"Karena ini hari kebahagian di kota Valnalis, maka semua di kota ini gratis." ujar Merry dengan nada lembut.
Mata Hiroki dan Yuke
tidak dapat memalingkan dari postur tubuh dan pakaian wanita-wanita yang
mereka temui. Hari sudah mulai gelap, mereka mulai masuk ke kamar
masing-masing dan mulai menggunakan sihir telepati.
"Oi Yuke, sepertinya malam ini akan menjadi malam surga kita." ujar Hiroki.
"Kita harus tetap waspada, karena kita masih dalam quest untuk mengambil 12 tangkai bunga di sini." ujar Yuke.
"Itu gampang," blas Hiroki.
Malam pun tiba, Yuke dan
Hiroki di kamar masing-masing sudah siaga. Namun tidak terjadi apa-apa,
malah dalam mimpi pun tidak ada sihir sucubus yang mendatangi mereka.
Hiroki dan Yuke pun berpakaian lalu keluar kamar. Suasana kota ini
sangat sepi, Yuke dan Hiroki merasakan ada yang aneh. Mereka pun turun
ke lantai bawah di lobi penginapan tapi tidak ada seorangpun.
"Sebaiknya kita selesaikan quest kita." ujar Hiroki.
"Baik, kita lakukan sekarang. Karena aku merasa tempat ini tak wajar sama sekali." Yuke khawatir.
Mereka pun langsung
menuju taman bunga yang ada di depan penginapan, kemudian memetik bunga
tersebut dan diletakkan di dalam kristal abadi agar bunga tersebut tidak
layu. Selang waktu beberapa detik tiba-tiba, para Sucubus bermunculan
dengan tanduk, sayap iblis di punggung mereka, dengan ekor, tapi tetap
saja postur tubuh yang menarik bagi mata laki-laki serta wajah yang
cantik, mata berwarna biru terang seperti bintang di langit malam.
"Kalian sudah mengambil bunga itu?" ujar Sucubus tersebut.
"Siapa kamu?" tanya Hiroki.
"Namaku adalah Merry, aku akan menjadikan kalian milikku." ujar Merry.
"Bisa apa?" tantang Yuke.
Yuke yang meremehkan
Merry membuat emosi Merry memuncak. Pasukan sucubus bermunculan satu
persatu. Hiroki mengambil pedangnya dan bersiap. Yuke menghentikan
Hiroki dan ia menggunakan God Eyes.
"God Eyes!!" Merry tercengang melihat mata Yuke.
Di tambah Yuke memegang Melleous Maleficarum.
"Itu buku milik kami, Melleous Maleficarum." ujar Merry.
Dari belakang Merry muncul seorang sucubus yang tidak kalah cantik dengan postur tubuh yang menyejukkan mata lelaki.
"Merry, dia orang yang diramalkan." ujar Vel.
"Vel... Mereka manusia yang sangat rendah." Merry dengan nada jengkel.
"Merry!! Kamu sudah melihat dia pemilik God Eyes!!" bentak Vel.
"Ba, baiklah Vel. Aku mengerti." Merry ketakutan.
"Yuke, apa yang terjadi?" bisik Hiroki.
Vel melihat ke arah Hiroki yang masing menggenggam pedangnya.
"Simpan pedangmu." balas Yuke dengan nada pelan.
"Ok, ok." Hiroki kembali menyarungkan pedangnya.
"Jadi apa yang akan anda lakukan dengan Mellous Maleficarum milik kami?" tanya Vel dengan bahasa formal.
"Jadi ini benar Mellous
Maleficarum, aku kembalikan kepada anda tuan putri." Yuke memberikan
kepada Vel sambil memberikan hormat.
"Hmm jadi kamu tau aku siapa?" tanya Vel sambil tersenyum dan melipatkan tangannya di depan dadanya.
"Iya yang mulia, God Eyes ini telah memperlihatkan kebenarannya." ujar Yuke tersenyum.
Vel menoleh ke Merry, Merry pun mengangkat setengah tangan kirinya dan semua Sucubus kembali ke wujud manusia mereka.
"Dengar rakyat ku! Dia
adalah orang yang diramalkan bersama temannya yang telah mengembalikan
Mellous Maleficarum yang selama ini kita selalu berperang melawan
Chimera. Dengan ini sesuai dengan tradisi, kalian dapat membahagiakan
dua laki-laki ini dengan cara apapun dengan tubuh kalian!" Vel dengan
nada lantang.
"Yeeaay!!!" sorak para sucubus.
Merry terlihat wajahnya memerah.
"Yu...Yu...Yuke.... Apa kita harus melepas keperjakaan kita di sini?" Hiroki melongo,
"Sepertinya..." jawab Yuke.
Vel memulai menggoda
Yuke, begitu juga sucubus yang lain. Tapi mata Hiroki tertuju kepada
Merry, Sucubus paling galak, tempramen, tapi pemalu.
"Merry." Hiroki memanggil Merry sambil menunjuk Merry.
"Aaa.... Akuuuuu?" Merry dengan nada terbata-bata.
"Ya kamu." Hiroki dengan nada tegas.
"Dia bukan sucubus, tapi campuran manusia dan sucubus. Serta dia adalah panglima tertinggi bangsa kami." ujar Vel.
Hiroki pun berjalan
dengan gagahnya. Merry salah tingkah melihat Hiroki yang menerobos
barisan sucubus karena dia masih memiliki sifat pemalu milik manusia.
Merry hendak menghindar dari Hiroki, namun Hiroki berhasil menangkap
tangan Merry.
"Aku... Aku belum berpengalaman jadi maaf..." Merry dengan nada pelan dengan wajah memerah.
"Menikahlah denganku!!" Hiroki membuat semua orang di ruangan terkejut.
"Eh? Me, me, me, me, menikah?" Merry tersentak.
"Iya, menikahlah dengan ku, jadi istriku, jadilah wanita satu-satunya untukku." Hiroki dengan nada tegasnya.
"Tapi, tapi aku ini, aku hanya manusia setengah siluman." Merry menunduk dengan wajah memerah.
"Aku tahu." balas Hiroki tersenyum.
"Aku tidak bisa urusan
rumah tangga, aku tidak tahu apa itu cinta, aku hanya tau cara
bertarung." Merry menjelaskan tentang dirinya.
"Aku bisa mengerjakan urusan rumah tangga, tentunya aku akan mengajarimu." ujar Hiroki.
"Hiroki!" panggil Vel.
"Aku akan merebut Merry darimu!" Hiroki dengan nada menantang.
"Laki-laki dari dulu memang bodoh, apa kamu serius dengan ucapanmu itu?" tanya Vel.
"Aku serius sebagai laki-laki, dan aku bersumpah demi hidupku." Hiroki dengan nada tegasnya.
"Ohhh... Bagaimana Merry?" tanya Vel.
"Aku, tapi aku..." Merry mencoba melihat ke arah Hiroki.
"Aku memohon kepadamu Merry." Hiroki memegang kedua tangan Merry.
Merry belum pernah
tersentuh oleh laki-laki. Tapi dari semua yang ia lihat, para laki-laki
hanya menjadikan teman-teman sucubus sebagai alat pemuas nafsu saja.
Namun kali ini, seorang laki-laki bodoh telah melamarnya dan berniat
menjadikanya seorang istri.
"Aku... Baiklah, aku bersedia." balas Merry meneteskan air mata dan melihat wajah Hiroki.
Semua orang pun bersorak gembira.
"Tuan Yuke apa kau juga akan mengambil salah seorang rakyatku?" tanya Vel.
"Aku lebih tertarik dengan..." Yuke berjalan melihat wanita sucubus yang akan dia nikahi.
"Yuke ikuti kata hatimu" teriak Hiroki.
"Diam berisik!!!" Yuke pun malu.
Semua sucubus wanita pun berbaris, sudah empat kali bolak-balik Yuke memperhatikan barisan sucubus.
"Bagaimana tuan Yuke seharusnya sudah ada yang anda inginkan bukan?" Vel menunggu duduk di atas meja.
Yuke pun melihat ke arah Vel.
"Astaga, sepertinya memang hanya satu yang aku inginkan." Yuke tersenyum ke arah Vel.
"Tunggu dulu, jangan bilang..." Vel kaget.
"Yaa, kau benar Vel," balas Yuke.
"Tunggu tunggu. Tidak, kau bercanda kan?" Vel salah tingkah.
"Ya, kamu ratu kan? Kau wanita yang kuat, sedangkan aku lelaki lemah dan bodoh. Dan aku memilihmu Vel," Yuke tersenyum.
"Aku? Wanita kau bilang?" tanya Vel heran.
"Ya, kamu seorang wanita." Yuke menggenggam tangan Vel.
"Lihat aku ini iblis, tubuhku sudah banyak ditiduri laki-laki." Vel dengan menundukan wajahnya.
"Kalo begitu jadikan aku satu satunya laki-laki yang akan kau layani." Yuke dengan nada tegas.
"................" Vel terdiam.
"Jadi apa jawabanmu, ratu?" Yuke menanti jawaban Vel.
"Tapi kalu kamu selingkuh, aku akan membunuhmu." ancam Vel.
"Ok," balas Yuke.
"Kalau urusan guild selesai, kau harus langsung pulang ke rumah." Vel dengan nada lembut wajah mengancam.
"Tentu." Yuke tersenyum.
"Jangan lirik sana sini, aku orang yang sangat cemburuan." Vel mengajukan permintaan lagi.
"Aku janji." Yuke mengangkat du jari tangan kirinya, sedang tangan kanannya tetap memegang tangan Vel.
"Di dunia ini tidak ada wanita yang tidak akan tersentuh jika ada seseorang yang melamarnya." Vel tersenyum.
"Jadi jawabanmu?" Yuke menggoda Vel.
Vel langsung mencium
bibir Yuke, sebagai tanda Vel menyetujui lamaran dari Yuke. Walau banyak
sucubus yang iri karena Yuke dan Hiroki hanya memilih satu sucubus,
namun mereka ikut bahagia mendengar dua lelaki bodoh di depan mereka
memilih untuk menikahi teman mereka.
"Dalam aturan sucubus, laki-laki boleh milih empat sucubus loh," godaan dari seorang sucubus kepada Yuke dan Hiroki.
Merry melihat ke arah
Hiroki dan hampir menangis, sedangkan Vel langsung mengancam Yuke dengan
tatapan tegasnya. Hisoki dan Yuke saling memandang dan tertawa.
"Ahaha, sepertinya kami
memang hanya bisa memilih satu." jawab Hiroki mengusap rambut Merry dan
seketika pun Merry memeluk Hiroki.
"Ya, dia benar." jawab Yuke tersenyum menatap wajah Vel dan memegang pipi Vel, ratu dari para sucubus.
Upacara pernikahan
dilakukan malam itu juga. Yuke dinobatkan menjadi raja dari para sucubus
karena menikahi ratu sucubus. Sedangkan Hiroki dinobatkan sebagai
panglima untuk para sucubus.
Yuke dan Hiroki pun
menjelaskan apa yang sedang mereka lakukan dan mereka juga telah
memiliki seorang istri. Kuroku terkejut saat mendengar telepati dari
Yuke dan Hiroki.
"Apa!!!!!!!!" Kuroku histeris.
"Tenang, kami akan membawa istri kami ke Mneme" ujar Yuke.
"Oi oi... Apa kamu sadar apa yang akan terjadi?" tanya Kuroku.
"Aku tahu itu, tapi kita
hidup selama ini berdampingan hanya karena sesuatu membuat kita semua
harus bermusuhan dan beberapa bangsa memilih untuk bersembunyi. Tapi
ingat mereka juga mahluk hidup." Hiroki menjelaskan dengan singkat dari
sudut pandangnya.
"Sucubus itu bagi
manusia, bangsa impian untuk dijadikan istri. Tapi di beberapa tempat
sucubus itu tidak jauh dari kata pelacur." Kuroku dengan nada santai.
"Kita harus merubah
pandangan itu. Faktanya mereka juga mahluk hidup, mereka disebut iblis
karena memiliki wujud yang berbeda. Jika sucubus itu disebut iblis
karena dia bisa sihir dan memiliki wujud yang berbeda dari manusia pada
umumnya, maka dwarf, kamael, elf itu sama saja juga iblis." Yuke dengan
argumennya.
"Begitu juga yah, aku akan berusaha sebaik mungkin." Kuroku dengan nada berat.
Tidak lama telepati berakhir Kuroku pun berteriak.
"YUKE, HIROKU!!! Menambah pekerjaan aku!!!!!!!!!!!" ujar Kuroku.
Di perjalanan Zyna
bercerita banyak tentang kampung halamannya dan apa yang telah ia
lakukan selama ini. Intt memberikan nasihat kepada Zyna hingga hubungan
mereka semakin akrab. Intt memperhatikan setiap perjalanan yang mereka
lalui terdapat patung batu yang diselimuti dengan kain merah dan di beri
topi jerami, Zyna mulai merapal doa.
"Mau berdoa?" tanya Intt.
"Iya," balas Zyna.
"Oke, aku akan mengiringi doa kamu." Intt tersenyum simpul.
Zyna pun meminta izin
kepada penumpang di kereta kuda tersebut, karena ia tidak mau mengganggu
orang-orang dengan doanya. Namun setelah berkali-kali mendengar doa
yang diucapkan oleh Zyna, penumpang kereta kuda tersebut malah sangat
senang. Doa yang ia bacakan seperti alunan lagu dan sangat menentramkan
hati.
"Amatsukami kunitsukami
yaoyourozu no kami tachi, tomo ni kikoshimese, tsumi to ifu tsumi
harajito," Zyna membaca doanya pada bait pertama.
"Takayama no ihori, hikiyama no, ihori, wo kakiwake, kikohimesamu, tsumi to ifu tsumi haaraji to," Zyna meneruskan doanya.
Semua menjadi hening,
orang-orang di kereta kuda terdiam dan menutup mata mereka. Ada pula
yang sambil memeluk anaknya sambil tersenyum.
"Nahoki magokore mochite
michi ni tagafu koto naku, itoshi itoshi waga ko yo, sukoyaka naru
inochi wo, tomo ni chikaishi mori ni yasuragi tamae, nagi tamae, towa no
toki wo kizamu mori ni, inaho no umi houjyou no ame, musume tachi no
inori otoko tachi no isoshimi, tsuki a hohoemi hi ha atatakaku, kitaru
miare ni yorokobi tsudouu." Zyna membuka matanya.
Intt melihat raut wajah Zyna dan melihat sorot matanya yang penuh akan ketenangan namun diliputi akan kesedihan.
"Tsumi to ifu tsumi
haraji to, itoshi itoshi waga ko yo sukoyaka naru inochi wo, tomo ni
chikaishi, mori ni, yasuragi tamae, nagi tamae, towa no toki wo kizamu
mori ni, Ten Shoujou Chi Shoujou Rokkon Shoujou, Ten Shoujou Chi Shujou
Ronkon Shoujou, Ten Shoujou chi Shoujou Rokkon Shoujou," mata Zyna
terlihat berkaca-kaca.
Dalam doanya, Zyna
menyebut Dewa Langit, Dewa Bumi, dan semua dewa dengarkanlah aku. Semua
dosa di dunia tidak ada lagi, guna menepis awan menyelubungi pegunungan
tinggi dan kabut yang menyelimuti perbukitan rendah, ampunilah semua
dosa yang ada di dunia. Ia juga mendoakan sekaligus bersyukur akan
rahmat yang diberikan walaupun itu berupa kehidupan dan kematian.
Hari pun mulai malam,
kereta kuda yang mereka tumpangi pun berhenti dan semua penumpang mulai
mendirikan tenda dan memasak masakan malam. Orang-orang pun berdatangan
keapada Zyna mengucapkan terima kasih walau mereka tidak mengerti akan
doa tersebut, namun mereka mengetahui dari perasaan bahwa doa tersebut
bertujuan dangan baik. Beberapa anak kecil datang dan meminta Zyna untuk
mengajari mereka. Zyna pun mengajari orang-orang yang ada disana,
hingga menyebutkan artinya.
Di kapal penumpang yang dinaiki Shiro akhirnya sampai di kota Alvater.
"Udara kota Alvater masih seperti yang dulu." Shiro turun dari kapal.
Kota Alvater adalah kota
netral. Kota tersebut memiliki seorang pemimpin bernama Al-Husien, kota
yang makmur, pajak yang rendah, dan hijau. Kota Alvater adalah salah
satu kota perdagangan, banyak kapal-kapal pedagang yang singgah.
Shiro terus berjalan
hingga ia tiba di pusat kota Alvater, Shiro duduk untuk beristirahat
sejenak dan memeriksa lembaran questnya di Alvater. Seorang wanita
berambut perak dengan mata berwarna ungu, ia melihat Shiro yang sedang
duduk Di kota Alvater dia bernama Xiel si wanita gila. Matanya terlihat
melotot dan ia tertawa, orang-orang yang berada di sekitar Xiel sudah
terbiasa dengan hal itu kecuali untuk orang baru. Namun banyak juga
orang-orang yang tidak suka dengan Xiel si wanita gila tersebut. Ia pun
berdiri di atas tugu di pusat kota Alvater. Orang-orang yang melihat
Xiel berdiri di atas tugu penghormatan tersebut memanggil penjaga.
Keributan pun terjadi dan Shiro pun penasaran dengan kegaduhan tersebut.
Wanita tersebut terlihat
menghirup nafas yang panjang dan menghembuskannya secara perlahan.
Shiro pindah ke tempat duduk di luar cafe sambil melihat orang-orang
yang lalu lalang dan melihat perkembangan keributan tersebut.
"Pelayan ada apa itu?" tanya Shiro.
"Itu, Xiel si wanita gila sedang membuat kegaduhan." ujar pelayan cafe.
"Begitu ya," Shiro meminum kopi yang dia pesan.
Wanita tersebut membuat orang-orang di sekitarnya terdiam saat dia mulai beryanyi dengan bahasa asing.
"Our Hero, our Hero,
claims a warrior's heart, I tell you, I tell you, the Dragonborn comes,
with a Voice wielding power of the ancient Nord arts, Believe, believe,
the Dragonborn comes." Xiel dengan suaranya yang merdu.
Shiro yang sedang minum dari cangkir kopi, kesedak saat mendengar lagu tersebut.
"Siapa dia?" Shiro berdiri dan berjalan meninggalkan mejanya mendekati orang-orang yang mengelilingi Xiel.
"It's an end to the evil
of all Skyrim's foes, Beware, beware, the Dragonborn comes. For the
darkness has passed, and the legend yet grows. You'll know, you'll know,
the Dragonborn's come." Xiel menyanyi dan turun dari tugu tersebut.
Dia melewati orang-orang yang menontonnya sambil terus menyanyi.
"Dovahkiin, Dovahkiin,
Naal ok zin los vahriin, Wah dein vokul mahfaeraak ahst vaal,Ahrk fin
norok paal graan Fod nust hon zindro zaan, Dovahkiin, fah hin kogaan mu
draal." Shiro menyanyikan dengan bahasa lebih tua dari yang digunakan
oleh Xiel.
Shiro pun berlari menembus barisan orang-orang dan ia langsung memeluk Xiel.
"Dragonborn, Dragonborn
by his honor is sworn to keep evil forever at bay and the fierce foe
rout when they hear triumph's shout Dragonborn, for your blessing we
pray." Shiro sambil memeluk Xiel dan Xiel pun memeluk tubuh Shiro.
"Dovahkiin, Dovahkiin,
Naal ok zin los vahriin, Wah dein vokul mahfaeraak ahst vaal, Ahrk fin
norok paal graan. Fod nust hon zindro zaan, Dovahkiin, fah hin kogaan mu
draal." Xiel menyanyikan bahasa kuno.
Xiel melihat wajah Shiro, dan Shiro meneteskan air matanya.
"Zia...." Shiro memeluk Xiel.
"Aku Zia?" tanya Xiel.
"Ya, nama aslimu adalah Zia." ujar Shiro.
Semua orang tidak menduga, seorang berpakaian bagus dengan wajah cantik layaknya perempuan.
"Dovahkiin, Dovahkiin sudah datang." Zia tersenyum.
"Ya Dovahkiin sudah datang." ujar Shiro tersenyum kepada Zia.
Tidak lama datanglah
penjaga, dan merenggut Zia dari pelukan Shiro. Shiro pun marah, ia
mengeluarkan senjata sihirnya dan menghentakan ke tanah. Melihat Shiro
seperti itu, penjaga pun mencabut pedang dan menyiapkan tombak mereka
mengelilingi Shiro.
"Kalian, jangan coba-coba menyakiti Zia!" Shiro dengan nada geram.
"Wanita gila ini harus dipenjarakan agar tidak bertingkah aneh lagi." ujar para penjaga.
Shiro sangat kesal, ia
menyerang semua penjaga tersebut. Salah seorang prajurit bergegas menuju
kantor keamanan. Kebetulan jendral Al-Fatih ada di sana. Al-Fatih pun
bergegas mendengar ada keributan dimana orang tersebut menggunakan
sihir.
"Semua ikuti aku." ujar Al-Fatih.
Orang-orang berhamburan
lari ketakutan. Shiro meraih tubuh Zia dan memeluk tubuh Zia dengan satu
tangannya dengan tangan satunya memegang tongkat miliknya. Al-Fatih pun
tiba, dan ia melihat lambang dari tongkat milik Shiro.
"Hentikan!!!" perintah Al-Fatih.
"Oh... Kamu Al-Fatih bin Al-Karim?" ujar Shiro.
"Anda, orang itu bukan?" Al-Fatih dengan mulut bergetar.
"Jika yang kau maksud aku adalah Marzban Fu Marzban, maka aku lah orangnya." ujar Shiro dengan nada yang penuh wibawa.
Al-Fatih memberikan hormat.
"Marzban Fu Marzban?
Benarkah itu? Bukankah itu adalah gelar tertinggi para kesatria? Aku
mendengar jika dia mendapatkan gelar itu, dia berhak menjadi kandidat
raja dari Alvater." ujar salah seorang prajurit.
"Lambang di tongkatnya itu, adalah bukti dia adalah Marzban Fu Marzban." ujar Al-Fatih.
"Anda adalah seorang jendral bukan?" tanya Shiro.
"Ya, saya Al-Fatih Alvater Fu Marzban." Al-Fatih mendekati Shiro.
"Baiklah, aku ingin bertemu dengan raja Al-Vater, kenapa Zia menjadi seperti ini." ujar Shiro.
"Wanita ini? Maksud anda dia adalah Alexander Zia Fu Marzban?" tanya Al-Fatih.
"Ya, wanita ini Zia Fu
Marzban dan dia yang membuat kalian mendapatkan kedamaian Alvater. Dia
sudah hidup selama 500 tahun lamanya dan dia hidup bersamaku. Aku yang
memberikannya kehidupan karena itu dia milikku." Shiro dengan nada
lantang.
"Mustahil, ada manusia yang bisa hidup sampai selama itu." prajurit saling berbisik.
"Kalian, siapkan kereta kuda sekarang!" perintah Al-Fatih.
Keretaka kuda dengan
lambang kerajaan pun segera tiba. Shiro, Al-Fatih bersama Zia dalam
kereta kuda yang sama. Al-Fatih tidak banyak bicara, wajahnya terlihat
pucat. Setelah tiba di istana, kamar utama pun disiapkan untuk Shiro,
dan Zia. Shiro meminta dayang istana untuk membersihkan Zia. Shiro dan
Al-Fatih pun bertemu dengan raja Alvater. Saat pintu di buka, barisan
tentara di kiri dan kanan karpet merah, berdiri dengan tegap menggunakan
senjata dan baju jirah lengkap memberikan hormat.
"Yang mulia Shapur, saya membawa tamu untuk anda." ujar Al-Fatih sambil memberikan hormat dengan menundukan kepalanya.
Saat Shapur melihat dari
balik kain tipis, ia melihat Shiro berdiri dengan lambang di tongkat
sihirnya. Ia teringat akan kisah para raja. Saat seorang Marzban Fu
Marzban datang kembali, maka ia akan membawa kemakmuran untuk kerajaan.
Shapur pun bangkit dari singgasana dan membuka kain tipis yang menjadi
tirainya itu. Ia melihat tongkat sihir milik Shiro, dimana orang yang
diceritakan turun temurun dari cerita para raja sekarang ada di
hadapannya.
Tiba-tiba Shapur
memberikan hormat, membuat semua orang yang berada di ruangan istana
tersebut terkejut. Sang raja memberikan hormat kepada seorang laki-laki
dengan wajahnya sangat cantik.
"Jadi, kamu raja Alvater sekarang?" tanya Shiro.
"Maafkan saya tuan, saya
adalah raja Alvater ke XXI nama saya adalah Shapur bin Al-Vater." ujar
raja Shapur dengan nada penuh hormat.
Shiro pun berjalan dan
menarik kain pembatas tersebut, kemudian ia duduk di singgasana.
Tindakan tersebut membuat para tentara yang ada berdatangan dan
menghunuskan tombak dan pedang mereka kepada Shiro.
"Hentikan!!!" bentak raja Shapur.
"Yang mulia, dia telah menghina anda yang mulia." ujar salah seorang prajurit.
"Simpan senjata kalian, dia itu adalah raja Alvater ke IX, Shiro Marzban Fu Marzban." Ujar raja Shapur.
"Maafkan tindakan lancang kami raja Alvater IX..." ujar raja Shapur.
"Oh sekarang kamu
mengingatku. Aku Shiro bin Al-Vater dan aku raja Alvater ke IX. Apa
kalian tidak membaca hah!!" Shiro terlihat kesal.
Raja Shapur pun berdiri di samping Shiro.
"Shapur aku ada pertanyaan untukmu." Shiro dengan tatapan tajam.
"Apa itu?" tanya Shapur.
"Kau tahukan ratu dari Alvater ke IX?" ujar Shiro.
"Ada apa dengan beliau?
Aku telah memberikan istana permata dan kekuasaan dengan hasil laut dan
pertanian yang berlimpah." Shapur menjelaskan dengan singkat.
Tidak lama kemudian, Zia
datang dengan menggunakan mahkota dan baju berwarna putih di iringi
oleh para dayang. Namun ia terus menyerukan nama Dohvakin. Shapur pun
melihat Zia Fu Marzban yang bertingkah seperti orang gila.
"Dia gila." Shiro dengan nada lirih.
"Apa?!" Shapur terkejut.
Shiro menghentakan
tongkatnya ke lantai, bangunan istana pun bereaksi. Pentagram di sisi
kiri dan kanan Shiro terbentuk dan empat singgasana muncul. Singgasana
yang diduduki Shiro berubah dengan lambang tongkatnya, begitu juga
singgasana yang lain dengan lambang berbeda. Shapur melihat lambang
Al-Vater dan Shiro memintanya untuk duduk.
"Dohvakin!!" Zia tersenyum sambil berlari.
"Zia, duduklah di singgasanamu." pinta Shiro.
"Baik, Zia duduk sekarang." Zia dengan nada riang.
Legenda 4 singgasana
Alvater kini benar-benar ada, setiap singasana mewakili 4 daerah di
Alvater, menduduki pemerintahan dan mengendalikan setiap dalam
kekuasaanya. Namun 1 singgasana tidak ada yang menduduki.
"Shapur, siapa yang pantas duduk di singgasana ke empat?" tanya Shiro.
"Aku tidak tahu siapa yang berhak duduk di singgasana ke 4 itu." Shapur dengan nada pelan.
"Berarti kerja para raja masih belum selesai." ujar Shiro.
"Al-Fatih." Panggil raja Shapur.
"Saya yang mulia." balas Al-Fatih.
"Siapkan pesta untuk tujuh hari tujuh malam." perintah raja Al-Vater.
"Baik yang mulia." Al-Fatih pun mengumumkan pesta tersebut.
Dalam sejarah kerajaan
Alvater, yang memimpin Alvater di sebut raja-raja. Karena ada 4 raja
yang berkuasa dengan wilayah berbeda di Alvater, yaitu Raja Musim Panas,
Ratu Musim Dingin, Raja Musim Hujan, dan Ratu Musim Semi. Sedangkan
yang belum ada saat ini adalah Raja Musim Hujan.
Sejarah Alvater pun dibacakan ulang oleh ahli sejarah istana.
Shiro terus memanjakan Zia, dan ia menggunakan telepati kepada Kuroku yang berada di rumah guild Umbrella.
"Sepertinya aku akan membawa wanita pulang ke rumah, daaah..." Shiro menghentikan telepatinya.
"Sebelumnya, Hiroki dan Yuke. Dan sekarang Shiro?!!! Aaaaaaaaaaaaaaa!!! " Kuroku berteriak histeris.
Keesokan harinya, Shiro
meminta Shapur untuk mengumpulkan seluruh pejabat istana dan para
bangsawan, begitu juga masyarakat. Shiro berniat mengumumkan pengumuman
penting sekaligus yang akan merubah sejarah kerajaan Alvater. Cadfael
masih belum mendpatkan info yang cukup dan ia masih terus menyelidiki
Umbrella. Sayangnya ia hanya fokus terhadap Kuroku ketua Umbrella, yang
sampai saat ini hanya mengerjakan quest-quest kecil dan sebagian besar
waktunya ia lebih mengurus masalah guild.
Tanggal 12 tahun 218
Alvater. Setelah berkumpulnya seluruh pejabat penting istana dan para
bangsawan serta masyarakat, Shiro yang duduk di antara raja raja Alvater
pun berdiri. Ia akan segera mengumumkan pengumumanya. Kesehatan mental
Zia perlahan kembali, hingga ia tersadar akan ketidakwajaran tentang
perilakunya selama ini. Ia terlihat sangat tenang, Shiro tidak banyak
bicara dan ia hanya tersenyum melihat Zia karena wanita tersebut
perlahan telah kembali.
Tentara berdatangan,
mereka membuat barisan yang sangat rapi. Setiap barisan salah satu dari
mereka memegang bendera dari raja empat musim. Shiro menghentakkan
tongkatnya, semua tentara di dalam istana serta di luar istana langsung
dalam posisi siap. Di luar istana, bendera bangsawan dari raja empat
musim berkibar dengan gagahnya. Shiro berdiri dan ia mengumumkan tentang
keberadaannya.
"Dengarlah seluruh
penjabat istana, para bangsawan, dan seluruh masyarakat kerajaan
Alvater. Aku Shiro Marzban fu Marzban. Dengan ini mengundurkan diri dari
pemerintahan Kerajaan Alvater. Seluruh kekuasaan milikku akan ku
serahkan kepada Raja Shapur." Shiro tersenyum dan melepaskan mahkotanya.
Mendengar hal tersebut, Zia pun berdiri.
"Aku Zia Alvater fu
Marzban dengan ini menyerahkan kekuasanku kepada Raja Shapur. Seluruh
kekuasaanku akan kuserahkan kepada Raja Tunggal King of Shapur." ujar
Zia.
Shiro terkejut dengan
apa yang dilakukan Zia. Zia pun membungkukan sedikit badannya, dan
seorang tentara wanita melepaskan mahkota tersebut dari kepala Zia.
"Shiro aku akan ikuti kamu." Zia tersenyum.
"Jangan lakukan itu." Shapur dengan tatapan sedih.
"Kami harus lakukan itu
Shapur, tidak mungkin 1 negara dipimpin oleh 4 raja. Satu negara memang
sudah seharusnya memiliki satu pemimpin yang mereka percaya." Zia
berdiri sejajar dengan Shiro.
"Tapi bagaimana jika aku mengambil langkah yang salah?" Shapur dengan tatapan sedih.
"Dan kami akan datang." Shiro sambil menggenggam tangan Zia.
Mahkota Shiro dan Zia
diletakkan di atas singgasana mereka. Shiro dan Zia meninggalkan
singgasana mereka. Mereka berdua terlihat bahagia, dan raja Shapur pun
tidak dapat menentang kehendak mereka.
"Kalian dan keturunan
kalian akan selalu diterima di istana ini, aku akan jadikan hal tersebut
menjadi hukum yang harus ditaati oleh raja sekarang ya itu aku, dan
raja-raja selanjutnya." Shapur dengan nada lantang.
Shiro menoleh ke arah
Shapur, ia pun tersenyum. Zia melambaikan tangan kepada Shapur, setiap
mereka berjalan, para royal guard istana bersujud dengan pedang mereka
sebagai tanda penghormatan tertinggi.
"Dovahkiin, Dovahkiin,
naal ok zin los vahriin, wah dein vokul mahfaeraak ahst vaal, Ahrk fin
norok paal graam, Fod nust hon zindro zaan, Dovahkiin, fah hin hogaan mu
draal." Shapur menyanyikan lagu tersebut.
Setelah keluar dari istana, Shiro mengingat sesuatu yaitu quest miliknya.
"Aku lupa mengerjakan questku." ujar Shiro.
"Quest?" tanya Zia bingung.
"Iya quest, dari Xiel
permintaan untuk berkunjung ke Alvater. Kalau tidak salah seluruh guild
mendapatkan permintaan itu, dan aku kan anggota guild Umbrella." ujar
Shiro.
"Questmu sudah dipenuhi, itu permintaanku" ujar Zia.
"Hee?! Itu permintaanmu?" tanya Shiro.
"Aku kan wanita gila Xiel." Zia tertawa kecil.
"Sekarang apa hadiahnya?" tanya Shiro.
"Buat Shiro yang semakin cantik, hadiahnya adalah aku." Zia memeluk Shiro.
"Dasar kau memang wanita gila." balas Shiro dengan muka sebalnya.
Berita tentang munculnya raja-raja Alvater menyebar, begitu juga apa yang telah dilakukan Shiro di beritakan di mana-mana.
"Jadi sekarang kemana?' tanya Zia.
"Ya kerumah guild lah, mana lagi." Shiro mempercepat langkahnya.
"Tunggu, kita akan menikah kan?" tanya Zia yang menyamakan langkahnya dengan Shiro.
"Ya... " Shiro dengan wajah memerah.
Sebelum menjadi seorang
ratu, dulu Zia di antara raja-raja dan ratu dari ratu disebut sebagai
wanita gila. Dan ternyata selama ini Zia lah yang sengaja merubah
namanya menjadi Xiel dan berpura-pura gila.
Intt dan Zyna tiba di
kampung halaman Zyna. Seluruh orang menyambut Zyna, begitu juga Intt.
Penduduk yang melihat Zyna pun berdatangan, tidak lupa mereka mengambil
alat musik mereka dan memainkannya. Zyna dan Intt mendapat iringan musik
dan tarian saat mereka tiba di desa tempat Zyna dibesarkan itu.
"Apa ini tidak terlalu meriah menurutmu Zyna?" Intt berbisik kepada Zyna.
"Tak apa," Zyna tersenyum simpul.
Zyna mengambil kain
berwarna hitam dan ia mengikatkan ke lengan kanannya. Orang-orang yang
melihat tanda tersebut terlihat gelisah, namun mereka tetap memberikan
hormat kepada Zyna. Zyna mengambil sebuah anak panah dari tempat anak
panahnya, dan lalu ia ikatkan kain hitam lainnya. Di dekat ujung anak
panahnya terdapat sebuah bundaran dengan dua lubang, ia pun menarik
busurnya dan melepaskan anak panahnya. Terdengar suara melengking, anak
panahnya menancap di pintu rumah ketua suku.
Ketua suku pun membuka pintu rumahnya. Saat ia melihat tanda tersebut, air matanya pun menetes.
"Intt, kamu tahu tarian dan suara musik tadi?" tanya Zyna.
"Apa itu?" tanya Intt.
"Itu tarian pengantar
roh. Dipercaya saat seorang prajurit menggunakan ikat hitam di lengan
kanannya, para roh pejuang yang gugur bersama, mereka menyambut yang
hidup serta yang telah mati." jelas singkat Zyna.
".........." Intt tidak dapat berkomentar sedikit pun.
Setelah tiba di
tengah-tengah kota, Zyna pun duduk bersila, dan ia langsung menceritakan
semuanya. Suasana menjadi sangat hening, orang-orang yang telah
ditinggalkan pun terlihat ada di antara mereka. Mereka tidak kuasa
menahan air mata, walau sekuat apapun itu mereka menahan kesedihan
mereka.
Zyna terus menceritakan
tentang apa yang telah ia lakukan terhadap saudara-saudaranya. Ia juga
telah melakukan ritual pensucian untuk saudara-saudaranya itu. Zyna yang
menceritakan kejadian yang ia alami pun tak dapat menahan air matanya.
Ia merasakan darah para saudaranya yang telah ia eksekusi kembali
mengalir di tangannya. Memang semua itu sangatlah berat, terlihat saat
orang yang kita eksekusi adalah orang yang sangat kita kenal, bukan
hanya sebuah nama, tapi semuanya. Orang yang ia sukai, ia cintai, serta
yang tidak ia sukai, dengan berbagai macam hal yang telah mereka lakukan
bersama.
Namun para warga pun
mengetahui akan apa yang Zyna lakukan memanglah hal yang seharusnya ia
lakukan, dan mereka yang telah gugur pun dihormati sebagai Kesatria
Wolf.
Kepala suku berdiri dan
mengusap kepala Zyna, Zyna menangis sejadi-jadinya. Sebuah ember berisi
air di letakkan di samping Zyna, Satu persatu orang yang memiliki
hubungan erat dengan para kesatria yang telah ia eksekusi menuangkan air
ke tangan Zyna, membersihkan tangan Zyna, sambil memperkenalkan diri
mereka. Mereka memberikan maaf kepada Zyna dengan senyuman, karena
mereka pun tahu bagaimana Zyna menahan semua penderitaan itu sendirian.
Beberapa dari mereka pun ada yang bertanya saat-saat terakhir ayah
mereka, suami mereka, istri mereka, kekasih mereka, serta tunangan
mereka sebelum pensucian itu. Zyna menjawab semua pertanyaan tersebut,
dan mereka pun tersenyum lega. Kemudian air pun dituangkan ke pundak
Zyna. Upacara tersebut bertujuan agar Zyna menjadi lebih kuat lagi dan
tidak terbebani dengan apa yang telah ia lakukan.
Zyna adalah prajurit
sejati dari bangsa Wolf. Walau ia terlihat berbeda karena ia manusia,
namun di dalam diri Zyna ada darah Wolf yang mengalir. Intt yang melihat
kejadian tersebut hanya dapat terdiam, mereka tidak menyalahkan apa
yang di lakukan oleh Zyna karena Zyna sudah melakukan hal yang sangat
berat. Dan itu salah satu kewajiban sebagai kesatria bangsa Wolf. Tidak
lama terdengar suara terompet yang memecah keheningan seluruh kota.
Burung-burung berterbangan dari pepohonan. Saat malam hari, mereka
menerbangkan balon udara kecil. Di bawah balon udara itu diletakkan api
dan perlahan naik ke udara, itu sebagai tanda cara mereka mengantar para
roh suci bangsa wolf.
"Maaf ya kak Intt." Zyna dengan mata yang di penuhi kesedihan.
"Tak ada yang perlu
dimaafkan Zyna, kamu memang wanita yang kuat. Sepertinya aku kalah kuat
dari Zyna." Intt dengan muka murung mencoba menggoda Zyna.
"Hehe, bisa aja kak Intt." Zyna membalas dengan senyuman.
Intt menyadari dari
tatapan Zyna sudah berubah. Tatapan kesedihannya tidak lagi seperti
tatapan orang yang tidak ingin hidup, namun tatapan itu adalah tatapan
seorang manusia yang penuh harapan.
Zia terlihat sangat bahagia, ia tidak melepaskan genggaman tangannya dari genggaman tangan Shiro.
"Shiro,,?" panggil Zia manja.
"Kenapa Zia?" balas Shiro.
"Duduk di sana yuk," Zia menunjuk sebuah tempat duduk di bawah pohon.
Pohon yang besar dan rindang, Shiro menuruti permintaan Zia.
"Kamu tahu hal yang menyenangkan dari kehidupan ini?" tiba-tiba saja Zia bertanya.
"Apa itu?" tanya Shiro.
"Bisa bertemu denganmu lagi, itulah hal yang sangat menyenangkan bagiku." Zia memeluk lengan Shiro.
Zia bangkit dari tempat duduknya, ia menari-nari di depan Shiro. Shiro tersenyum melihat wanita yang ia cintai sangat bahagia.
"Shiro... Ada hal yang
sangat menyakitkan di dunia bagi orang-orang seperti kita." Zia
menghentikan tariannya membelakangi Shiro.
"Pasti memang karena ada yang menyakitkan." Shiro dengan tatapan heran.
"Kesedihanku, karena
berkali-kali aku melihat orang-orang yang aku cintai tua dan mati.
Kemudian aku bertemu denganmu, kamu abadi seperti diriku. Tapi," Zia
membalikan badannya dan berhadapan dengan Shiro.
"Jangan bicara seperti itu Zia, aku ada di sini." Shiro dengan nada yang menyakinkan.
"Aku sudah lelah, aku
ingin tidur panjang, dan aku sudah menemukan di mana tempatku akan
kembali. Ingat suatu saat kita akan bertemu lagi." Zia meneteskan air
matanya sambil tersenyum.
"Zia! Aku mohon jangan lakukan itu." pinta Shiro.
Shiro tidak dapat beranjak dari tempat duduknya, ia melihat pentagram empat musim di tempat ia duduk.
"Aku menyayangimu, aku
sangat mencintaimu Shiro, bersamamu sangat menyenangkan, walau hanya
sebentar, aku, aku tidak ingin pergi tapi, aku harus..." Zia meneteskan
air matanya.
"Zia kenapa kamu tidak bicara dari awal kita ketemu?" tanya Shiro.
"Aku tidak mau lagi mengambil jiwa darimu, aku akan menunggumu di Valhalla." perlahan tubuh Zia mulai menghilang.
"Zia!!!!!!!!" teriak Shiro yang tak bisa beranjak dari tempat duduknya karena sihir Zia.
"Aku cinta kamu Shiro, terima kasih atas semuanya." Zia dengan nada lembut.
Tubuh Zia pun
menghilang. Dalam keadaan panik bercampur sakit hati, Shiro pun langsung
memanggil Codex miliknya dan mencoba menggunakan sihir kehidupan. Namun
semuanya percuma, anima milik Zia sudah melebur. Shiro tertunduk hingga
dahinya menempel ke tanah. Rasa sakit yang ia miliki mungkin pernah
dirasakan oleh orang lain, rasa sakit yang disebabkan oleh luka yang tak
terlihat. Ia terus menunduk, memukul tanah, menangis tak tahu apa yang
harus ia lakukan.
Cadfael tersentak saat ada seseorang berdiri di belakangnya.
"Jika kamu seperti itu terus Cadfael, kau akan berumur pendek." ujar Zia.
"Kau kejam juga, mempermainkan perasaannya." Cadfael dengan nada datar.
"Itu bukan urusanmu Cad, dia adalah orang yang harus diwaspadai karena aku tahu betul akan Shiro." Zia pun menghilang.
"Aku sudah mengumpulkan bukti, ini sudah cukup untuk melenyapkan guild Umbrella." ujar Cadfael.
Dark Ruby pun datang
begitu juga Ghost Girl, mereka melaporkan kepada Cadfael. Mereka bertiga
menghadap raja, dan Raja Uruk pun meminta semua petinggi kerajaan
keluar dari ruangan singgasana.
"Yang mulia, kami sudah mengamati gerak-gerik guild Umbrella." Ghost Girl melapor.
"Jadi?" tanya singkat Raja Uruk.
"Mereka hanya melakukan
kegiatan guild pada umumnya, menerima quest dan mengerjakan quest dari
penduduk, dan tidak ada yang mencurigakan Tuan." Ghost Girl melaporkan
dengan singkat.
Raja Uruk pun berdiri,
tiba-tiba ia menendang Ghost Girl hingga tersungkur. Dark Ruby naik
pitam dan mencoba menyelamatkan Ghost Girl, namun Cadfael menahan Dark
Ruby.
"Wah... Ternyata ada yang mencoba melawanku." Raja Uruk melihat sikap Dark Ruby.
Raja Uruk pun langsung
menampar wajah Dark Ruby. Setelah terjatuh, Dark Ruby di injak-injak.
Cadfael hanya dapat melihat kelakukan Raja Uruk. Raja Uruk mengambil
makanan di dekat mejanya, kemudian ia lemparkan di depan Cadfael, Dark
Ruby, dan Ghost Girl.
"Makan!!" perintah Raja Uruk.
Mereka bertiga pun
memakan makanan yang telah Raja Uruk lemparkan ke tanah. Ghost Girl
menahan air matanya, dan mereka makan layaknya anjing.
"Bagus bagus, pengawal penjarakan mereka." perintah Raja Uruk.
Mereka bertiga di
tempatkan di dalam penjara yang hanya di sinari oleh cahaya bulan dengan
kedua tangan, kaki, dan leher mereka dibelenggu dengan rantai. Dark
Ruby pun berteriak sekeras-kerasnya. Mendengar Dark Ruby seperti itu,
Ghost Girl pun ikut berteriak, dan Raja Uruk pun tiba di penjara mereka.
"Para anjing-anjingku sedang melolong ternyata." ujar Raja Uruk sambil tertawa kecil.
Tatapan Ghost Girl dan
Dark Ruby terlihat tatapan membunuh kepada Raja Uruk. Raja Uruk terlihat
ketakutan dan memerintahkan pengawal pribadinya melepaskan Cadfael.
"Cadfael, siksa mereka berdua, jika memang kau memang setia kepada kerajaan Eos" ujar Raja Uruk.
Cadfael pun diberikan
cambuk dan ia mulai memecut tubuh Dark Ruby dan Ghost Girl. Tanpa
berteriak atau mengeluh kesakitan, hanya tatapan tajam. Mereka berdua
melihat raut wajah Cadfael yang biasanya datar, kini terlihat sangat
sedih. Raja Uruk semakin kesal melihat Dark Ruby dan Ghost Girl, Cadfael
pun diberikan sebuah belati dan meminta Cadfael untuk membunuh kedua
temannya itu.
Ia pun memegang belati
tersebut dengan erat, dengan sisa kekuatannya ia pun bergerak dengan
cepat hingga belati tersebut berada di leher Raja Uruk.
"Yang Mulia, kami selalu
mengerjakan perintahmu, kami dilatih selalu menuruti perintahmu, kami
menyampingkan sifat kemanusiaan kami, kami juga membuang harga diri
kami, namun terima kasih telah mengajari kami dengan berbagai teknik
membunuh, tapi KAMI INI MANUSIA!!" Cadfael berbicara dengan keras.
"Tenang-tenang, jika kau melepaskanku, aku akan memberikan kalian harta dan jabatan." Raja Uruk gemetar.
"Buang senjata kalian atau Raja Uruk mati, dan lepaskan kedua temanku!!" lantang Cadfael berkata ke para pengawal raja.
"Kalian!!! Turuti perintahnya!! B*****t!!" Raja Uruk dengan nada keras.
Pengawal pribadinya pun
menuruti perintahnya, Ghost Girl dan Dark Ruby pun dilepaskan. Dark Ruby
dan Ghost Girl mengikuti Cadfael yang menyandra Raja Uruk. Cadfael
tidak menghiraukan tawaran tawaran dari Raja Uruk. Ghost Girl dan Dark
Ruby mengambil baju dan perlengkapan mereka, kemudian mereka membawa
raja menuju menara di sisi selatan kerajaan Eos dan para tentara
kerajaan pun mengikuti mereka.
Kemudian Cadfael menusuk
dari belakang punggung Raja Uruk dan menendangnya. Prajurit pun panik
dan langsung menyelamatkan Raja Uruk. Sementara itu Cadfael, Ghost Girl,
dan Dark Ruby berhasil kabur dengan menaiki kuda yang mereka dapatkan
dari tentara yang mereka kalahkan.
Dark Ruby melompat dari
kudanya, ia langsung berlari ke arah atas gerbang dan melumpuhkan para
penjaga pemanah disana. Kemudian memotong tali gerbang, dan gerbang pun
terbuka. Dark Ruby melompat ke tanah dan berlari sekuat tenaganya.
Kemudian Ghost Girl dan Cadfael bertemu dengan Dark Ruby yang sempat
terpisah. Tangan Ghost Girl meraih dan menangkap tangan Dark Ruby. Dark
Ruby pun menaiki kuda yang sama dengan Ghost Girl.
Tentara tidak tinggal
diam dan mereka mengejar Cadfael, Dark Ruby dan Ghost Girl. Hingga
mereka masuk ke dalam hutan dan mulai mencari tempat persembunyian.
Mereka pun tiba di sebuah gua yang berada jauh di dalam hutan.
"Apa yang harus kita lakukan sekarang Cad?" tanya Dark Ruby.
"Kita pulihkan dulu
tubuh kita, baru kita pergi ke kota Mneme. Kita akan berlindung
sementara disana, tapi malam ini kita beristirahat dulu. Saat pagi nanti
kita akan ambil jalur terpisah agar para Xiel kesulitan mengejar kita."
ujar Cadfael.
"Baiklah, aku setuju. Ghost Girl sepertinya terluka." ujar Dark Ruby.
"Sepertinya dua tulang rusukku patah, aku akan mengobatinya." Ghost Girl menahan sakitnya.
"Aku akan mulai berjaga duluan dan menaruh beberapa jebakan." ujar Cadfael.
"Aku akan berjaga di depan pintu gua." balas Dark Ruby.
"Ok," Cadfael pun mulai bergerak.
Zia mendapat kabar
tentang apa yang terjadi dengan Cadfael, Ghost Girl, dan Dark Ruby. Zia
memutuskan untuk sementara ia bersembunyi. Cadfael mengirimkan pesan
lewat burung elang kepada Zia. Saat subuh, Zia mendapat pesan tersebut
dan ia segera menuju Mneme dengan menyamar sebagai pedagang.
"Bagaimana keadaanmu Ghost Girl?" tanya Cadfael.
"Sementara ini sudah mendingan." ujar Ghost Girl.
"Baguslah, apa kau bisa berjalan?" tanya Cadfael.
"Bisa aja." Ghost Girl berdiri.
"Cad, aku akan bergerak duluan. Kita akan berpisah, sampai jumpa di Mneme" ujar Dark Ruby.
"Ok, hati-hatilah di jalan." Cadfael pun pergi bersama Ghost Girl.
Comment Now
0 comments
Please wait....
Disqus comment box is being loaded