Bagian 3 : Penyerahan Capter

Font Size :
Dark Mode
Reset Mode
"Wahhh ini namanya baru cerita Original, tentang dua orang penulis yang hidup satu apartemen ya"

"iya bu Yuni"

"kalo begitu Aku tunggu capter 3 dan 4 nya"

"Iya Bu"

"Sinopsisnya juga bagus, kalo sudah masuk capter 20 dan ceritanya sangat menarik, aku akan buat versi inggrisnya bagaimana"

"Honornya naik bu ?"

Thania sambil tertawa kecil

"Ah bisa aja kamu, pasti lah naik, kan pasarnya juga beda"

"Terimakasih Bu"

Thania pun histeris kegirangan, dan ia joget joget sendiri ala dirinya. Lagi asik joget joget gak jelas, Haruto membuka pintu dan melihat Thania, kemudian ia tertawa terbahak bahak, suara tawa haruto menadarkan Thania bahwa Haruto melihatnya joget joget gak jelas, dan wajah thania memerah.

"Loh kok berenti?"

Haruto sambil menutup pintu

"Bodo"

Haruto tertawa lagi

"emang ada apa?"

"Oh iya kata bu Yuni cerita Light Novel kita bagus, kalo sudah sampai 20 capter dan menarik maka, akan di buatin versi inggrisnya, tentunya Honor kita Naik"

"benarkah?"

Haruto meletakan pesanan Thania di atas meja dekat meja kerjanya

"Iya dong"

"Keren"

"Oh iya, kita harus lanjutkan semua ini"

"Iya, yang penting kamu bahagia"

"good"

Thania tersenyum lebar

"Aku ngerokok dlu"

"ehhhh!! jangan keseringan ngerokok!"

"Iya tau kok, sekarang kan 1 hari satu bungkus doang"

"Abis ngerokok, ganti baju, terus kumuran, aku gak mau ada bau rokok yang tercium dari kamu"

"Iya iya"

Haruto pun keluar dari kamar apartemen dan ia pun mulai duduk bersendar di tembok, sambil menyalakan rokoknya.

Thania membuka lemari baju mereka berdua, dan memilih baju yang cocok untuk haruto, dan ia siapkan. Ke esokan harinya Thania dan Haruto pun menuju tempat reunian SMA Thania. Haruto berdiri tepat di belakang Thania seperti pengawal

"Tu cowo pengawal lu ?"

tanya Teman sekelas Thania waktu sma

"Bukan lah"

"Terus siapa ?"

"teman gw"

"kirain pacar lu"

Haruto diam saja, thania melihat ke haruto dan yang mencoba tersenyum tapi hasilnya senyum kaku yang ia tunjukan.

"Senyum lu mengerikan"Thania memandang Haruto sambil menyipitkan kedua matanya

"Maaf aku grogi aja" Haruto

Acara reunian tersebut sangat ramai dan berbagai acara yang seru ada disana, Haruto duduk di pojokan memperhatikan Thania yang asik berbicara, tertawa bersama teman temanya sma dulu. Tiba tiba ke senangan itu terganggu dengan hadirnya seorang wanita dan laki laki yang menghampiri thania, Haruto tidak dapat mendengar percakapanya, Haruto pun acuh tidak acuh, karena ia tidak tau apa yang di bicarakan.

Thania menoleh ke Haruto dengan raut wajah sedih, dengan mata berkaca kaca, sedangkan dua orang tadi malah tertawa terbahak bahak, dan wanita itu mendorong kepala Thania. Haruto pun berdiri, dan ia berjalan tanpa memperdulikan orang di sekitarnya, Thania yang berjalan ke arah haruto, dengan harapan membawanya pergi malah, haruto melewatinya, dan Haruto langsung melayangkan tamparan yang sangat keras kepada laki laki itu, serta menginjak injak orang tersebut tanpa berkata kata sedikit pun, beberapa orang menghampiri haruto untuk menghentikanya, Karena tubuh haruto yang tinggi dan besar sangat sulit untuk menghentikan Haruto.

"WATANABE HARUTO!!!"

Teriak Thania

Haruto pun berhenti, saat ia ingin menusukan garpu ke mata laki laki yang ia hajar tersebut.

"Dengar baik baik, siapapun yang membuat Thania menangis, atau mengeluarkan kata kata yang tidak tidak, aku akan dengan senang hati membunuh orang itu, dan kamu beruntung Thania menyadarkan ku, dan kamu Wanita sialan, untung saja kamu seorang perempuan"

Haruto dengan nada datar dengan memancarkan aura mengancam

Thania pun datang menghampiri haruto dan menampar wajahnya dengan keras.

"Apa yang kamu lakukan!"

"Kamu pasti sedih karena dirinya bukan"

"hendra lu ngapain ngatain thania macam macam, lu juga Fanny"

"Ngatain apa dia?"

tanya Haruto

"Adel udah, Haruto ayo kita pulang"

"dengar ye, lu Fanny dan hendra kan jahui Thania atau gw mampusin Lu paham!?, anjing lu"

Thania terus menarik tangan Haruto, dan ia pun pergi mengikuti Haruto.

"lainkali gak usah ikut acara acara begituan"

"Abisnya..."

"Abisnya apa!?"

Haruto dengan nada kesal

Di luar ruangan acara reunian tersebut, Haruto melihat wajah Thania masih sedih, haruto pun langsung memeluk Thania.

"Aku tidak akan membiarkan kamu seperti ini lagi, selama aku ada di dekat mu"

Thania pun menangis tersedu sedu di dalam pelukan Haruto.

"udah jangan nangis, gak perlu di tangisi kejadian ini, anggap aja mimpi"

Thania pun menganggukan kepalanya

"Kita jalan jalan aja yuk"

ajak haruto

"japan kichen ?"

"Gak boleh, itu terlalu mahal"

"Dasar pelit"

"Bodo"

Thania pun tersenyum lagi.

"Warget bule Parjo gimana ?"

"Dih warteg"

"Hemat"

"mending kamu yang masak, lebih enak"

"gak geratis loh"

"nanti aku kasih hadiah"

Mereka sambil berjalan sambil bergandengan tangan

"Apa hadiahnya?'

"minggu depan yang nyuci aku gimana ?"

"Gak mau"

Tolak haruto

"Apa ya?"

Thania berfikir, Tiba tiba Haruto mencium pipi Thania, di tengah keramaian, dan itu membuat Thania terkejut, sekaligus malu. ia pun mencubit Haruto.

"dihhhh"

Haruto pun tertawa kecil

"Dasar itu namanya pelecehan"

"Ya udah aduin gih aku ke kantor polisi sama kak seto sekalian"

"Emang aku di bawah umur apa"

"Terus apa coba"

"Apa yah"

Mereka pun naik bis trans jakarta, di dalam bis trans jakarta mereka sesak sesakan, Thania pun berada di dekat pintu bersama Haruto, Haruto pun menjadi pelindung Thania, agar Thania tidak kejepit.

"Seperti sinetron atau drama aja"

goda Thania

"Ya dah aku pindah ni'

"jangan jangan, disitu aja"

"Dasar"

Haruto mencubit pipi thania dengan lembut

"Duhhh"

mereka pun turun dari bis trans jakarta, saat berjalan Thania dan Haruto melihat sepasang kekasih kira kira SMA sedang berpacaran.

"mau seperti itu ?'

tanya Haruto

"nanti coba yuk, buat capter tiga"

"Iya sekali kali"

Haruto pun tertawa kecil bersama Thania, mereka pun tiba di pasar tradisional, dan mulai tawar menawar, Thania hanya diam melihat haruto melakukan tawar menawar dengan pedang sayur dan ikan.

"mau masak apa memangnya ?'

"rica rica ikan bandeng resto"

"wah asik, sayurnya ?'

"capcai gimana ?"

"pengen makan empek empek"

"ya udah aku buatin sekalian empek empek"
"Salat ?"
"Karedok ?"
"Dih apaan sih masa Karedok, Haruto tau salad gak ?" Thania
"Emang Karedok bukan salad ?"
"eh tunggu" Thania berfikir sejenak
Haruto melanjutkan tawar menawar dengan pedagang sayur di depanya, Thania masih saja berfikir.
"Haruto" Thania
"Gimana ?" Haruto
"Bahanya karedok apa ?" Thania bingung karena gak tau
"Semua bahan mentah kecuali kacang tanahnya harus di goreng terus di haluskan" Haruto menjelaskan singkat
"Gak ah yang lain aja" Thania
Mereka pun melanjutkan membeli bahan makanan, Haruto melihat buah yang jarang ada yaitu belewah. Haruto pun langsung membeli dua biji buah belewah tersbeut.
"Buah apa itu ?" Thania
"Ini enak buat minuman dingin" Haruto

Di dalam hati thania sangat senang karena ia bisa kenal dengan Haruto serta hidup bersama dengan Haruto. Mereka pun selesai berbelanja, dan Haruto membawa bawaan paling banyak dari Thania. Setibanya di apartemen Thania terus menggandeng Haruto sampai masuk kedalam apartemen mereka. Dia membiarkan Haruto memasak dengan tenang. Sementara itu Thania memasukan bahan bahan makanan ke dalam lemari es.

Dengan perlahan Thania menghampiri Haruto yang sedang bergelut dengan bahan-bahan makanan yang ada.

"Ada apa hmm?" Tanya Haruto.

"Aku pernah membaca cerita. Kalau status pacaran itu lebih dari ciuman dan sentuhan. Bahkan saat memasak sekalipun. Lalu mereka akan bersikap romantis satu sama lain." Jelas Thania.

"Lalu?"

"ish.. aku mendapatkan ide lagi untuk hal itu. Dan aku yakin Bu Yuni akan sangat setuju dnegan hal ini."

Haruto tidak menoleh sedikitpun kepada Thania. Dia tetap fokus memasak makanan mereka.

Thania yang merasa di acuhkan langsung memeluk Haruto dari belakang.

"hey dengarkan aku."

"Aku mendengarmu."

"Tatap aku."

"Tidak bisa."

Baru saja Thania ingin mengatakan hal yang ada di pikirannya, Haruto menjawab dengan wajah datarnya.

"Karena aku sedang memasak. Jika aku menatapmu bisa-bisa kau tidak makan."

Thania menggembungkan pipinya. Dengan menghentakkan kakinya, Thania kembali ke meja kerjanya dan mulai membuat cerita yang dia pikirkan tadi.

Beberapa saat kemudian, Haruto membawa makanan mereka keatas meja makan. Haruto menunggu Thania untuk ke meja makan namun hasilnya nihil. Thania tidak keluar dari kamar mereka.

Dengan cepat Haruto masuk kedalam kamar dan menemukan Thania yang sedang berkelut dengan komputer miliknya.

"Thania." panggil Haruto dengan lembut.

Thania menoleh dan menatap Haruto. Wajah Haruto memerah melihat Thania yang tidak memakan kaca matanya saat ini.

'dia manis' pikir Haruto di dalam hatinya.

"makanannya sudah jadi. Ayo kita makan dulu.

"Baiklah~" Jawab thania dengan senyum manis di wajahnya.

Mereka berdua makan di ruang makan seperti biasa. Haruto sibuk dengan ponselnya dan Thania sibuk dengan buku dan pulpennya. Mereka tidak bicara satu sama lain dan hanya mementingkan soal novel mereka.

"Thania." Haruto memecah keheningan itu.

Thania menatap Haruto dan memiringkan kepalanya dengan wajah penuh tanya.

"Bagaimana jika aku melakukan hal lebih dari kemarin?" Tanya Haruto.

"Aku tidak tahu. Yang jelas kita harus menyelesaikan tugas kita ini."

Haruto tidak terima dengan jawaban Thania saat ini. Dia berdiri dan menghampiri Thania. Menatap wajah wanita yang tinggal satu atap dengannya itu dan meraup bibir Thania.

Dia sudah tidak tahan lagi. Dia sudah menyimpan perasaannya selama ini. Dia terus berbohong pada dirinya sendiri. Dia selalu memperhatikan Thania selama dia bersama dengannya. Bahkan dia tidak suka jika Thania dekat dengan pria lain selain dirinya. Dia ingin menjadi yang nomor satu dalam hidup Thania.

"Kau ini." Thania menggeram pelan

"Kau terlalu menggoda untuk di lewatkan."

"Hah? Kau terbentur sesuatu?"

"Ah lupakan saja. Habiskan makananmu. Kita harus melanjutkan tugas kita. Dengan begitu uang kita akan cepat cair."

Thania cemberut dan tetap menghabiskan makanannya. Masakan enak buatan Haruto sangat di sukainya. Haruto meletakkan piring kotor miliknya di tempat cuci piring. Dan beberapa saat kemudian, Thania melakukan hal yang sama.

Setelah itu, mereka kembali dnegan kesibukan mereka masing-masing. Menulis dan membuat sketsa untuk novel mereka.

Tanpa Haruto sadari, Thania tertidur di atas mejanya karena terlalu lelah dengan pekerjaan mereka saat ini.
Haruto pun mengeliatkan tubuhnya, dan saat iamenoleh ke meja Thania, Thania sudah tertidur, Haruto pun bangkit dari tempatduduknya, dan ia menggelengkan kepalanya, ia pun membangunkan Thania.

"bangun"

Perlahan Thania membuka matanya, dan memutar kursinya, namun Haruto langsungmenggendongnya seperti putri raja, Thania pun tersenyum dengan mata yang sipitkarena ia sangat mengantuk, Haruto perlahan menggendongnya dan meletakan diatas tempat tidur. namun rangkulan Thania tidak juga Thania lepaskan.

"Pasangan kekasihan harus kasih ciuman selamat tidur"

"........."

Haruto tersenyum dan mencium kening Thania

"Pipi ?"

Bibir haruto mengecup pipi thania dengan lembut

"Bibirnya ?"

Thania benar benar manja, Haruto mengikuti permintaan Thania, Setelahmemberikan kecupan di bibirnya Thania pun tersenyum.

"Selamat tidur"

ucap haruto

"Kamu juga"

"Kamu tidur gih duluan, aku sebentar lagi"

"Ya udah"

balas Thania

Haruto pun mengecilkan AC di dalam kamar, dan ia kembali duduk di depankomputernya, seksa karakter Light Novel yang mereka buat bersama pun selesai,Haruto pun mematikan Komputernya dan ia mengganti baju dengan hanya mengenakancelana pendek, ia pun berbaring di samping Thania. Dulunya tempat tidur merekabersebrangan karena sebuah cerita mereka harus merapatkan tempat tidur, dantidur bersebelahan.

Baru saja Haruto merebahkan badanya, Thania menoleh ke arah Haruto, wajah wanitayang sedang tidur begitu indahnya, namun itu bisa saja membuat sebuahketakutan, karena ke khawatiran bagaimana jika suatu saat orang yang ada dihadapanya tidak pernah bangun dari tidurnya lagi. Thania tidur semakin dekatdengan Haruto. Haruto terus memandangi wajah thania sampe ia tertidur.

"Haruto bangun"

Sayup sayup Haruto mendengar suara Thania yang memanggil namanya

"bangun"

tapi haruto tidak bangun juga, Thania pun memencet hidup Haruto, dan harutotidak dapat bernafas, ia pun terbangun.

"Jahil amat sih"

"selamat pagi"

balas Thania

Haruto melihat ke arah jam dinding di kamar mereka, masih jam empat subuh, tapiThania sudah mandi.

"Minum air putih dulu, karena sangat sehat bagi tubuh"

Thania menyodorkan segelas air dingin

Haruto pun duduk sambil mengusap kedua matanya, kemudian ia minum air putihyang di berikan thania, Setelah selesai minum haruto meletakan gelas tersebutdi atas meja kecil di samping tempat tidur mereka. Haruto mencium bau wangidari Thania. Thania dengan pakaian tipis, dan celana karet yang biasa digunakan sebagai celana pemain voly.

"Keramas ?"

"Entar aja, tadi kebangun terus keringatan, terus mandi deh"

"mau olah raga"

Thania pun tiarap di atas tempat tidur

"Enggak, malah mau tidur lagi"

Thania pun tidur telentang, dan mematikan lampu, secara automatis lampu tidurpun menyala, Haruto pun merubah posisinya ia berada di atas Thania.

"Mau apa?"

tanya Thania

"Aku kan sudah bertanya bagaimana jika aku melakukan lebih darikemarin"

Thania pun menolehkan wajahnya dengan raut wajah malu

"Terserah ..... kamu...."

Haruto pun mencium bagian leher Thania, kemudian Haruto melumat bibir Thania,Thania menikmati ciuman liar yang kini sering mereka lakukan. Setelah PuasHaruto pun kembali berbaring di samping Thania, Thania pun terlihat kesal, dangantian Thania berada di atas tubuh Haruto.

"Kamu menggoda aku terus gak begitu aja selesai tau"

Thania menggembungkan dua belah pipinya

"Terus kamu mau perkosa aku ?"

tanya Haruto

"Kalo iya kenapa"

"itu namanya tindakan kriminal loh"

"Dih kata kata ku di balikin"

Thania pun mendekat kan wajahnya sambil menahan rambutnya yang hendak menutupiwajah Haruto, perlahan Thania pun mendekatkan bibirnya, dan mencium denganpelan.

"Kalo aku merangsang gawat loh"

"gawatnya seperti apa coba ?"

goda Thania

"Aku bisa perawanin kamu"

"Ih gak boleh"

"makanya jangan membuat aku horny yah"

Mereka berdua pun tertawa

"Ya udah tidur yuk"   
Share Tweet Share

Comment Now

0 comments

Please wait....
Disqus comment box is being loaded